Memamahi Pertobatan Sebagai Jalan Keselamatan Dalam Terang Kanon 959 Kitab Hukum Kanonik 1983

WEGU, Kayetanus (2023) Memamahi Pertobatan Sebagai Jalan Keselamatan Dalam Terang Kanon 959 Kitab Hukum Kanonik 1983. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

[img] Text
ABSTRAKSI.pdf

Download (987kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (134kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (246kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (197kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (226kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (230kB)

Abstract

Manusia adalah ciptaan yang unik dan istimewa karena memiliki akal budi yang membedakan manusia dengan ciptaan lain. Manusia dikatakan sebagai ciptaan yang istimewa karena diciptakan serupa dan segambar dengan Allah. Allah memberikan kebebasan kepada manusia dan mempercayakan kepada manusia untuk menjaga dan merawat ciptaan-ciptaan lain. Allah menciptakan manusia demi tujuan penyelamatan, sehingga Allah memberikan kelimpahan rahmat kepada manusia. Allah menjadikan manusia sebagai teman seperjalanan dalam karya penyelamatan-Nya. Karya penyelamatan yang dilakukan oleh Allah mencapai puncaknya dalam diri Yesus Kristus sebagai penyelamat dalam Perjanjian Baru. Keterbukaan diri terhadap tawaran keselamatan yang diberikan oleh Allah, memampukan karya dan tujuan penyelamatan itu terus berlangsung dalam sejarah perjalanan manusia. Allah menciptakan manusia untuk tujuan penyelamatan. Manusia dan seluruh keberadaannya hendaknya menjadi teman seperjalanan Allah agar karya dan misi penyelamatan yang datang dari Allah dapat terus berlangsung. Manusia hendaknya menjadi pemeran utama dalam dunia saat ini, maka Allah menganuhgerahkan kepada manusia keistimewaan yakni akal budi. Allah terus berjalan bersama manusia sebagai teman seperjalanan. Allah terus menempatkan manusia sebagai pribadi yang unik dan istimewa. Dalam diri yang unik dan istimewa manusia juga memiliki keterbatasan-keterbatasan. Penulis menyadari bahwa keterbatasan yang dimiliki menjadi titik lemah jika tidak dikelolah dengan baik. Keterbatasan atau kelemahan yang dimiliki dalam diri akan menghalangi karya dan tujuan Allah untuk menyelamatkan manusia. Dengan kebebasan yang dimiliki manusia dan keterbatasan dalam diri jika tidak dikelola dengan baik, maka manusia akan jatuh ke dalam dosa. Dosa menjadi penyebab rusaknya relasi yang sempurna antara Allah dan manusia serta relasi manusia dengan ciptaan lain. Dosa merupakan kenyataan yang merusak kepribadian diri, kebersamaan hidup dengan Allah, sesama dan ciptaan. Penyebab dosa tentu bukan Allah tetapi dari pihak kita sebagai pribadi yang lemah. Manusia yang tidak setia dan tetap mengikuti kecendrungan hati akan yang jahat. Kecendrungan berbuat dosa menutup segala kemungkinan bagi manusia untuk berjumpa dan mengalami Allah secara nyata. Kecenderungan buruk ini ada karena disebabkan oleh kebebasan dan ketidaktaatan manusia dalam mengikuti perintah dan larangan yang telah diberikan Allah. Dosa merupakan suatu tindakan perlawanan dari pihak manusia terhadap pewahyuan dari Allah dalam diri Yesus Kristus. Seperti yang telah dilukiskan dalam Kitab Suci yang mana dosa diartikan sebagai tindakan berpaling dan melawan Tuhan sebagai jalan kebenaran dan hidup. Oleh karena itu dinantikan relasi secara personal antara manusia sebagai pendosa dan Allah yang memiliki kuasa untuk mengampuni. Dosa sebagai perbuatan melawan atau menolak kehadiran Yesus sebagai utusan Allah. Akibat dan puncak dari dosa ialah pengorbanan diri Kristus sebagai penyelamat di atas kayu salib. Dosa telah menjadikan manusia tidak lagi memenuhi panggilan untuk mencerminkan hidup Ilahi di dalam hidupnya. Namun betapapun kejahatan yang dilakukannya, manusia tetaplah ciptaan Allah yang unik dan istimewa, oleh sebab itu Allah tidak membiarkan umat-Nya tinggal dalam kehancuran akibat dosa. Maka Allah berinisiatif untuk menyelamatkan manusia. Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya untuk menyelamatkan manusia melalui sakramen Gereja yang menjadi sasaran utamnya ialah dengan bertobat. Penerimaan umat manusia sebagai ciptaan Allah dalam diri Yesus merupakan suatu penyelamatan objektif, dan akan terus dinyatakan oleh manusia sebagai pihak yang terselamatkan, sehingga terwujudlah keselamatan yang bersifat subjektif dalam diri manusia. Proses penyelamatan yang bersifat subjektif tidak akan tercapai jika karya keselamatan yang dari Yesus tidak diterima manusia dengan iman dalam hati. Kumpulan orang-orang yang beriman kepada Kristus dapat disebut sebagai Gereja. Gereja adalah persekutan umat Allah. Kristus memenangkan Gereja bagi diri-Nya sendiri dengan menumpahkan darah-Nya sendiri dan menjadikan Gereja itu sebagai pekerja yang bekerja sama dalam misi Yesus untuk menyelamatkan dunia. Gereja percaya bahwa Allah telah menetapkan Kristus sebagai pengentara dan Gereja sebagai sakramen penyelamatan yang universal. Pada masa-masa awal Gereja kembali menegaskan berkaitan dengan identitas dan tujuan kedatangan Yesus ke dunia. Gereja menyadari bahwa Krsitsulah sang penyelamat tunggal. Gereja selalu bersikap terbuka terhadap pendosa yang ingin bertobat. Pertobatan dapat membawa pendosa untuk kembali bersatu dengan Gereja sebagai persekutuan umat beriman. Sakramen-sakramen yang terdapat dapat Gereja menjadi sarana yang dapat mempersatukan kembali pendosa dengan Allah. Pendosa yang bertobat akan memperoleh damai sejahtera dan menjadi anak-anak Allah yang hidup dalam kebaruan iman, harapan dan kasih. Dambaan akan keselamatan jiwa dalam arti Kristiani adalah sesuatu yang lain daripada pengalaman kebahagiaan yang terpusat pada diri sendiri. Keselamatan adalah suatu keadaan yang berbeda dari kesenangan jasmani. Bukan saja merupakan pemenuhan kecendrungan dan dorongan dalam diri manusia sebagi tujuan. Keselamatan menyangkut kebaikan segenap pribadi dan melampaui karena menyangkut keselamatan segenap umat Allah. Keselamatan adalah persekutuan dengan Kristus yang merupakan keselamatan dan penyelamat; keselamatan adalah persatuan dengan Allah. Karena keselamatan merupakan suatu keadaan yang dari kodratnya berpusat pada Allah. Berlandaskan pada terang Kanon 959 Kitab Hukum Kanonik 1983 penulis ingin memberikan pemahaman bahwa relasi yang telah rusak akibat dosa bisa diperbaiki atau dipulihkan kembali dengan pertobatan yang radikal dari pendosa. Pertobatan membutuhkan keterbukaan diri untuk menyesali dan mengakukan segala dosa-dosa serta mempunyai niat untuk hidup secara baru. Melalui Sakramen Tobat atau dengan pertobatan manusia kembali didamaikan dan disatukan kembali dalam persekutuan umat Allah. Dalam Sakramen Tobat yang menjadi pemeran utama ialah Allah sendiri, karena Allah yang pertama berinisiatif untu menyelamatkan manusia. Sakramen Tobat biasa disebut dengan istilah “Rekonsiliasi”. Dokumen Gereja sering menyebut sakramen rekonsiliasi dengan “Sakramen Tobat”. Akan tetapi dalam teologi dan Sakramen Tobat sekarang ini lebih sering membiasakan diri dengan istilah “reconciliation” yang biasa digunakan Gereja pada awal Abad Pertama. “Rekonsiliasi” memiliki arti sebagai inisiatif dari Allah untuk berdamai dengan manusia sebagai umat-Nya. Perdamaian antara manusia dengan sesamanya dan seluruh alam ciptaan dalam dimensi sosial, ekologis dan penyembuhan untuk menemukan makna kehidupan yang penuh kedamiaan setelah bertobat. Makna Sakramen Tobat adalah umat beriman memperoleh rahmat pengampunan dari segala dosanya dan diperdamaikan kembali dengan komunitas Gereja. Sakramen Tobat diterima lewat pengakuan pribadi dihadapan seorang imam, untuk mengakui segala dosa-dosa dan berusaha berbalik atau kembali kepda Allah. Berbalik kepada Allah tidak dapat dipisahkan dari sikap berbalik manusia dari tingkah laku yang jahat. Berbalik kepada Allah merupakan perubahan sikap batin yang disertai dengan perubahan tingkah laku sehari-hari. Dalam Perjanjian Baru gambaran pertobatan memiliki makna sebagai kabar sukacita yang tampak dalam misi dan perutusan Yesus. konsep tentang pertobatan tidak lagi berlandaskan pada segi kultus. Kabar suka cita berkaitan erat dengan warta keselamatan yang datang dari Allah serta pengelaman dikasihi oleh Allah. Dengan adanya pertobatan membuat manusia lebih mengenal dirinya sendiri, sesama dan Allah. Pertobatan sebagai sarana untuk kembali menemukan perdamaian dan kesatuan dengan Allah. Pertobatan haruslah merupakan kenyataan pengalaman dan bukannya pernyataan dogma belaka. Perlu adanya sebuah bukti atau makna dari perubahan hidup yang terlihat ketika seorang pendosa bertobat; adanya rasa rendah diri, adanya pengakuan dosa yang menuntun ke arah permohonan akan rahmat Allah dan adanya kenyataan iman, pelayanan dan perbuatan-perbuatan sebagai buah pertobatan sejati. Pertobatan berarti sebuah perubahan pikiran. Pertobatan yang dialami dan dirasakan oleh manusia tidak hanya semata-mata Tindakan dan usaha manusia belaka. Allah yang memungkinkan manusia untuk bertobat dan manusia mempunyai kewajiban untuk mengakui dan menyesali segala keberdosaannya dengan menerima sakramen tobat. Allah tidak menutup pintu perdamaian ketika manusia berdosa, Allah memberikan kesempatan kepada manusia sehingga pertobatan sangat mungkin untuk dilakukan. Pertobatan menyangkut sikap atau pendirian seseorang terhadap segala pewartaan yang disampaikan oleh Yesus tentang keselamatan. Sikap seseorang yang bertobat tampak dalam perubahan (pembaruan) spiritual secara mendasar dan menyeluruh, Sehinggga pada akhirnya menunjukkan pembaruan hidup secara total. Akhirnya penulis menyadari bahwa pertobatan merupakan hal yang sangat penting bagi umat beriman untuk memperbaiki relasi dengan Allah, Gereja serta sesama dan ciptaan lain yang telah rusak akibat dosa. Dengan melakukan pertobatan umat Allah yang beriman akan bersatu dan berdamai kembali dengan Allah. Sehingga pendosa yang bertobat akan memperoleh rahmat penebusan dan keselamatan yang berlimpah dari Allah. Manusia tidak hanya berdamai dengan Allah, akan tetapi manusia juga harus berdamai dengan dirinya sendiri, sesama dan juga Gereja yang telah dilukai dengan dosa. Hal ini menjadi sangat penting agar manusia memperoleh keselamatan yang datang dari belas kasih Allah.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Kanon 959 Kitab Hukum Kanonik 1983, Sakramen Tobat, Keselamatan.
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity
B Philosophy. Psychology. Religion > BT Doctrinal Theology
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: S.Fil Kayetanus Wegu
Date Deposited: 08 Aug 2023 05:25
Last Modified: 08 Aug 2023 05:25
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/12960

Actions (login required)

View Item View Item