Memahami Homili Dalam Terang Kanon 767 § 1 Kitab Hukum Kanonik 1983

BARUS, Pribadi (2019) Memahami Homili Dalam Terang Kanon 767 § 1 Kitab Hukum Kanonik 1983. Diploma thesis, Universitas Katolik Widya Mandira.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (793kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (349kB)
[img] Text
BAB II.pdf

Download (329kB)
[img] Text
BAB III.pdf

Download (381kB)
[img] Text
BAB IV.pdf

Download (414kB)

Abstract

Pewartaan Sabda Allah melalui homili merupakan satu bagian integral dari keseluruhan tindakan liturgis. Homili selalu disampaikan dalam konteks Perayaan Liturgi. Homili bukanlah bagian tambahan dalam liturgi. Homili bukanlah kesempatan untuk menyampaikan ide-ide yang sulit dimengerti oleh umat. Dalam menyampaikan homilinya, homilis tidak perlu memikirkan teknik-teknik khusus agar dapat menarik perhatian umat. Homili harus mampu menyentuh kehidupan umat. Oleh sebab itu, homilis perlu menyediakan waktu dalam mempersiapkan homilinya agar homili yang disampaikan sungguh mengena dengan kehidupan umat. Homili sebagai bagian integral dari liturgi menuntut agar homili yang disampaikan membimbing umat serta homilis sendiri kepada persatuan dengan Kristus dalam ekaristi yang mengubah kehidupan. Oleh sebab itu, kata-kata seorang homilis hendaknya sedemikian rupa sehingga Allah sendiri yang diwartakan bukan diri homilis yang menjadi pusat perhatian. Homili merupakan sarana pengembangan iman umat yang melebihi segala bentuk katekese. Homili yang disampaikan dalam Perayaan Ekaristi oleh seorang homilis harus membantu pertumbuhan dan perkembangan iman umat. Oleh karena itu, homili yang disampaikan hendaknya jauh dari ide-ide abstrak yang tidak membantu perkembangan iman umat. Rasul Paulus menegaskan bahwa iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Rom. 10:17). Dalam menyampaikan homili, seorang homilis harus hati-hati menggunakan istilah yang sulit dimengerti oleh kebanyakan umat. Istilah-istilah filosofis atau teologis dapat digunakan sejauh umat yang hadir mengerti dengan baik kata-kata yang digunakan. Term yang indah pengucapannya belum tentu dimengerti oleh umat. Dengan demikian, homili yang disampaikan viii tidak pernah menyentuh kehidupan umat. Hal ini tidak akan membantu perkembangan iman umat. Persiapan dalam menyiapkan homili merupakan tugas yang sangat penting sehingga harus dibaktikan waktu yang cukup memadai. Seorang homilis yang kurang menyiapkan diri demi pewartaan Sabda Allah dengan belajar, bermeditasi, membuat refleksi akan menghasilkan homili yang dangkal dan terasa membosankan karena kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak dibimbing oleh Roh. Oleh sebab itu, Seorang homilis mestinya mendedikasikan suatu waktu yang khus bagi pelayanan Sabda Allah. Homili unggul di antara bentuk-bentuk khotbah karena konteks ekaristinya. Liturgy Sabda dan Liturgi Ekariisti merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena konteks ekaristi tersebut, homili tidak boleh berwujud suatu pertunjukan hiburan atau stand up comedi. homili haruslah ringkas dan menghindari bentuk penyampaian pidato atau penyampaian bahan kuliah. Homili hendak menjelaskan dan mengajarkan misteri Kristus berdasarkan pewartaan Kitab Suci sehingga misteri itu relevan bagi hidup umat zaman ini. Homili yang disampaikan hendaknya memperteguh iman umat dan mengantar umat ke misteri sabda dan sakramen yang sedang dirayakan. Akhirnya, homili yang disampaikan harus mendorong umat untuk berani diutus mewartakan kabar baik kepada dunia.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > BD Speculative Philosophy
B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity
B Philosophy. Psychology. Religion > BT Doctrinal Theology
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: Pitay Toni
Date Deposited: 11 Feb 2020 05:27
Last Modified: 11 Feb 2020 05:27
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/1815

Actions (login required)

View Item View Item