Upaya Peremajaan Kearifan Lokal Dalam Melestarikan Budaya Upacara Kematian Di Desa Susulaku, Kecamatan Insana, Kab TTu

AMASANAN, Adelino Stefanus (2020) Upaya Peremajaan Kearifan Lokal Dalam Melestarikan Budaya Upacara Kematian Di Desa Susulaku, Kecamatan Insana, Kab TTu. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (509kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (329kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (500kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (458kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (815kB)
[img] Text
BAB V.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (525kB)
[img] Text
BAB VI.pdf

Download (345kB)

Abstract

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah upaya pemerintah dalam meremajakan kearifan lokal melalui pelestarian budaya upacara kematian di Desa Susulaku, Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara. Metode yang digunakan adalah pola deskriptif kualitattif. Tujuannya adalah untuk memberikan sebuah gambaran mengenai upacara kematian yang lazim dilakukan oleh masyarakat. Kehidupan merupakan sesuatu hal yang sangat bermakna bagi manusia dan seluruh alam semesta. Jika ada kehidupan, maka ada pula kematian. Secara fisik, melalui kematian, manusia harus mengakhiri hidupnya di muka bumi. Dalam tradisi dan budaya masyarakat umumnya dan secara khusus masyarakat desa Susulaku, dikenal berbagai ritus atau upacara untuk merayakan kehidupan. Antara lain dikenal ritus atau upacara kematian. Dalam ritus kematian, manusia dan masyarakat mengisahkan kembali berbagai peristiwa yang telah dialami manusia, baik semasa hidup dan terlebih pengalaman setelah terjadi kematian. Oleh karena kematian ini akan menimpa setiap manusia, maka di dalam pelaksanaan ritus selalu disebut berbagai hal berkenaan dengan sikap yang seharusnya dilakukan manusia setiap hari. Untuk memberikan sedikit penjelasan mengenai kearifan lokal, maka yang ada pada masyarakat desa Susulaku memang bermacam ragam, antara lain seperti bonet (tandak), kae nitus (meratap), ta'kobe (lagu ikat jagung), tsi loe (nyanyian di padang sabana), tsi kol ane (nyanyian jaga burung di sawah/ladang), takanab (memberikan wejangan formal), tsi poen anah (nyanyian mengeluarkan anak ke publik), lasi bata (sumpah adat) dan lain-lain. Ada 10 tahap dalam ritus kematian, yang sebetulnya menjadi sangat sulit untuk meringkasnya. Yang dapat dilaksanakan dalam kerangka peremajaan adalah makna dan nilai di balik kata-kata ujar atau tradisi lisan yang dibawakan dalam acara ritus kematian. Pemerintah desa selama ini turut mengambil bagian di dalam semua ritus kematian oleh karena walau secara formal mereka sebagai pemerintah, namun secara internal mereka juga masuk dalam salah satu suku atau keluarga dalam tatanan kehidupan Masyarakat Susulaku. Pemerintah bersikap positif terhadap warian budaya dan tradisi, namun dengan sikap kritis untuk memberi masukan bagi tahap-tahap yang bersifat memboros, dan kurang mendukung kehidupan bersama warga masyarakat. Alasan mendasar mengenai sikap positif dari pemerintah dilandasi oleh penghargaan yang tinggi terhadap harkat dan nilai hidup manusia. Butir-butir tradidi lisan selalu mengungkapkan harga dan harkat kehidupan manusia, masyarakat dan keluarga seperti aspek gotong royong yang selalu ditekankan pemerintah.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Kearifan Lokal, Ritus Kematian, Tradisi Lisan, Masyarakat Susulaku.
Subjects: G Geography. Anthropology. Recreation > GN Anthropology
H Social Sciences > HE Transportation and Communications
Divisions: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Program Studi Ilmu Pemerintahan
Depositing User: S.Fil Lake Primus Sani
Date Deposited: 27 Apr 2022 04:55
Last Modified: 27 Apr 2022 04:55
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/5089

Actions (login required)

View Item View Item