Disrupsi Teknologi Digital Sebagai Tragedi Kebudayaan Perspektif Georg Simmel

LANGODAY, Paulus P. (2023) Disrupsi Teknologi Digital Sebagai Tragedi Kebudayaan Perspektif Georg Simmel. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (430kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (194kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (212kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (236kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (245kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (127kB)

Abstract

Manusia sebagai makhluk kultural senantiasa berada dalam bingkai membentuk dan dibentuk oleh, dan dalam kebudayaan. Hubungan ini sudah berlangsung sejak manusia dilahirkan yakni dalam kondisi inferior, di mana manusia tidak bisa hidup secara langsung dengan alam. Jika hewan mempunyai naluri dan keadaan fisik yang memampukannya untuk dapat bertahan hidup di alam, maka manusia yang ditunjang dengan akal budi harus menciptakan kebudayaan untuk mempermudah dan membantunya hidup di alam. Sehingga tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pada hakikatnya manusia menciptakan kebudayaan untuk membantunya. Konsekuensi logisnya, sebagaimana manusia yang dinamis, kebudayaan juga selalu berubah dari waktu ke waktu mengikuti manusia dan segala kebutuhannya. Pada saat yang sama manusia sebagai individu pun berubah sebagai bentuk adaptasinya terhadap perubahan dan perkembangan kebudayaan. Tidak hanya sampai di situ, pada situasi paling tragis manusia sebagai pencipta kebudayaan malah kehilangan kemampuan untuk mengendalikan ciptaannya. Kebudayaan sebagai hasil tindakan kultural manusia memuat dalam dirinya suatu kekuatan untuk memblokir, mempersulit, mengaburkan dan memecahkan tujuannya yang paling utama. Situasi ini diistilahkan Georg Simmel sebagai Tragedi Kebudayaan. Simmel sebagai pribadi yang lahir dan tumbuh di kota Berlin menyaksikan bagaimana hal itu terjadi dan meyakini bahwa hubungan seperti ini abadi, artinya akan terus belangsung sampai kapan pun, dengan cara yang berbeda-beda tentunya. Bahkan baginya, kebudayaan berkembang dalam hubungan dialektik seperti ini. Berkaitan dengan itu Simmel menggunakan istilah hidup (life) dan bentuk (form) untuk menjelaskan hubungan tersebut. Di sini hidup dapat diartikan sebagai kreatifitas individu sedangkan bentuk adalah bentuk-bentuk kebudayaan seperti halnya teknologi, hukum dsb. Hidup hanya akan menjadi realitas apabila terkristal menjadi bentuk, dan bentuk hanya akan berkembang jika mendapat daya dari hidup. Lebih spesifik tentang kebudayaan, Simmel menggunakan istilah budaya subjektif untuk menjelaskan daya kultural individu, dan budaya objektif untuk menjelaskan bentuk-bentuk kebudayaan. Kebudayaan hanya dapat diandaikan jika berada dalam hubungan antara dua sisi kebudayaan tadi. Jika salah satu sisi terlepas dari hubungan ini maka kebudayaan mengalami kebangkrutan, mengalami situasi tragis. Teknologi adalah salah satu unsur kebudayaan yang sangat jelas memperlihatkan hubungan ini. Individu mengembangkan teknologi, begitu sebaliknya, perkembangan teknologi mempengaruhi individu. Bahkan di era ini, era disrupsi teknologi digital, individu sangat tergantung pada teknologi. Era disrupsi teknologi digital memperkuat kepercayaan bahwa Simmel benar tentang keabadian hubungan dialektis antara manusia dan kebudayaan sebagai ciptaannya. Keberlanjutan fenomena tragedi kebudayaan inilah yang dikaji dalam skripsi ini.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Teknologi, Digital, Kebudayaan, Georg Simmel
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BC Logic
B Philosophy. Psychology. Religion > BD Speculative Philosophy
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: S.Fil Paulus P Langoday
Date Deposited: 13 Sep 2023 04:02
Last Modified: 13 Sep 2023 04:02
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/14208

Actions (login required)

View Item View Item