Inkarnasi Allah Mentransendensikan Manusia (Tinjauan Biblis-Teologis Yohanes 1:1-18)

MANHITU, Joni (2020) Inkarnasi Allah Mentransendensikan Manusia (Tinjauan Biblis-Teologis Yohanes 1:1-18). Diploma thesis, Unika Widya Mandira.

[img] Text
ABSTRAKSI.pdf

Download (692kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (189kB)
[img] Text
BAB II.pdf

Download (205kB)
[img] Text
BAB III.pdf

Download (329kB)
[img] Text
BAB IV.pdf

Download (264kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (160kB)

Abstract

Pada hakikatnya Allah adalah pencipta dan manusia adalah ciptaan. Sebagaimana manusia diciptakan seturut gambar dan rupa Allah, demikian halnya manusia senantiasa terarah pada Allah. Manusia dalam hidupnya selalu berproses untuk mengenal Allah. Manusia dalam keterbatasannya mengungkapkan totalitas Allah yang dialami melalui iman dan diformulasikan dengan ungkapan manusia (bahasa manusia). Keterbatasan pemahaman dan ungkapan manusia tentang Allah menunjukkan bahwa Allah itu adalah misteri yang tidak terselami. Yohanes menyingkapkan Allah dengan menyelam dalam sejarah dan berbasis pada kekekalan yang tersembunyi di balik ketampakan-Nya. Dalam kurun waktu yang cukup lama,Yohanes dimampukan untuk menyibak rahasia wahyu ilahi yang mengatasi rasio manusia. Hal ini sangat nampak dalam seluruh kerangka tulisannya yang terkesan abstrak dengan teologi yang tinggi. Andreas Konstenberger menjelaskan bahwa menurut Clement dari Alexandia, “Yohanes menulis sebuah injil spiritual”. Hal ini bukan mau mengatakan bahwa ketiga injil lainnya tidak rohani. Di sini mau ditekankan bagaimana Yohanes meramu tulisannya dengan menekankan aspek teologis dari karya Yesus di dunia. Yohanes mewartakan Yesus dari aspek yang melampaui, bahwa Yesus ada dalam kekekalan. Dia ada dalam Allah, dan Dia adalah Allah yang berinkarnasi. Inkarnasi Allah menjadi manusia merupakan basis hidup baru di mana dunia dikuduskan, segala ciptaan tercipta secara baru. Manusia memulai keselamatannya dalam Allah dari eksistensinya di dunia menuju kesempurnaan. Allah yang menjadi xiv manusia tanpa meninggalkan keAllahan-Nya mengantar manusia untuk mentransendensikan diri tanpa meninggalkan kefanaannya sebagai manusia. Dengan berpijak pada Firman Allah yang telah menjadi manusia, manusia mampu melampaui keterbatasan manusiawinya tanpa harus meninggalkan kemanusiaannya. Dapat disimpulkan bahwa Inkarnasi Allah memungkinkan transendensi manusia. Inkarnasi adalah Firman Allah menjadi manusia. Proses inkarnasi Allah merupakan puncak revelasi Allah, di mana Allah memberi dan mengkomunikasikan diri-Nya secara utuh bagi manusia. Dia keluar dari Diri-Nya dan menghadiahkan diriNya kepada manusia. Berkat wahyu Allah, manusia dianugerahi pengetahuan iman tentang misteri ilahi. Pernyataan Diri Allah yang berdampak liberatif pada manusia, tidak saja melingkupi keterbelengguannya manusia dari dosa dan maut, namun juga memungkinkan manusia untuk terbuka bagi hidup yang melampaui alam ciptaan yang terbatas dan tidak mungkin sempurna. Realitas ini menghantar manusia untuk mentransendensikan diri dengan berbasis pada Yesus (inkarnasi Firman Allah menjadi manusia) menuju kesempurnaan sejati. Manusia yang berproses dalam keterbatasan dan juga merealisasikan keabadian Allah yang dianugerahkan kepadanya oleh Allah melalui Inkarnasi. Manusia transenden perspektif Prolog Yohanes adalah manusia yang memiliki iman yang benar akan Allah Tritunggal (bdk Yoh 1: 12-13), mengenal Allah secara baik dalam iman dan memahami setiap kehendak Allah atas dirinya. Dalam totalitas iman tersebut manusia akan memaknai hidup dalam terang, di mana hidup dalam xv cinta kasih, kesabaran, selalu menghayati spiritualitas tobat, dan hidup dalam kebenaran dan kedamaian. Iman monoteis adalah kepercayaan yang terarah pada Alah yang satu dan esa. Dalam agama Kristen dikenal monoteisme substansial, di mana Allah dalam perwujudan-Nya berhakikat satu. Iman akan Allah Tritunggal mengarah pada keesaan Allah secara esensial, di mana Allah yang berhakikat satu menyatakan diri dalam wujud Trinitaris. Hal ini menegaskan keunikan dan misteri keesaan yang tidak dapat dibatasi. Dalam Prolog Yohanes digambarkan persatuan Allah dan Firman Allah yang menjadi manusia. Firman Allah yang ada dalam Allah dan Dia adalah Allah. Yesus adalah sumber terang sejati. Terang dalam prolog Yohanes terarah secara langsung pada Yesus, Akulah terang dunia (bdk. Yoh 8: 12-20). Pola hidup sesuai dengan ajaran Yesus ada dalam situasi tidak dikuasai oleh kegelapan. Hidup dalam terang menghantar pada pola hidup yang cinta damai, untuk itu pula hidup dalam terang berarti hidup dalam kesabaran, hidup saling mengasihi, dan hidup dalam keteraturan yang menghindari permusuhan. Misteri cinta Allah pada manusia hadir dalam ketakterdugaan. Siapakah yang dapat berspekulasi tentang kelayakan manusia menerima Allah dan bersatu dengan Allah? Akibat dosa, manusia tidak saja ketiadaan rasa layak bagi Allah, namun mendengar suara Allah saja, manusia menjadi gemetar, takut dan bersembunyi (bdk Kej 3: 10). Dosa adalah awal manusia membalas cinta Allah dengan pengkianatan, kemurahan dan kebaikan hati Allah dibalas dengan ketidaksetiaan manusia. demikian xvi ketika Allah menjadi manusia dalam misteri Inkarnasi, Allah menampakkan cintaNya yang agung dan mulia. Dosa bukanlah penghambat bagi Allah untuk mencintai manusia. Di lain pihak Allah menyatakan diri sebagai kasih. Allah adalah kasih, sehingga Dia mencintai manusia dalam bingkai kesetiaan. Cinta Allah menghadirkan sebuah fakta bahwa Allah juga adalah yang setia. Manusia yang bertransendensi adalah yang juga mampu mengamalkan cinta yang menyerupai cinta Kristus. Mencintai secara total dalam kepenuhan kasih karunia dalam Kristus. Mencintai dalam totalitas, tidak pernah mengutamakan diri, rela berkorban, dan ada sukacita. Bukti cinta manusia kepada Allah dinyatakan dalam dinamika hidup sosialnya bersama sesama. Manusia dalam bingkai cintanya kepada Allah tidak dipisahkan dengan cintanya kepada sesama (bdk Mat 22: 34-40). Demikian Allah menciptakan manusia, dan manusia harus menyadari kesatuan serta kesetaraannya sebagai ciptaan yang senantiasa berproses menuju Allah sebagai sumber dan tujuan hidup manusia. demikian kepenuhan hukum yang mendasar dalam kehidupan manusia ialah cinta kasih. Hidup dalam kebenaran sama halnya juga dengan hidup secara jujur. Hidup dalam pengetahuan akan yang baik, di mana adanya persesuaian antara kebenaran yang mengandung kebajikan yang diperoleh dari Yesus Kristus, diwartakan melalui kata-kata dan tindakan, dan juga kejujuran dapat dipahami sebagai sebuah ungkapan yang sesuai dengan fakta. xvii Manusia yang mampu mentransformasikan dirinya dalam hidup transenden adalah manusia yang hidup dalam kebenaran karena Inkarnasi Allah. karena Anak Allah telah datang dan telah mengurniakan pengertian kepada manusia, supaya manusia mengenal Yang Benar; dan manusia ada dalam Yang Benar, di dalam Yesus Kristus (Sang Firman Allah yang berinkarnasi), sebab Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal (bdk 1Yoh 4: 20 ). Manusia senantiasa diselimuti oleh rahmat Allah. Rahmat memungkinkan manusia untuk mengetahui tentang Allah dan dalam misteri pewahyuan Diri Allah yang dapat dipahami dengan iman. Rahmat Allah diberikan pada manusia sematamata karena kemurahan hati Allah. Manusia dalam mengalami rahmat Allah akan sampai pada titik kesadaran. Karena rahmat Allah yang melingkupi manusia disadari juga tidak disadari. Kesadaran bukanlah tolok ukur bagi rahmat Allah, namun kesadaran menghantar manusia untuk terarah pada Allah. Rahmat adalah anugerah istimewa Allah bagi manusia sebagai bukti kemurahan hati Allah. Apabila rahmat dipahami sebagai sebuah komunikasi Diri Allah, maka Inkarnasi bukanlah pemicu dari komunikasi Diri Allah. Inkarnasi merupakan sebuah realitas puncak Allah mengkomunikasikan Diri-Nya secara utuh, sehingga melalui-Nya manusia mengalami rahmat dalam kepenuhan dan kelimpahan. Inkarnasi tidak saja membebaskan manusia dari dosa, namun lebih dari itu inkarnasi merupakan totalitas komunikasi Allah bagi manusia, di mana manusia diberikan pedoman-pedoman untuk bereksistensi sebagai manusia yang dikehendaki oleh Allah. dan ketika manusia bereksistensi sebagaimana dikehendaki oleh Allah, manusia berorientasi pada Allah dan manusia akan ada dalam situasi transformasi hidup menuju transendensi diri.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > BL Religion
B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity
B Philosophy. Psychology. Religion > BS The Bible
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: S.Kom Sela Mikado
Date Deposited: 24 Nov 2020 03:52
Last Modified: 24 Nov 2020 03:52
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/3677

Actions (login required)

View Item View Item