BABUT, Maria Dionisia (2025) Kedudukan Perempuan Dalam Sistem Pewarisan Masyarakat Adat Rana Mbata Kabupaten Manggarai Timur. Undergraduate thesis, Universitas Katholik Widya Mandira Kupang.
|
Text
ABSTRAK.pdf Download (997kB) |
|
|
Text
BAB I.pdf Download (717kB) |
|
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (710kB) |
|
|
Text
BAB III.pdf Restricted to Repository staff only Download (689kB) |
|
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Repository staff only Download (840kB) |
|
|
Text
BAB V.pdf Download (550kB) |
|
|
Text
DAFTAR PUSTAKA DAN SURAT KETERANGAN BEBAS PELAGIAT.pdf Download (672kB) |
Abstract
Masyarakat Manggarai Timur sangat memegang teguh adat istiadat maupun budaya, terutama melestarikan budaya adat pembagian harta warisan untuk anak laki-laki maupun anak perempuan. Dalam budaya Manggarai Timur ada beberapa harta warisan yang dapat dibagikan orang tua kepada anak kandungnya berupa tanah, ladang, sawah. Pewarisan dalam masyarakat adat merupakan aspek penting yang mencerminkan nilai-nilai budaya dan sistem kekerabatan yang dianut. Di Kabupaten Manggarai Timur, khususnya di masyarakat adat Rana Mbata, sistem pewarisan masih sangat dipengaruhi oleh norma- norma tradisional yang berakar pada pola kekerabatan patrilineal. Dalam konteks ini, kedudukan perempuan dalam sistem pewarisan sering kali diabaikan di mana anak laki-laki dianggap sebagai penerus utama marga dan pemegang hak waris yang lebih dominan. Masalah dalam penelitian adalah kedudukan perempuan dalam sistem pewarisan menurut hukum adat masyarakat Desa Rana Mbata Kabupaten Manggarai Timur. Metode penelitian yang peneliti gunakan yaitu metode penelitian hukum empiris. Penelitian Hukum Empiris adalah suatu metode penelitian hukum yang menggunakan fakta-fakta empiris yang diambil dari perilaku manusia, baik perilaku verbal yang didapat dari wawancara maupun perilaku nyata yang dilakukan melalui pengamatan langsung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pewarisan masyarakat adat Rana Mbata masih menganut prinsip patrilineal, di mana anak laki-laki (ata one) berperan sebagai ahli waris utama. Anak perempuan (ata pe’ang) secara adat tidak memiliki hak waris karena dianggap akan mengikuti marga suami setelah menikah. Namun, dalam praktiknya terjadi pergeseran nilai, di mana beberapa orang tua memberikan warisan kepada anak perempuan atas dasar kedekatan emosional, kontribusi dalam merawat orang tua, atau karena tidak memiliki anak laki-laki. Meskipun demikian, praktik ini dinilai dapat mengganggu tatanan hukum adat yang telah mengakar kuat. Kesimpulan dan saran sesuai dari hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti, yaitu Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara normatif, sistem pewarisan masyarakat adat Rana Mbata masih menganut sistem patrilineal yang menempatkan anak laki-laki sebagai ahli waris utama, sementara anak perempuan tidak memiliki hak atas warisan keluarga. Meskipun demikian, dalam praktiknya terjadi pergeseran nilai, di mana dalam kondisi tertentu anak perempuan juga menerima bagian warisan atas dasar kedekatan emosional dan kontribusi terhadap orang tua. Peneliti menyarankan agar praktik ini tidak dipertahankan, karena bertentangan dengan prinsip pewarisan adat patrilineal dan berisiko merusak tatanan hukum adat yang telah mengakar kuat. Hak waris sebaiknya tetap diberikan kepada anak laki-laki (ata one) sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai adat dan keberlangsungan garis keturunan.
| Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
|---|---|
| Uncontrolled Keywords: | Kedudukan perempuan, Sistem pewarisan, Hukum adat, Masyarakat adat Rana Mbata |
| Subjects: | G Geography. Anthropology. Recreation > GN Anthropology G Geography. Anthropology. Recreation > GT Manners and customs H Social Sciences > H Social Sciences (General) K Law > K Law (General) |
| Divisions: | Fakultas Hukum |
| Depositing User: | Maria Dionisia Babut |
| Date Deposited: | 23 Sep 2025 06:43 |
| Last Modified: | 23 Sep 2025 06:43 |
| URI: | http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/22007 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |
