Mengidentifikasi Makna Bhinneka Tunggal Ika Perspektif Dekonstruksi Teks Derrida

LOI, Thomas Rivaldo Mendonca (2024) Mengidentifikasi Makna Bhinneka Tunggal Ika Perspektif Dekonstruksi Teks Derrida. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (1MB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (187kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (378kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (291kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (292kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (116kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA DAN SUKET BEBAS PLAGIAT.pdf

Download (918kB)

Abstract

Penelitian ini berfungsi mendeskripsikan persatuan dalam bingkai kebhinnekaan. pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif historis dengan metode deskriptif. Artikel ini juga bertujuan untuk mengungkap makna yang terkandung dalam semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”. Istilah “Bhinneka Tunggal Ika” dipetik dari Kitab Sutasoma karya Mpu Tantular. Semula istilah tersebut menunjukkan pada semangat toleransi keagamaan, khususnya antara agama Hindu dan Buddha. Setelah diangkat menjadi semboyan bangsa Indonesia konteks permasalahannya menjadi lebih luas yang meliputi suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Bhinneka Tunggal Ika merupakan pernyataan jiwa dan semangat bangsa Indonesia yang mengakui realitas bangsa yang majemuk, namun tetap menjunjung tinggi kesatuan. Bhinneka Tunggal Ika adalah cerminan keseimbangan antara unsur perbedaan yang menjadi ciri keanekaan dengan unsure kesamaan yang menjadi ciri kesatuan. Bhinneka Tunggal Ika merumuskan dengan tegas adanya harmoni antara kebhinnekaan dan ketunggalikaan, antara keanekaan dan keekaan, antara kepelbagaian dan kesatuan, antara hal banyak dan hal satu, atau antara pluralisme dan monisme. Ketika postmodernisme mulai dibahas di kalangan intelektual Indonesia, berbagai tanggapan muncul. Pada tahun 1993, beberapa orang menganggap diskusi mengenai postmodernisme sebagai indikasi dari "kedangkalan intelektual". Meskipun ada pandangan skeptis terhadapnya, sebagian orang melihat xi postmodernisme sebagai solusi terhadap arogansi filsafat yang dominan sebelumnya, khususnya dalam bidang metafisika dan epistemologi modern. Dekonstruksi adalah "sebuah pembelaan terhadap yang lain, dari teks dan logika permainan yang diekspresikan oleh kuasa kepengarangan". Dengan kata lain, ia adalah sebuah bentuk pembebasan. Dekonstruksi bukan bagian dari nihilisme naif yang selalu menafikan kebenaran. Dekonstruksi melampaui baik nihilisme naif maupun dogmatisme tradisional. Jika salah satu tugas filsafat bersifat konstruktif, maka dekonstruksi mengingatkan bahwa setiap konstruksi tidak dapat terlepas dari karakter metaforis dan intertekstualitas bahasa atau teks; bahwa pada akhirnya, kebenaran yang dibangun tidak bisa bersifat tunggal dan sangat rentan. Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan yang telah lama tumbuh di bumi Nusantara. Semenjak kekuasaan kerajaan Majapahit semboyan ini sudah digunakan untuk menjawabi masalah keberagaman yang ada di bumi Nusantara. Makna Bhinneka Tunggal Ika berkembang dari waktu ke waktu seturut konteks dan situasi bangsa Indonesia. Ketika melawan penjajah, Bhinneka Tunggal Ika dipakai untuk membangun semangat nasionalisme bangsa Indonesia, supaya bersama-sama mengusir penjajah dari bumi Nusantara. Pada konteks sekarang, makna Bhinneka Tunggal Ika, perlu digali kembali guna menemukan semangat nasionalisme yang radix (mengakar), karena dahulu, semboyan ini dibangun atas dasar rasa senasib sebagai orang yang dijajah, sehingga semangat nasionalisme dibangun di atas dasar kepentingan mengusir penjajah. xii Bagaimana membangun kembali semangat nasionalisme yang radix, sehingga pluralitas yang ada di Indonesia dapat dinormalisasi? Jadi Hipotesisnya ialah bukan lagi berbeda-beda tapi tetap satu, melainkan harus terlebih dahulu mengakui kesatuan dengan demikian telah terjadi normalisasi terhadap keberbedaan. Ketika orang mengakui kesatuan dengan demikian keberbedaan telah diterima. Inilah yang dimaksutkan Derrida bahwa terdapat suatu “bekas” karena kesatuan dibangun bukan dari kesatuan itu sendiri melainkan merupakan penggabungan dari unsurunsur yang berbeda, membangun persatuan dalam kebhinekaan.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BD Speculative Philosophy
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: Perpustakaan UNWIRA
Date Deposited: 14 Jan 2025 08:02
Last Modified: 14 Jan 2025 08:02
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/18612

Actions (login required)

View Item View Item