Makna Simbolik Komunikasi Ritual Adat “Saung Ta’a, Ceki Telu” Pelepasan Jenazah Adat Manggarai

ANGGAL, Cresensia D.P (2019) Makna Simbolik Komunikasi Ritual Adat “Saung Ta’a, Ceki Telu” Pelepasan Jenazah Adat Manggarai. Diploma thesis, Universitas Katolik Widya Mandira.

	Text COVER.pdf Download (523kB)
	Text BAB I.pdf Download (346kB)
	Text BAB III.pdf Download (213kB)
	Text BAB IV.pdf Download (316kB)
	Text BAB V.pdf Download (254kB)
	Text BAB VI.pdf Download (132kB)

Abstract

Manusia memiliki kesadaran, sehingga dapat mengenal kehidupan yang dialaminya. Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia tidak pernah terlepas dari budaya kandungnya yang telah memainkan perananan penting dalam sejarah kehidupannya. Akan tetapi masyarakat Lawi hanya beberapa orang saja yang mengetahui tentang ritual adat ini. Ritual adat tersebut dikatakan hampir tenggelam karena tidak ada yang bisa membawakan ritual adat ini, kecuali tua adat yang umurnya sudah beranjak tua. Ini mengakibatkan proses ritual adat saung ta’a, ceki telu sering tidak dilakukan, dengan alasan sangatlah sulit, sehingga dalam hal ini sebenarnya masyarakat Lawi dan masyarakat Manggarai seluruhnya harus paham betul dan harus bisa mengetahui ritual adat ini secara jelas agar dapat membawakan ritual adat ini. Mengingat pertumbuhan dan perkembangan zaman yang semakin modern, masyarakat Manggarai seluruhnya harus tetap mempertahankan budaya kandungnya. Ritual saung ta’a, ceki teluadalah ritual adat kematian, cekiyang artinya larangan yang memiliki keterkaitan terhadap masyarakat Lawi yang berduka, agar tidak boleh beraktifitas, tidak boleh menenun, tidak boleh ke kebun setelah ritual ini dilaksanakan. Ritual ini yang artinya kita akan berpisah dengan orang meninggal. Jika telah dilaksanakan ritual tersebut, maka segenap masyarakat boleh beraktifitas sebagaimana biasanya. Ritual tersebut mewajibkan keluarga kandung untuk turut serta hadir, karena ritual adat ini sangat penting bagi keluarga kandung yang berduka. Kemudian dalam ritual adat tersebut memiliki salah satu tua adat terpilih yang membawakan tuturan adat tersebut kepada sang kuasa dan kepada leluhur agar jiwa orang meninggal dapat diterima oleh sang kuasa. Ritual adat yang diteliti oleh penulis adalah ritual adat saung ta’a, cekitelu yang dilaksanakan di desa Compang Lawi dan dalam penelitian ini penulis memilih 4 informan penting yang tahu persis tentang ritual adat tersebut dan yang sering mengikuti ritual adat untuk diwawancara mengenai ritual yang memiliki makna simbolik, yakni mengenai makna ayam kampung dan makna siri pinang. Ritual adat saung ta’a, ceki teludilaksanakan pada hari ke-3 yang dimana diyakini oleh tua adat dan keluarga berduka bahwa hari ke-3 adalah sebuah sumpah dan hari ke-3 yang dilaksanakan ini juga dikatakan agar masa berduka keluarga tidak berlama-lama, tidak berlarut-larut karena mereka ingin segeraberkatifitas sebagaimana biasanya. Untuk itu dalam penelitian ini penulis selaku peneliti melihat bahwa ritual ini benar-benar nyata adanya. Dalam hal melaksanakan adat dan kemudian berinteraksi dengan sarana-sarana dengan komunikasi yang dibawakan oleh tua adat benar-benar memiliki tanggapan balik oleh leluhur, sehingga pada saat itu ritual adat berjalan sesuai prosedur yang ada. Berdasar pada uraian ini makna penulis berusaha untuk menggali dan menemukan kembali makna simbolik dalam ritual adat masyarakat Lawi, di bawah judul : “Makna Simbolik Komunikasi Ritual Adat “Saung Ta’a, Ceki Telu” Pelepasan Jenazah Adat Manggarai Pada Masyarakat Lawi, Desa Compang Lawi, Kecamatan Sambi Rampas, Kabupaten Manggarai Timur”.

Actions (login required)

View Item