Ekumenisme Sebagai Gerakan Pemulihan Kembali Kesatuan Umat Kristiani Menurut Dekrit Unitatis Redintegratio No. 5

GUTERRES, Elidio Agusto (2017) Ekumenisme Sebagai Gerakan Pemulihan Kembali Kesatuan Umat Kristiani Menurut Dekrit Unitatis Redintegratio No. 5. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira.

[img] Text
abstraksi.pdf

Download (1MB)
[img] Text
bab I.pdf

Download (178kB)
[img] Text
bab II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (255kB)
[img] Text
bab III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (180kB)
[img] Text
bab IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (206kB)
[img] Text
bab V.pdf

Download (147kB)

Abstract

Gereja Kristen pada hakikatnya adalah satu sesuai asal dan tujuannyadan Yesus sungguh menghendaki Kesatuanitu. Namun dalam perjalanan waktu yang panjang dan rumit, kesatuan yang dikehendaki itu semakin redup cahayanya karena kelemahan-kelemahan manusia. Gereja yang dasarnya satu mulai terpecah-pecah menjadi sangat majemuk. Setelah abad XVI reformasi Protestan menghasilkan banyak Gereja sesuai niat dan kemampuannya setelah mengalami persoalan dalam kesatuan Gereja yang dianut, dan menyebabkan Gereja menjadi terpecah-pecah, ada usaha untuk merajut kembali persatuan Gereja yang disebut gerakan ekumene. Paus Yohanes XXIII menilai gerakan ini secara positif. Baginya gerakan ekumene adalah hasil dorongan Roh Kudus. Oleh karena itu, pada tahun 1959 PausYohanes XXIII mengundang sebuah konsili ekumenis dan pernyataan pers secara resmi menetapkan bahwa konsili itu tidak hanya bertujuan “untuk membina umat Kristiani, tetapi ingin mengundang persekutuan-persekutuan terpisah untuk bersama-sama mencari kesatuan yang dirindukan begitu banyak orang di seluruh dunia.Konsili Vatikan II menganggap ekumene sebagai bagian penting yang selalu ada dalam kegiatan umat. Oleh karena itu konsili melahirkan dekrit tentang Ekumenisme, Unitatis Redintegratio(pemulihan kembali kesatuan). Dengan dekrit ini Gereja Katolik menyebut usaha untuk memajukan pemulihan persatuan di antara semua orang Kristen sebagai salah satu tujuan terpenting, didorong oleh Allah sendiri. Usaha untuk menjalankan persatuan dan kesatuan Gereja Kristen ini melahirkan suatu gerakan baru yaitu gerakan ekumene, yang bertujuan untuk mempersatukan kembali Gereja-Gereja Kristen sesuai dengan kehendak Kristus sendiri. Gerakan ekumene merupakan tanggungjawab segenap umat beriman. (UR, no. 5). Oleh karena itu Direktorium tentang ekumene tahun 1993 mendesak agar Konferensi Wali Gereja, keuskupan, paroki, tarekat religius, jadi semua lapisan gerejani, membentuk struktur-struktur dan instansi yang memajukan kesatuan Gereja, dan perlu mengusahakan dialog dalam berbagai bentuk dan terutama semangat dialogal dalam seluruh hidup Gereja. Ada beberapa dialog yang ada yakni, dialog teologis-ilmiah antar Gereja yang merupakan tugas para ahli yang berada di bahwa bimbingan yang kompeten, secara khusus merupakan tugas dewan para uskup dan konferensi-konferensi wali Gereja. Di samping itu terdapat juga dialog kehidupan, di mana orang hidup bersama sebagai tetangga dalam suasana terbuka, sambil turut serta dalam suka dan duka, dalam persoalan dan kesulitan manusiawi yang dialami bersama-sama. Dialog macam ini untuk semua orang dan harus dilakukan semua orang.Selain dialog, ada beberapa kegiatan dan usaha berbeda yang yang dianjurkan dekrit tentang Ekumenisme sebagai langkah-langkah praktis menuju persatuan antara Gereja-Gereja Kristen, yaitu: pembaharuan Gereja, pendidikan ekumenis, kerja sama dalam hal praktis, doa dan ibadah bersama. Santo Paulus dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, menjelaskan bahwa kesatuan Kristiani adalah penyatuan hidup dalam Kristus. Baik itu orang Yahudi, orang Yunani, para budak, maupun orang yang telah merdeka adalah satu, yaitu kita disatukan oleh Roh dalam Kristus. Kesatuan ini adalah kesatuan rohani yaitu kesatuan yang suci dan murni dalam roh (bdk. 1 Kor, 12: 12-31). Kesatuan Kristiani sesungguh adalah kesatuan dengan Kristus. Karena Kristus, umat Kristiani dapat bersatu. Mereka yang telah dibaptis dalam nama Kristus telah mengenakan Kristus. Ketika Yesus ditinggikan dan dimuliakan, Ia mencurahkan Roh yang dijanjikan-Nya. Dan melalui Roh itulah Ia memanggil dan menghimpun umat-Nya, yakni Gereja, dalam kesatuan iman, harapan dan cinta kasih. Dan karena Roh Kudus yang tinggal di hati Umat beriman, dan memenuhi serta membimbing seluruh Gereja, terciptalah persekutuan Umat beriman. Dan yang menjadi dasar persekutuan umat Kristiani itu sendiri adalah, pembabtisan, pembenaran karena iman, dan persatuan dengan Kristus. Selain itu yang menjadi elemen-elemen dalam persatuan umat Kristiani adalah Sabda Tuhan (Kitab Suci), Hidup dalam Rahmat, Iman, pengharapan dan Kasih.Gagasan tentang Kesatuan Kristen yang mau dipulihkan lewat gerakan ekumene sebenarnya memiliki landasan yang amat kuat dalam Kitab Suci. Bahkan Kesatuan Kristen merupan hakekat dari Gereja itu sendiri, oleh karena Kesatuan Kristen merupakan kehendak sekaligus pemberian Allah. Kesatuan Kristen merupakan doa Yesus yang harus terus menerus, diwujudkan dan dibangun atas dasar iman, harap, dan kasih, dalam sikap saling menghormati dan solidaritas. Kesatuan tersebut, terutama suatu kesatuan organik seperti Pokok Anggur dan ranting-rantingnya (Yoh 15:4), atau seperti tubuh, dimana Yesus sebagai Kepala, dan Gereja sebagai anggota-anggotanya. Partisipasi Gereja Katolik mendukung gerakan ekumene pertama-tama karena Gereja percaya bahwa Kristus telah mendirikan Gereja yang satu dan tunggal. Dan prinsip-prinsip katolik untuk kesatuan umat kristiani adalah, kesatuan Kristen adalah kesatuan Triniter, kesatuan kristen adalah kesatuan iman, kesatuan kristen adalah kesatuan dalam roh.Kesatuan Kristen merupakan persekutuan atau communioseluruh umat beriman. Oleh karena itu, kesatuan Kristiani perlu dipahami sebagai kesatuan dalam kepelbagaian, dengan menegaskan bahwa setiap Gereja bukanlah bagian, melainkan wujud setempat yang utuh dari Gereja Kristus. Bukan kesatuan yang ditampilkan dalam bentuknya yang nyata sebagai satu Gereja yang esa yang disebut kesatuan struktural, tetapi kesatuan di dalam Roh sebagai Tubuh Kristus, yang disebut kesatuan rohani. Singkatnya, Kesatuan Kristen bukan kesatuan keseragaman, melainkan persekutuan dalam persaudaraan, saling meneguhkan dan melengkapi dalam penghayatan iman.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity
B Philosophy. Psychology. Religion > BS The Bible
B Philosophy. Psychology. Religion > BT Doctrinal Theology
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: SH Yakobus Naben
Date Deposited: 23 Sep 2021 04:13
Last Modified: 23 Sep 2021 04:13
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/4239

Actions (login required)

View Item View Item