Kemanusiaan Perempuan NTT Dalam Terang Konsep Androsentrisme Charlotte Perkins Gilman (Sebuah Refleksi Eksistensial)

NDAWANG, Susana Paula (2021) Kemanusiaan Perempuan NTT Dalam Terang Konsep Androsentrisme Charlotte Perkins Gilman (Sebuah Refleksi Eksistensial). Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

[img] Text
ABSTRAKSI.pdf

Download (706kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (148kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (302kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (300kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (292kB)
[img] Text
BAB V dan DP.pdf

Download (254kB)

Abstract

Setiap orang sebagai subjek dan pribadi menampung dalam dirinya individualitasnya yang unik dan tak terbagi, tetapi pada saat yang sama juga identitas sosialnya dalam hubungan dengan sesamanya. Maka sebagai seorang pribadi, subjek merupakan bagian integral dari suatu keseluruhan yang nyata dan juga sebagai suatu individu yang berdiri sendiri. Kenyataan ini menjadi suatu ideal bagi setiap orang di dalam seluruh aspek kehidupannya dalam kebersamaan dengan orang lain di dalam komunitas sosialnya, mulai dari yang terkecil dalam keluarga sampai yang besar seperti dalam komunitas religious dan negara. Namun, sejarah menunjukkan bahwa ideal semacam itu tidak pernah menjadi pengalaman nyata dan konkret. Kehidupan bersama kita mengandung aspek keterlukaannya, seperti nampak dalam kekerasan, pembunuhan dan perang. Di antara berbagai pihak yang menjadi korban, tidak dapat dipungkiri bahwa perempuan adalah salah satu pihak yang paling sering menjadi korban ketidakadilan, baik secara historis, kultural, politik dan keagamaan. Rekam jejak penindasan atau diskriminasi atas perempuan telah begitu banyak terjadi, sehingga harus ada kebutuhan untuk kemudian memperbaiki dan merekonstruksi kembali tatanan hidup masyarakat yang secara khusus didominasi oleh para laki-laki. Charlotte Perkins Gilman menyebut kondisi ini sebagai budaya androsentrik. Androsentrisme adalah sebuah pemahaman yang menjadikan laki-laki sebagai pusat dari dunia. Laki-laki dipahami sebagai patokan atau pedoman dalam memandang tentang dunia, tentang kebudayaan, dan tentang sejarah. Budaya kita tidak mengijinkan perempuan menerima atau memuaskan kebutuhan dasar mereka untuk bertumbuh dan memenuhi potensi mereka sebagai manusia. Oleh karena cara pandang ini, maka bermunculan gerakan-gerakan feminisme sebagai usaha untuk memperjuangkan hak dan pengakuan atas kaum perempuan yang setara dengan laki-laki. Pengakuan yang diperjuangkan berorientasi pada kebebasan manusia sebagai hak dasar yang mesti diterima oleh manusia seluruhnya sejak awal kelahirannya. Manusia ada sebagai pengakuan bahwa manusia tengah bereksistensi.Dengan demikian eksistensi atau keberadaan manusia adalah suatu hal yang tidak perlu digugat lagi, sebab dengan bereksistensi berarti manusia ada dalam kebebasan. Terhadap tendensi kebebasan ini, manusia tetap diberi pilihan untuk memperjuangkan kualitas kebebasan seperti apa yang pantas baginya, baik sebagai perempuan maupun laki-laki. Dalam kerangka ini, provinsi NTT secara khusus kaum perempuan pun mengalami bias dari cengkraman androsentrisme. Konkretnya perempuan NTT kurang bahkan tidak mendapatkan tempat atau ruang dalam bereksistensi karena segala sesuatu selalu berpatokan pada laki-laki dan untuk laki-laki, kasus-kasus kebijakan lokal yang telah menempatkan perempuan pada level yang sangat rendah atau tidak berkeadilan. Masih banyak perempuan yang dijadikan sebagai obyek dari kebudayaan. Akhirnya perempuan teralienasi dari kodrat sebagai perempuan. Androsentrisme adalah dunia yang dibangun berdasarkan prinsip-prinsip yang berasal dari pandangan-pandangan agama, yang secara inheren melihat perbedaan peran sebagai hal yang esensial, di mana laki-laki cenderung ditempatkan lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam beberapa aspek, kritik Gilman perlu diperhatikan, jika kita ingin membangun suatu masyarakat yang saling menghargai martabat pribadi setiap orang. Tak dapat disangkal bahwa dengan konsepsi dan pemikirannya, Gilman membantu kita untuk menyadari bahwa segala bentuk kebiasaan, adat-istiadat dalam masyarakat yang diterima sebagai sesuatu yang baik, seringkali menyimpan aspek-aspeknya yang menindas pihak tertentu. Dalam hal ini perempuan. Membaca Gilman, kita menemukan bahwa ia mengkritik secara keras segala bentuk kebiasaan masyarakat yang bersifat menindas perempuan, baik itu secara terang-terangan, maupun yang bersifat sembunyi-sembunyi dibalik segala perilaku yang dianggap baik dalam masyarakat. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa karena perjuangan para pemikir seperti Gilman, masyarakat mengalami suatu perkembangan yang cukup menakjubkan dalam hubungan dengan perlakuan yang setara antara perempuan dan laki-laki dalam seluruh aspek kehidupan, misalnya dalam empat aspek yang dijadikan sebagai bahan analisa dalam skripsi ini. Gagasan Gilman juga membantu kita untuk menyadari bahwa dalam masyarakat kita, yakni masyarakat NTT, perspektif-perspektif androsentris cukup kuat hadir, melalui perlakuan yang tidak adil terhadap perempuan.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity
B Philosophy. Psychology. Religion > BS The Bible
B Philosophy. Psychology. Religion > BT Doctrinal Theology
B Philosophy. Psychology. Religion > BV Practical Theology > BV1460 Religious Education
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: SH Yakobus Naben
Date Deposited: 10 Jun 2022 02:00
Last Modified: 10 Jun 2022 02:00
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/5602

Actions (login required)

View Item View Item