SAKO, Maria Yosefina (2024) Analisis Daerah Rawan Air Di Kabupaten Sabu Raijua Berdasarkan Indeks Rawan Air (Water Stress Index). Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.
Text
ABSTRAK.pdf Download (505kB) |
|
Text
BAB I.pdf Download (74kB) |
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (300kB) |
|
Text
BAB III.pdf Restricted to Repository staff only Download (186kB) |
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Repository staff only Download (932kB) |
|
Text
BAB V.pdf Download (8kB) |
|
Text
DAFTAR PUSTAKA dan SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIASI.pdf Download (1MB) |
Abstract
Kabupaten Sabu Raijua merupakan wilayah yang harus harus diperhatikan tingkat kekeritisan airnya. Karena memiliki iklim wilayah sabana tropis yang kering hal tersebut ditandai dengan musim kemarau yang panjang dan musim penghujan yang relatif singkat dalam setahun di daerah ini. Musim penghujan di wilayah kabupaten ini biasanya terjadi sejak awal bulan Desember hingga akhir bulan Maret. Sementara itu, musim kemarau berlangsung sejak bulan April hingga bulan Oktober, dan memiliki kondisi topografi yang didominasi kemiringan lereng antara 5-15%, dan ketinggian antara 0–50 m di atas permukaan laut, yang dapat dijumpai pada seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Sabu Raijua. Sehingga untuk dapat melihat potensi kekeringan yang dideskripsikan sebagai daerah atau Kecamatan rawan air yang terjadi di Kabupaten Sabu Raijua maka perlu dilakukan kajian mendalam mengenai kondisi ketidakseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan air atau yang dikatakan terancam rawan air bersih (Water Stress).Water Stress Index merupakan metode identifikasi dengan membandingkan antara kebutuhan air (water demand) dengan ketersediaan air (water availability). WSI ini dihitung dalam persen kemudian dikelompokkan menjadi empat kelompok untuk memudahkan proses identifikasi. Berdasarkan hasil analisa kebutuhan air dan ketersediaan air maka dapat disimpulkan bahwa jumlah ketersediaan air permukaan pada Kecamatan Sabu Barat sebesar 0.984 m3/detik, Hawu Mehara sebesar 0.284 m3/detik, Sabu Timur sebesar 0.462 m3/detik, Sabu Liae sebesar 0.331 m3/detik, dan Sabu Tengah sebesar 0.198 m3/detik. Jumlah kebutuhan air domestik dan non domestik pada tahun 2023 dan 2033 yaitu pada Kecamatan Sabu Barat sebesar 2.311 m3/detik dan 2.320 m3/detik, Hawu Mehara sebesar 0.0243 m3/detik dan 0.0261 m3/detik, Sabu Timur sebesar 0.2095 m3/detik dan 0.2116 m3/detik, Sabu Liae sebesar 0.4287 m3/detik dan 0.4301 m3/detik, dan Sabu Tengah sebesar 0.3469 m3/detik dan 0.3481 m3/detik.Sehingga hasil analisis dari identifikasi tingkat kekeritisan air dengan menggunakan nilai Water Stres Index, pada Kabupaten Sabu Raijua disetiap kecamatan pada tahun 2023 dan 2033 menunjukan bahwa kelas kekritisan air yakni pada Kecamatan Sabu Barat nilai WSI 392% dan 393%, termasuk kelas sangat kritis. Kecamatan Hawu Mehara niali WSI 13% dan 14%, termasuk kelas belum kritis. Kecamatan Sabu Timur nilai WSI 74% dan 75%, termasuk kelas mendekati kritis. Kecamatan Sabu Liae nilai WSI 203,7% dan 204%, termasuk kelas sangat kritis. Kecamatan Sabu Tengah nilai WSI 242% dan 243%, termasuk kelas sangat kritis.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Kebutuhan Air, Ketersediaan Air, Kekritisan, Water Stress Index |
Subjects: | H Social Sciences > HN Social history and conditions. Social problems. Social reform J Political Science > JS Local government Municipal government T Technology > TA Engineering (General). Civil engineering (General) |
Divisions: | Fakultas Teknik > Program Studi Teknik Sipil |
Depositing User: | Maria Yosefina Sako |
Date Deposited: | 07 Nov 2024 00:23 |
Last Modified: | 07 Nov 2024 00:23 |
URI: | http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/17525 |
Actions (login required)
View Item |