Memahami Konsep Fusi Horizon Dalam Hermeneutika Hans-Georg Gadamer

NAHAK, Nofri Dandi (2023) Memahami Konsep Fusi Horizon Dalam Hermeneutika Hans-Georg Gadamer. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (646kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (529kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (469kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (527kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (478kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (427kB)

Abstract

Konsep fusi horizon ini merupakan salah satu konsep besar Gadamer yang termuat dalam maha karyanya (Wahrheit und Methode). Konsep ini dikemukakan Gadamer dalam konteks menghadapi persoalan penafsiran yang telah dikembangkan oleh para pendahulunya secara khusus Schleiermacher dan Dilthey. Katakanlah baik Schleiermacher, Dilthey, Gadamer maupun para filsuf hermeneutika lainnya selalu berhadapan dengan persoalan yang sama yaitu masalah penafsiran teks. Perlu kita akui bahwa kesulitan penafsiran itu selalu ada. Apalagi penafsiran terhadap teks-teks yang sudah ditulis berabad-abad silam atau teks-teks kuno, sementara kita sebagai pembaca atau penafsir sudah berada di masa sekarang, kita ingin membaca dan memahami teks itu dari konteks kita dan berusaha untuk menemukan isi pesannya. Kita akan menghadapi persoalan yang tidak mudah karena jarak waktu jauh membentang antara kita sebagai pembaca dengan teks itu sendiri. Sementara itu juga kita sudah berada dalam situasi dunia yang sama sekali berbeda, entah itu dunia sosial, budaya dan sejarah, dengan dunia kehidupan pengarang teks itu. Meskipun menyadari bahwa kita memiliki jarak waktu yang cukup jauh dari pengarang teks, kita tetap meyakini bahwa kita dapat mengatasinya. Karena memang sebuah identifikasi total dengan pengarang teks adalah mustahil. Hermeneutika Schleiermacher dan Dilthey berupaya untuk mencapai identifikasi tersebut, sehingga menafsirkan teks merupakan sebuah tugas reproduksi. Dalam arti bahwa kita sebagai penafsir, dalam melakukan penafsiran terhadap teks itu, tidak bisa tidak harus masuk ke dalam dunia pengarang teks, kemudian kita menghadirkan kembali seluruh perasaan, pikiran, kehendak dari pengarang teks itu seasli atau semurni mungkin lewat empati dan rekonstrkusi. Hanya dengan cara demikian, maksud atau intensi dari pengarang teks itu dapat terpahami oleh kita sebagai penafsir. Gadamer mengkritik pandangan seperti ini sebagai kurang tepat. Sebagai kritiknya terhadap Schleiermacher dan Dilthey, Gadamer menunjukkan kalau keduanya begitu terpesona dengan dunia mental pengarang teks, sehingga memahami bagi keduanya merupakan sebuah gerak masuk ke dalam isi pikiran penulis dengan maksud untuk mengalami kembali (Nacherleben) secara utuh apa yang dimaksudkan penulis ketika menulis teks itu. Jadi memahami dalam arti ini dilihat sebagai suatu upayamengikuti bahasa Palmer reconstruction of the mental experience of the text’s author. Gadamer menolak asumsi dan cita-cita untuk kembali ke teks dan pengarang aslinya seperti yang diaggung-agungkan oleh Schleiermacher dan Dilthey. Menurut pendapat Gadamer, Schleiermacher dan Dilthey ternyata kurang menyadari akan ketersituasian dan jarak waktu yang membentang jauh antara pengarang teks dan penafsir. Pengarang teks dan penafsir sudah berada dalam suatu Lebenswel dengan latar belakang historis dan kebudayaan yang berbeda. Perbedaan latar belakang historis dan kebudayaan itulah yang membuat keduanya memiliki pandangan dunia (Weltanschauung) dan memiliki praduga yang berbeda sehingga membuat keduanya juga berada pada posisi horizon yang berbeda pula. Karena itu, sulit bagi penafsir untuk masuk dan mengalami kembali maksud asli pengarang seutuhnya tanpa suatu praduga atau pra-pemahaman atasnya, sementara keduanya sudah berada dalam suatu horizon yang berbeda yang ikut membentuk pemahaman masing-masing. Dengan demikian, memahami teks tidak bisa tidak harus merupakan sebuah peleburan horizon yaitu perpaduan dua horizon yang berbeda antara pengarang di satu sisi dan penafsir di sisi lain. Menurut Gadamer Memahami (Verstehen) adalah sebuah proses yang melibatkan tegangan berbagai horizon sehingga keasingan tidak dibuat lenyap tetapi dibuat terpahami untuk kekinian kita.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BD Speculative Philosophy
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: S.Fil Nofri Dandi Nahak
Date Deposited: 11 Sep 2023 03:11
Last Modified: 11 Sep 2023 03:11
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/14041

Actions (login required)

View Item View Item