Keselamatan Dan Perlindungan Bagi Orang Benar Yang Percaya Kepada Tuhan (Analisis Biblis - Teologis Atas Mazmur 125)

KOLI, Aprilio Rifaldo Yoseph Mau (2023) Keselamatan Dan Perlindungan Bagi Orang Benar Yang Percaya Kepada Tuhan (Analisis Biblis - Teologis Atas Mazmur 125). Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (859kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (444kB)
[img] Text
BAB II.pdf

Download (502kB)
[img] Text
BAB III.pdf

Download (582kB)
[img] Text
BAB IV.pdf

Download (570kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (185kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (520kB)

Abstract

Keselamatan merupakan tema dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Keselamatan bersifat perorangan, nasional dan dunia semesta. Keselamatan itu berpusat pada Pribadi yang paling besar, yaitu Tuhan Yesus Kristus. Dari sudut pandangan Allah keselamatan meliputi segenap karya Allah dalam membawa manusia keluar dari hukuman menuju pembenaran, dari kematian ke kehidupan kekal, dari musuh menjadi anak. Dari sudut pandangan manusia keselamatan mencakup segala berkat yang berada di dalam Kristus, yang bisa diperoleh dalam kehidupan sekarang maupun kehidupan yang akan datang. Dalam Perjanjian Baru keselamatan adalah kebebasan mendasar yaitu dari dosa. Keselamatan ini adalah milik orang yang mengikuti Kristus. Keselamatan adalah pembebasan dari bahaya atau penderitaan. Menyelamatkan adalah melepaskan atau melindungi. Kata ini mengandung makna kemenangan, kesehatan, atau kelangsungan hidup. Terkadang Alkitab mempergunakan kata diselamatkan atau keselamatan untuk menunjuk pada kelepasan fisik yang bersifat sementara (Flp 1:19). Iman adalah kepercayaan, terutama kepada reliabilitas Allah. Pengertian modern mengenai iman adalah semacam pengetahuan yang lebih rendah atau penerimaan pendapat atau cerita, yang tidak sepenuhnya dapat dibuktikan. Makna alkitabiah iman (kata yang berkaitan dengannya adalah ‘kepercayaan’) lebih terletak pada hakikat komitmen, meskipun dalam kenyataan tersirat juga adanya dasar yang membuat iman tidak dapat didukung dengan bukti historis secara meyakinkan. Iman merupakan dasar dari kehidupan umat Allah baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Jika mengambil janji kepada Hawa dalam Kejadian 3:15 sebagai titik permulaan, maka dapat segera dilihat bahwa wahyu (penyataan) pertama dari Kovenan anugerah ini menuntut tanggapan iman dari umat Allah. Hal ini terlihat dalam surat Ibrani pasal 11 bahwa Habel memberi persembahan yang baik kepada Allah karena iman (ay. 4; Kej 4:3-10); karena iman Henokh berjalan bersama Allah (ay. 5; Kej. 5:21-24); dan karena iman Nuh menjadi pewaris kebenaran (ay. 7; Kej. 6:13-22). Dengan demikian, konsep Alkitab tentang iman terletak pada inti hubungan antara Allah, Alkitab dan bangsa-Nya, ini suatu hubungan yang sangat pribadi, dinamis dan multi-bentuk. Allah adalah benar dan adil dalam segala perbuatan-Nya, apa yang diperbuat Allah menjadi wujud dari keadilan Allah yang terlihat dari ikut campur tangan Allah bagi umat-Nya di dalam pemeliharaan-Nya. Sekalipun perbuatan Allah bertentangan dengan tradisi atau konsep yang secara umum berlaku, namun pada saat yang sama juga merupakan pembuktian keadilan Allah dinyatakan. Dengan demikian keadilan Allah tidak terpisah dengan kebenaran Allah. A.B Davidson menyatakan bahwa keadilan bukan hanya suatu sifat tetapi suatu dampak dari perbuatan Allah. Allah memiliki kekuasaan yang berdaulat dalam seluruh tatanan yang ada, hal ini merupakan tanda pengenalan-Nya yang terkandung di dalam perjanjian yang telah dinyatakan. Orang benar adalah orang yang hidup oleh iman yang selalu percaya dan menaruh harapan sepenuhnya pada Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai penolong dalam hidupnya. Menurut Alkitab, ada dua arti sederhana dari orang benar, yaitu orang yang hidupnya melakukan hal-hal benar dan orang yang kehidupannya dibenarkan. Ini artinya, ada dua cara untuk menjadi orang benar, yang pertama adalah dengan melakukan hal-hal yang benar, dan yang kedua adalah dengan dibenarkan oleh Tuhan. Orang fasik adalah orang yang tidak memiliki damai sejahtera, dan tidak mungkin memilikinya di luar Kristus. Kata-kata yang tidak memberikan pengharapan kepada orang berdosa terdapat dalam Yesaya 48:22, “tidak ada damai sejahtera bagi orang-orang fasik! firman Tuhan.” Kehidupannya penuh dengan perselisihan, kekacauan, kegelisahan, kecurigaan, tawar hati, pertengkaran, dan kecemasan. Yesaya 57:20;27 melukiskan keadaan orang fasik sebagai berikut; “Tetapi orang-orang fasik adalah seperti laut yang berombak-ombak sebab tidak dapat tetap tenang dan arusnya menimbulkan sampah dan lumpur, tiada damai bagi orang-orang fasik itu, firman Allahku”. Ini merupakan peringatan kepada orang berdosa yang hidupnya jahat, tidak mengenal Allah dan tidak percaya. Juga kata-kata itu memberi tantangan kepada orang Kristen untuk mencari dan mendapatkan damai sejahtera Allah serta memeliharanya.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Kitab Suci, Keselamatan, Kepercayaan Umat Katolik, Dokumen Gereja, Gereja Katolik.
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > BL Religion
B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity
B Philosophy. Psychology. Religion > BV Practical Theology > BV1460 Religious Education
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: S.Fil Aprilio Rifaldo Yoseph Mau Koli
Date Deposited: 21 May 2024 03:55
Last Modified: 21 May 2024 03:55
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/16130

Actions (login required)

View Item View Item