KONO, Yohanes Vebylius (2021) Peranan Formator Bagi Pembentukan Kematangan Seksualitas Calon Imam Dan Dampaknya Bagi Kedewasaan Panggilannya Menurut Dokumen Male And Female He Created Them Art.4. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.
Text
ABSTRAK.pdf Download (491kB) |
|
Text
BAB I.pdf Download (446kB) |
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (405kB) |
|
Text
BAB III.pdf Restricted to Repository staff only Download (515kB) |
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Repository staff only Download (396kB) |
|
Text
BAB V.pdf Download (349kB) |
Abstract
Manusia adalah insan yang berakal budi dan memiliki kebebasan untuk memilih. Setiap manusia bebas untuk memilih sesuatu yang menjadi pilihan atas hidupnya dan memaknai setiap pilihan yang telah diambil. Manusia akan selalu dihadapkan kepada pilihan, salah satunya adalah pilihan untuk melanjutkan hidup. Beberapa orang memilih untuk menikah atau mungkin hidup melajang, namun beberapa orang memilih untuk menyerahkan hidupnya kepada Tuhan dengan menjadi biarawan, kaum religius atau imam. Di abad kebebasan seks, pornografi dan pendewaan kenikmatan hidup ini, seks dan seksualitas merupakan topik yang menarik dan tak pernah kehilangan daya sensasionalnya bagi siapapun. Dalam kehidupan religius, para calon imam kadang-kadang mengalami dan masuk ke dalam akar pemikiran sempit tentang seksualitas akibat ketikdakmampuan dalam mengolah panggilan dan cara hidup selibat. Persoalan ini berdampak pada penghayatan hidup selibat yang tidak nyaman atau tidak membuahkan kebahagian. Dalam pandangan banyak orang, persoalan seksual yang ada dalam hidup calon imam, berimplikasi pada pemahaman atas panggilan selibat demi kerajan Allah yang dilihat sebagai sebuah panggilan yang tidak mungkin untuk dihayati. Untuk menjawab persoalan ini, perlu ada suatu pemandu, pembentuk atau formator untuk membentuk kepribadian seorang calon imam agar dapat menjadi imam. Formator adalah seorang guru yang dipilih untuk membantu calon imam di seminari tinggi untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan bimbingan yang tepat. Peran seorang formator adalah sebagai pembina yang membimbing calon imam dengan kehidupan yang patut diteladani. Melihat kenyataan ini, Gereja merasa terpanggil untuk memperhatikan secara khusus dan serius persoalan ini. Dalam dokumen Male And Female He Created Them (Allah menciptakan mereka laki-laki dan perempuan) yang merupakan salah satu dokumen dari Kongregasi untuk Pendidikan Katolik, berbicara tantang persoalan teori gender dalam pendidikan, dan menginstruksikan sekolah Katolik untuk mengajar siswanya tentang cara berdialog dengan orang lain tentang identitas gender. Dalam hal ini kongeregasi pendidikan Katolik dalam dokumen ini menghimbau kepada keluarga, sekolah, dan rumah bina untuk menanamkan kematangan seksualtas kepada anak binanya. Dalam dokumen Male And Female He Created Them, salah satu hal yang menjadi fokus perhatian Kongregasi untuk Pendidikan Katolik adalah seksualitas. Kematangan seksualitas adalah salah satu aspek penting dalam pembinaan setiap orang dalam keluarga, sekolah dan rumah bina bagi calon imam agar setiap orang dapat mengenal dan bertindak sesuai dengan indentitas gendernya. Dalam dokumen ini, kongregasi pendidikan Katolik menulis demikian: Visi antropologi Kristiani memandang seksualitas sebagai unsur fundamental kemanusiaan seseorang. Ini adalah salah satu cara beradanya, cara menyatakan dirinya, cara berkomunikasi dengan orang lain, dan cara merasakan, cara mengungkapkan dan meng-hidupi cinta manusia. Dalam hal ini para imam di Seminari dengan cara hidup, sikap kritis dan bijaksana merupakan dukungan yang sangat berharga bagi calon imam. Para pembina menjadi teladan bagi anak binaannya dalam hal ini calon imam terutama dalam hal disiplin, kematangan diri, kematangan afeksi dan penghayatan akan misteri panggilan imamat yang melekat erat dengan dirinya. Untuk itu, para pembina adalah pribadi yang memiliki kematangan manusiawi dan rohani, pengalaman pastoral, kematangan dalam panggilan mereka sendiri, kemampuan untuk bekerja sama, dan sebagainya. Pertama-tama para calon imam dibina begitu lama dalam Seminari, dengan tujuan untuk membangun kesatuan dan persatuan yang intens dengan Yesus sendiri dan juga bertujuan untuk melakukan segala sesuatu sesuai dengan yang telah dilakukan oleh Yesus. Tujuan lain adalah agar kelak menjadi imam yang matang, baik itu dalam hal rohani maupun jasmani. Seorang calon imam harus mempersiapkan diri secara intensif dengan memenuhi segala tuntutan, di antaranya taat kepada segala aturan atau norma yang telah ditetapkan dalam lembaga pendidikan calon imam, yakni seminari-seminari baik Seminari Menengah maupun Seminari Tinggi. Tuntutan-tuntutan dalam seminari pada umumnya sangatlah mengutamakan kedisiplin yang ketat. Seorang calon imam dituntut untuk konsisten dengan semua aturan yang telah ditetapkan dan para calon imam dituntut juga untuk tidak membawa bahkan menggunakan alat-alat media dalam rumah atau tempat pembinaan, misalnya: handphone. Pembinaan calon imam senantiasa berpedoman pada suatu nilai kebenaran yang sesungguhnya. Calon imam dibina, dididik, diproses dan dibentuk pribadinya serta membina dan melatih dirinya sendiri berdasarkan suatu kenyataan yang sesungguhnya bersumber dari Yesus Kristus yang adalah pemrakarsa panggilan pertama. Kenyataan teologis ini terus menjadi warna kehidupan Gereja itu sendiri, di mana Gereja dari abad ke abad selalu memelihara benih-benih panggilan imam dengan menimbah ilhamnya dari teladan Kristus. Dengan demikian pembinaan bertujuan untuk memelihara dengan cara pembimbingan, pengarahan serta pendampingan terhadap objek sehingga tercapai yang diinginkan. Pembinaan meletakkan konsistensi pada setiap kegiatan yang dilakukan. Hal itulah yang menjadi fungsi dari pembinaan. Artinya seluruh formasi yang diberikan kepada calon imam bertujuan untuk mempersiapkan mereka masuk ke dalam persekutuan dengan kasih amal Kristus Gembala yang baik.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Seksualitas, Panggilan, Imam |
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General) B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity |
Divisions: | Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat |
Depositing User: | S. Fil Yohanes Vebylius Kono |
Date Deposited: | 28 Apr 2023 02:29 |
Last Modified: | 12 Jun 2023 00:44 |
URI: | http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/12446 |
Actions (login required)
View Item |