BEREK, Vinsensius (2020) Pendidikan Gaya Bank Menurut Paulo Freire. Undergraduate thesis, Unika Widya Mandira.
Text
ABSTRAK.pdf Download (421kB) |
|
Text
BAB I.pdf Download (410kB) |
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (532kB) |
|
Text
BAB III.pdf Restricted to Repository staff only Download (450kB) |
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Repository staff only Download (565kB) |
|
Text
BAB V.pdf Download (405kB) |
Abstract
Pendidikan sebagai salah satu aktivitas manusia yang bersifat universal, karena pendidikan sebagai ilmu teoritik dan ilmu praktik yang membahas sebagian dari aktivitas manusia. Melalui pendidikan manusia mengetahui segala sesuatu secara komprehensif berdasarkan teori serta metode-metode. Namun terkadang metode-metode yang dicanangkan di dalam pendidikan sering kali mendatangkan pemenjaraan kebebasan dalam diri manusia (peserta didik). Sehingga peserta didik hanya dilihat sebagai obyek penerima patuh tanpa menghadirkan suatu daya kreatif untuk mengkritisi ilmu yang didapatnya itu. Akibatnya pendidikan diterima begitu saja kemudian disahkan oleh intelektual sebagai sesuatu yang sudah semestinya dan seharusnya. Maksudnya pengetahuan hanya dipindahkan atau ditransfer dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (murid). Bertolak dari kenyataan di atas pendidikan yang selama ini dipandang sebagai sesuatu yang memanusiakan manusia, berubah wajah menjadi suatu pendidikan yang hanya mengajarkan manusia untuk taat pada aturan-aturan yang ditetapkan. Akibatnya,seringkali metode yang diterapakanmenyimpang dari apa yang dialami oleh manusiater lebih khusus (peserta didik). Bahkan penerapan metode-metode yang mendidik atau mengajar sama sekali tidak sesuai dengan alamiahnya peserta didik ataupun alamiahnya materi yang disampaikan. Tampak bahwa pengetahuan lebih menunjuk pada pengalaman seseorang akan dunia daripada dunia itu sendiri. Imbasnya yang terjadi ialah kemerosotan dalam fakultas kritis peserta didik, atau menghilangnya daya kreatif dari dalam diri peserta didik untuk terampil dalam menyikapi realitas yang sedang dialaminya itu. Sehingga, alamihnya peserta didik misalnya dalam hal perkembangannya yang tidak harus dipaksa berubah total menjadi sesuatu yang harus dan semestinya diikuti oleh peserta didik kepada pendidiksebagai pelaku pendidikan. Bercermin dari pendidikan yang terjadi, tentu pendidikan mengalami suatu perubahan dan kemajuan pesat. Namun dibalik semua itu pendidikan pun mengalami kemerosotan. Kenyataan yang sering terjadiialah politik dan pengkotak-kotakan atau adanya kasta. Di sini, pendidikan tidak lagi dipandang sebagai wajah pendidikan,melainkan sebagai kesempatan meraup keuntungan oleh para pelopor pendidikan sehingga berujung dehumanisasi. Pendidikan tidak lagi dipandang sebagai upaya pembudayaan untuk menciptakan manusia yang baik, malainkan manusia yang produktif (menghasilkan uang) dan konsumtif (menghamburkan uang). Kemerosotan pendidikan dikarenakan minimnya kemauan dan kurangnya daya dorong dari dalam diri peserta didik untuk mengetahui secara kreatif melalui proses berpikir. Para peserta didik bukan dituntut untuk berpikir sendiri melainkan menerima secara rinci materi-materi yang sudah ada sebelumnya. Pendidikan berubah wajah dari tujaun memanusiakan manusia beralih pada tujaun menindas.Menindas, dalam hal peserta didik hanya menerima begitu saja dan memahami apa yang berada jauh dari eksistensi dirinya. Wajah pendidikan macam inilah yang kemudian melahirkan para penindas-penindas baru. Menyikapi persoalan di atas Paulo Freire yang adalah seorang pendidik humanis. Ia mengamati bahwa betapa ketidakmanusiaan manusia ada di dalam pendidikan. Manusia tidak lagi menemukan eksistensi di luar dirinya di dalam realitas melainkan berproses dalam realitas yang terkukungkung sebagaimana yang diterapakan oleh guru sebagai pendidik. Pendidikanhanya memindahkan berbagai dalil yang ada pada dirinya kepada peserta didik yang pasif serta patuh dalam menerima transfer atau lebih tepatnya tabungan yang dihibahkan. Freire melihat pendidikan yang adalah proses humanisasi beralih ke dehumanisasi. Artinya pendidikan itu telah mencabut manusia dari kesadaranya sebagai pribadi yang otonom. Manusia (peserta didik)tidak dilihat sebagai manusia yang memiliki kebebasan dalam berpikir, melainkan berlaku sebagai pribadi pasif yang menerima begitu saja metode-metode pembelajaran kaku yang didapatnyadari pendidik. Metode macam inilah yang meniadakan daya dan kemampuan kritis peserta didik. Dengan demikian peserta didik hanyalah sebuah wadah atau disebut dengan istilah yang dipakai Freire ialah sebuah “bank” atau pendidikan gaya bank.Sekolah model “bank” adalah istilah Freire untuk sekolah-sekolah formal pada umumnya seolah-olah para guru menabung dan menjejali ilmu pengetahuan sebagai barang jadi bagi para murid. Dalam sekolah model bank, murid hanya penerima pasif dari ilmu yang sudah jadi, baku, dan tidak menyentuh kehidupan nyata, kehidupan sehari-hari mereka. Atau tabungan yang terus diisi begitu saja dengan pengetahuan, dan tak melihat apa arti sesungguhnya dibalik pendidikan yang didapatnya dan diperolehnya itu. Sistem pendidikan macam ini sungguh tidak membebaskan dikarenakan para peserta didik (murid) dianggap sebagai manusia-manusia yang tidak tahu apa-apa.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General) B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity B Philosophy. Psychology. Religion > BV Practical Theology > BV1460 Religious Education L Education > LC Special aspects of education > LC5201 Education extension. Adult education. Continuing education |
Divisions: | Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat |
Depositing User: | S.Kom Sela Mikado |
Date Deposited: | 16 Sep 2021 01:56 |
Last Modified: | 16 Sep 2021 01:56 |
URI: | http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/4003 |
Actions (login required)
View Item |