Berkat Allah Tersedia Bagi Segenap Umat Manusia

LOBA, Adrianus N. (2018) Berkat Allah Tersedia Bagi Segenap Umat Manusia. Diploma thesis, Unika Widya Mandira.

[img] Text
ABSTRAKSI.pdf

Download (389kB)
[img] Text
bab 1 word.pdf

Download (116kB)
[img] Text
bab 2 word.pdf

Download (191kB)
[img] Text
bab 3 word.pdf

Download (189kB)
[img] Text
bab 4 word.pdf

Download (179kB)
[img] Text
bab 5 word.pdf

Download (196kB)

Abstract

Kenyataan hidup yang dialami menunjukan suatu kualitas diri manusia. Kenyataan ini menunjukan juga bahwa meskipun manusia terus berjuang dengan segala kemampuannya sendiri, tidak terlepas dari campur tangan Tuhan. Semua kebahagiaan manusia berasal dari belas kasihan Allah dan semakin bertambah di dalam belas kasihan itu. Manusia bersyukur dan memohonkan berkat dari Allah adalah suatu keharusan dan kewajiban. Manusia terus menyadari kenyataan hidup yang dialaminya adalah suatu berkat yang patut dan layak untuk disyukuri. Berkat yang berlimpah terus bertambah dan tidak akan pernah habis kepada seluruh umat manusia, Tuhan menganugerahkan berkat-Nya kepada siapa saja, baik yang jahat maupun yang baik. Semua kebahagiaan manusia diberikan melalui berkat Allah dan tersimpan di dalamnya, Allah senantiasa mengikutsertakan manusia dalam janji-Nya dan memberikan semua kebaikan yang terkandung di dalamnya. Diatas dunia yang merupakan panggung kemungkinan- kemungkinan, manusia merajut hidupnya, menggali makna, mencari kebenaran-kebenaran yang tercecer. Di dunia yang sama pula manusia mencari sesuatu yang mengatasi realitas dunia ini, yaitu sesuatu yang statis, sesuatu yang tetap dan tidak berubah. Di antara kemungkinan- kemungkinan yang ada, manusia menyadari keberadaannya sebagai kerinduan dan pergumulan, sebagai sebuah dinamika yang mengalir keluar dari gerakkan hati yang tersembunyi serta menghasratkan suatu hidup yang lebih baik dan berguna bagi banyak orang. Di dunia yang seolah sia-sia ini manusia merindukan Allah sebagai sumber, dasar dan tujuan hidupnya. Namun oleh karena hasrat manusia yang tidak pernah terpenuhi secara tuntas di dunia ini, maka ia selalu berharap akan pemenuhannya kembali di masa depan. Allah memberkati semua ciptaanNya dan memberkati dengan limpahnya. Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna yang diciptakan Allah, oleh karena itu berkat Allah lebih dilimpahkan kepada manusia karena manusia adalah mahkota ciptaan Tuhan. Berkat-berkat Tuhan yang melimpah tanpa disertai dengan pemahaman iman yang tepat tentang misi Allah bagi dunia, dapat menjadi jerat yang membahayakan bagi kehidupan rohani. Efek kelumpuhan dari jerat itu akan lebih dirasakan jikalau didalamnya telah dibubuhi racun keegoisan yang hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan hidup. Pemenuhan kebutuhan hidup bukanlah hal yang salah, namun seringkali tanpa disadari hal ini dapat menjadi jerat sehingga tidak lagi memiliki kepekaan terhadap dunia luar. Dalam upaya mencari untuk menemukan kehidupan yang lebih bermakna baik bagi dirinya sendiri maupun bagi kehidupan sesama dan segala makhluk, manusia berusaha secara terus menerus untuk tetap berlangkah dalam mencapai impiannya. Upaya untuk menggapai harapannya, manusia telah melahirkan ilmu pengetahuan sebagai langkah pasti menuju kemajuan. Hal ini telah turut merubah pandangan manusia atas dunia. Namun perkembangan ilmu pengetahuan menghantar manusia pada paham materialisme dan sekularisme. Pengaruh-pengaruh perkembangan dan pandangan hidup manusia yang cendurung merasionalkan segala sesuatu, Allah tidak lagi dipandang sebagai sumber dari segala sesuatu. Allah tidak lagi dipandang sebagai sumber berkat yang memberkati, memelihara, melindungi dan merawat bumi. Manusia modern cenderung membangun hidupnya lebih sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan pribadi, dengan struktur-struktur dunia, dengan perkembangan masyarakat, dari pada dengan tuntutan-tuntutan yang datang dari luar, dari suatu instansi, yang tidak atau tidak secara langsung berpengaruh di bidang-bidang tersebut. Perhatian manusia beralih dari agama dan terarah pada dunia dan perkembangannya. Di sini terjadi bahwa bukan hanya perasaan akan yang sakral saja yang hilang dari diri manusia, tetapi juga Allah sendiri tidak berarti lagi bagi hidup manusia. Perhatian manusia lebih beralih dari hidup keagamaan. Walaupun perkembangan ilmu pengetahuan makin pesat hingga menghasilkan buah-buah yang makin canggih, toh harus diakui pula bahwa Allah ada, dan eksisitensi dunia dan manusia sebagai ciptaan tidak dapat dipungkiri. Dan karenanya manusia tetap takluk pada hukum alam yang mengatur hidupnya, (lahir, bertumbuh, berkembang dan mati). Karakter manusia sebagai makhluk yang terus berharap akan kebaikan dan kemurahan hati Allah sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi. Dan warna-warni kehidupan manusia, dan keterbatasan eksistensial (rasa sakit, lapar, haus, cinta, susah dan derita) tetap dialami. Bahkan sebab-sebab semua ini terkadang membuat manusia harus diam, karena tak diketahui dari mana asal atau sebabnya. Bencana, kemalangan, musibah dan maut secara bebas dapat mendatangi siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Semua kenyataan eksistensial ini menunjukan bahwa di luar dunia masih ada kekuatan lain yang mengatur dan menyelenggarakan kehidupan ini atas rencana dan kehendakNya sendiri. Kekuatan tersebut menguasai, mengatasi dan melingkupi alam semesta. Ketika manusia berhadapan dengan keterbatasan eksistensialnya; manusia menyadari kekecilannya; menyadari kefanaannya di dunia ini, manusia selalu merindukan keabadian yang bahagia. Namun kerinduan manusia tidak akan terpenuhi secara sempurna. Manusia terus berharap dalam kerinduannya untuk menerima berkat Allah secara sempurna yang walaupun manusia menyadari keberadaannya sebagai makhluk yang tidak sempurna. Berkat menjadikan manusia memperoleh segala pengharapannya di dalam Dia yang memberikan segalanya demi kebaikan seluruh manusia dan makluk ciptaan lainnya. Kitab Mazmur sebagai doa orang Yahudi dengan cara yang unik dan khas memuat jiwa dan semangat orang-orang Yahudi ketika mereka merindukan Allah sebagai pencipta dan penyelamat. Secara khusus Mazmur 67 merupakan salah satu Mazmur permohonan bersama/communal yang mengekspresikan suatu seni permohonan akan Allah sebagai pemberi berkat. Pemazmur yang merasa hidupnya diberkati terus memohon dengan mengucap syukur atas segala berkat Allah “kiranya bangsa-bangsa bersyukur kepadaMu ya Allah” situasi ini menghantar pemazmur pada pengharapannya agar kiranya seluruh bangsa semuanya bersyukur dan mejadi percaya kepada Allah. Mazmur 67 ditempatkan pada bingkai pengharapan, refrein yang diulang dua kali sesungguhnya mengungkapkan kerinduan pemazmur untuk memperkenalkan Allah kepada segala bangsa di bumi dan seluruh umat kembali untuk bersyukur kepada Allah. Keegoisan manusia serta lahirnya suatu paham materialisme membawa dampak yang sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia sekarang ini. Perkembangan teknologi dan kemajuan ilmu pengetahuan membawah manusia terjerumus ke dalam paham-paham yang kurang baik dan berdampak buruk bagi kehidupannya. Manusia hanya memusatkan perhatiannya pada kehidupannya sendiri tanpa melihat Allah sebagai satu-satunya Allah yang memberikan serta memberkati semua yang ada sekarang ini. Ajakan mazmur 67 yaitu untuk memaklumkan karya misi Allah demi pewartaan kerajaan Allah di dunia, serta membawa manusia untuk memahami secara mendalam tentang berkat yang berasal dari Allah.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: Antonia M. Ngole
Date Deposited: 10 Mar 2020 01:26
Last Modified: 10 Mar 2020 01:26
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/2094

Actions (login required)

View Item View Item