BANI, Ferdinandes Jolio (2024) Perspektif Paulus Mengenai Daging Persembahan Berhala Dan Implikasi Etik Bagi Gereja (Refleksi Eksegetis Atas Teks 1 Kor 8:1-13). Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.
Text
ABSTRAK.pdf Download (999kB) |
|
Text
BAB I.pdf Download (596kB) |
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (393kB) |
|
Text
BAB III.pdf Restricted to Repository staff only Download (725kB) |
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Repository staff only Download (632kB) |
|
Text
BAB V.pdf Download (556kB) |
|
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (538kB) |
Abstract
Kesalahpahaman jemaat di Korintus mengenai "daging persembahan berhala" dapat dijelaskan sebagai pemahaman yang keliru atau konsep yang salah tentang makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala. Kesalahpahaman ini terutama terkait dengan bagaimana jemaat di Korintus memahami dan memperlakukan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala dalam konteks kehidupan sehari-hari mereka. Pandangan jemaat Korintus tentang “daging” dalam konteks 1 Korintus 8:1-13 dan 1 Korintus 10:19-22 bisa cukup rumit. Dalam Surat-Surat Paulus kepada jemaat Korintus, terdapat beberapa indikasi bahwa beberapa anggota jemaat memiliki pemahaman yang berbeda tentang makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala atau “daging”. Dalam 1 Korintus 8, terdapat kelompok orang percaya yang mungkin memiliki pemahaman bahwa makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala adalah hal yang sepele atau tidak berdampak besar dalam iman mereka. Mereka mungkin merasa bahwa mereka memiliki “pengetahuan” yang cukup untuk memahami bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, sehingga mereka merasa bebas untuk makan makanan semacam itu di dalam kuil berhala atau dalam situasi sosial lainnya. Namun, di sisi lain, ada juga anggota jemaat yang dijelaskan sebagai “lemah dalam iman”. Mereka mungkin memiliki pemahaman yang berbeda dan mungkin merasa terganggu atau sakit hati melihat saudara-saudara mereka yang lebih kuat dalam iman makan makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala. Mereka mungkin menganggap perbuatan ini sebagai bentuk pengakuan kepada dewadewa berhala atau sebagai tindakan yang tidak layak bagi orang Kristen. Pandangan jemaat Korintus tentang “daging” oleh karena itu terbagi antara mereka yang merasa itu adalah sesuatu yang kurang penting dan mereka yang menganggapnya sebagai masalah serius dalam vii konteks kekristenan. Ini menciptakan konflik dalam jemaat, yang harus diatasi oleh Paulus melalui Suratnya. Paulus menekankan pentingnya kasih, kepedulian terhadap saudara-saudara yang lebih lemah, dan menjaga persatuan dalam jemaat. Dia juga mengingatkan jemaat agar tidak terlibat dalam penyembahan berhala secara langsung. Dengan demikian, pandangan jemaat Korintus tentang “daging” mencerminkan keragaman dalam pemahaman mereka yang menjadi salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh jemaat tersebut. Latar belakang atau Alasan pilih judul: Pandangan mengenai konsumsi daging yang dipersembahkan kepada berhala menjadi sebuah isu yang rumit di antara jemaat-jemaat Kristen di Korintus pada abad pertama. Dalam konteks tersebut, sebagian anggota jemaat merasa bahwa makan daging yang telah dipersembahkan kepada berhala merupakan tindakan yang bertentangan dengan iman Kristen. Namun, pandangan lain menganggap bahwa berhala-berhala tidak memiliki keberartian di depan Allah, dan makan daging semacam itu tidaklah berdosa. Pada saat yang sama, teks 1 Korintus 8:1-13 menghadirkan tantangan dalam mengartikan dan menerapkan ajaran agama dalam konteks budaya yang beragam. Teks ini tidak hanya menggambarkan pertentangan antara dua pandangan yang berbeda, tetapi juga memberikan peluang untuk memahami bagaimana iman Kristen berinteraksi dengan nilai-nilai budaya yang mendominasi masyarakat pada waktu itu Gambaran permasalahan yang dikaji dan tujuan ilmiah yang hendak dicapai: Gambaran permasalahan yang dikaji: Dalam konteks kehidupan Kristen awal di Korintus, isu seputar konsumsi daging yang dipersembahkan kepada berhala menjadi pusat perhatian dan perdebatan di dalam jemaat. Perbedaan pandangan dan pertentangan etis antara anggota jemaat mengenai isu ini menciptakan sebuah konflik yang memerlukan pemecahan. Oleh karena itu, ada beberapa permasalahan pokok yang diangkat pada viii penelitian ini adalah: 1. Bagaimana teks 1 Korintus 8:1-13 dapat memberikan pemahaman mendalam terhadap isu daging yang dipersembahkan kepada berhala-berhala' dalam konteks budaya Kristen awal di Korintus? 2. Bagaimana implikasinya dalam mengatasi konflik etis di dalam komunitas Kristen pada masa itu? 3. Bagaimana pandangan Paulus mengenai isu ini dan bagaimana ajaran tersebut dapat menetralisir problem mengenai daging persembahan berhala dalam berbagai konteks budaya dan sosial di Korintus? Tujuan Ilmiah yang hendak dicapai: Tujuan yang ingin dicapai melalui tulisan ini adalah untuk memahami isu “daging yang dipersembahkan kepada berhala-berhala” dengan berbagai problem etis pada masa itu. Ada beberapa point dalam tujuan penulisan: 1. Menganalisis teks 1 Korintus 8:1-13 secara eksegese untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam terhadap isu konsumsi daging yang dipersembahkan kepada berhala-berhala. 2. Menyoroti pandangan Paulus mengenai isu ini dan bagaimana ajaran tersebut dapat diaplikasikan dalam berbagai konteks budaya dan sosial di Korintus. 3. Memberikan kontribusi pada pemahaman lebih mendalam tentang pandangan Paulus dan penerapannya dalam tantangan etis yang dihadapi oleh komunitas Kristen pada masa itu. Metode yang dipakai: Adalah Metode Analisis Hitoris Kritis. dimana didalam metode ini terdapat • Analisis letak teks • Pembatasan teks • Analisa struktur teks • Analisa kosa kata ix • Analisis teologis • Transposisi kristiani • Refleksi pribadi Pendekatan yang dipakai: Adalah Pendekatan Historis Kritis Metode Eksegese Kitab Suci Hasil yang diharapkan dengan penelitian ini: Bahwa Paulus dengan serius menasihati jemaat di Korintus untuk tidak makan "daging yang dipersembahkan kepada berhala." Dalam hubungan ini, ia mengidentifikasi tiga prinsip pertimbangan: pertimbangan motivasi (8: 1-13), pertimbangan teologis (8:4-6), dan pertimbangan praktis (8: 7-13). Argumentasi Paulus sangat persuasif. Benar bahwa Umat Kristen bisa makan daging seperti itu tanpa mengalami apa pun, karena Tuhan kita lebih besar dari semua berhala tersebut dimana ke Allah_an itu esa (Deus umilin et omniptens). Deus: kata latin untuk Tuhan atau Allah, umilin (unum): artinya Satu atau Esa. Jadi, Deus umilin menyatakan keesaan aatau kesatuan Allah. Et omnipotens menyatakan kekuasaan mutlak dan keesaan Allah. Namun, mengingat bahaya yang lebih besar dari iman yang "lemah" dan belum dewasa, lebih baik tidak "memakan daging kurban kepada berhala". Dalam hal ini, “mereka yang berkuasa” harus rela melepaskan hak-haknya, dan hal ini hanya bisa terjadi jika mereka dimotivasi oleh kasih Tuhan sendiri. Paulus mengembangkan pendapat bahwa jemaat Korintus tidak boleh makan "daging yang dipersembahkan kepada berhala" tidak hanya dalam perikop ini, tetapi juga dalam konteks yang lebih luas. Paulus menggunakan contoh dari kehidupannya sendiri untuk menjelaskan dalam 9: 1-27 bahwa dia bersedia melepaskan banyak haknya agar orang lain dapat mendengar Injil. Oleh karena itu, Paulus menyarankan agar “orang-orang kuat” juga melepaskan hak-haknya dengan tidak memakan “daging yang dipersembahkan kepada berhala”, agar “orang-orang lemah” tidak terjerumus ke dalam dosa.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity B Philosophy. Psychology. Religion > BS The Bible |
Divisions: | Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat |
Depositing User: | Perpustakaan UNWIRA |
Date Deposited: | 24 Oct 2024 06:32 |
Last Modified: | 24 Oct 2024 06:32 |
URI: | http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/17845 |
Actions (login required)
View Item |