Konsep One Dimensional Man Menurut Herbert Marcuse sebagai sebuah Kritik Terhadap Manusia Digital

SURI, Kristo Ronaldo (2021) Konsep One Dimensional Man Menurut Herbert Marcuse sebagai sebuah Kritik Terhadap Manusia Digital. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (754kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (518kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (535kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (447kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (626kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (305kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (556kB)

Abstract

Manusia sedang berada di bawah dominasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Pergeseran pola pikir menuju antroposentrisme sejak abad modern menjadikan manusia begitu berkembang dalam kedua bidang tersebut. Dengan kekuatan akal budinya, manusia mampu berinovasi dalam teknologi. Penindasan seolah disembunyikan dalam perubahan teknologi dan pola hidup yang diorganisir dalam revolusi industri yang seakan-akan terlihat emansipatif. Masyarakat yang diinstrumentalisasi itulah yang dikritik oleh Herbert Marcuse. Kritik Marcuse tersebut tertuang dalam karya agungnya, yakni One Dimensional Man. Buku terbitan tahun 1964 tersebut berisi kritikan tajam terhadap masyarakat industri maju, bahwasannya masyarakat jatuh dalam rasionalitas irasional. Istilah tersebut dijelaskan Marcuse bahwa rasionalitas terdapat dalam produksi kaum kapitalis yang menyenangkan, bahkan menjawab kebutuhan manusia. Akan tetapi rasionalitas itu bersifat teknologis. Alat-alat teknologi kelihatan rasional, sehingga kelihatan membebaskan dan membantu masyarakat. Namun di balik rasionalitas teknologi itu, lahirlah masyarakat irasional; dalam artian bahwa masyarakat tidak lagi menggunakan rasionya untuk mengkonsumsi alat-alat teknologi yang ada. Atas dasar itulah, masyarakat industri modern dinilai rasional dalam bagiannya, tetapi irasional dalam keseluruhannya. Penindasan itu pun masih berlanjut hingga era manusia digital ini. Penamaan manusia sebagai makhluk digital beralasan, karena aktivitas berhadapan dengan gawai dan alat-alat teknologi mendominasi kehidupan riil di dunia nyata (korporeal). Sebagaimana dalam arti etimologisnya, istilah digital berasal dari bahasa Latin digitalis yang berarti “jari”. Dan homo digitalis berarti manusia jari, di mana kepastian keberadaannya terpampang dalam “jari yang mengklik”. Aktivitas di hadapan gawai membuat manusia kehilangan daya kritisnya dan ia dikendalikan oleh sistem yang memperkaya diri. Terdapat empat hal yang dijelaskan dalam tulisan ini sebagai sebuah kritik terhadap manusia digital, antara lain, pertama, adanya penyempitan ruang kritis manusia. Bahwasannya, di hadapan dunia virtual, kekritisan manusia semakin meenyempit, di mana manusia terlihat mengafirmasi produktivitas teknologi kaum kapitalis tanpa mempertanyakan dan mempersoalkan penindasan yang diciptakan oleh kaum kapitalis itu sendiri. kedua, manusia digital sebagai konsumsi pasif. manusia digital sebagai budak teknologi, dan juga teralienasinya manusia dalam dunia digital. Pada bagian ini, manusia bertindak irasional, sebab manusia mengkonsumsi begitu saja tanpa menyertakan daya kritisnya. Ketiga, masyarakat digital sebagai budak teknologi. Perbudakan terjadi secara menyeluruh dan diperhalus sehingga manusia tidak menyadari perbudakan yang terjadi. Di samping itu pula, kaum kapitalis menciptakan kebebasan semu. Keempat, manusia digital teralienasi dalam dunia digital. Hal ini menjadikan manusia terasing dengan dunia nyatanya. Oleh karena aktivitas virtualnya, manusia teasing dengan pekerjaan dan relasi sosial di realitas kehidupannya. Keempat hal tersebut menggambarkan kenyataan manusia digital saat ini. Oleh karena itu, salah satu pemikiran yang komplet untuk membahas kenyataan tersebut adalah One Dimensional Man. Bahwasannya keempat hal tersebut pun menggiring manusia pada pola “satu dimensi”, yakni manusia yang bertindak affirmatif total terhadap sistem kapitalisme berkuasa. Sikap afirmasi total terhadap dominasi dan progresivitas teknologi, dan tanpa kekuatan kritis, menjadikan manusia digital menjadi konsumen pasif dan memperteguh keberadaan kaum kapitalisme. Karya One Dimensional Man tersebut membuka kesadaran manusia tentang signifikansi daya kritis manusia demi tercapainya sebuah emansipasi sosial. Daya kritis manusia harus diaplikasikan dalam penggunaan teknologi digital, sehingga manusia tidak hanya bersikap reseptif pasif terhadap kekuatan sistem kapitalisme.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BD Speculative Philosophy
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: Kristo Ronaldo Suri
Date Deposited: 24 Oct 2025 05:01
Last Modified: 24 Oct 2025 05:01
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/22105

Actions (login required)

View Item View Item