Membaca Konsep Fungsi Ratio Menurut Alfred North Whitehead Sebagai Instrumen Pembinaan Intelektual Manusia

NAINAIF, Marianus Tubani (2021) Membaca Konsep Fungsi Ratio Menurut Alfred North Whitehead Sebagai Instrumen Pembinaan Intelektual Manusia. Undergraduate thesis, Unika Widya Mandira.

[img] Text
COVER.pdf

Download (366kB)
[img] Text
BAB I SKRIPSI.pdf

Download (419kB)
[img] Text
BAB II SKRIPSI.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (561kB)
[img] Text
BAB III SKRIPSI.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (340kB)
[img] Text
BAB IV SKRIPSI.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (346kB)
[img] Text
BAB V SKRIPSI.pdf

Download (409kB)

Abstract

Manusia adalah sintesis antara yang sementara dan yang abadi. Sebuah sintesis yaitu relasi yang berada dalam ruang dan waktu. Meskipun demikian manusia dibatasi oleh ruang dan waktu itu. Namun manusia mampu melampaui ruang dan waktu itu dengan masuk ke dalam keabadian. Usaha untuk menuju ke keabadian yang pada puncak pencapaian yaitu kebahagiaan seperti yang diungkapkan oleh Aristoteles sangat membutuhkan proses berkepanjangan. Karena untuk mencapai sesuatu itu tidak mudah apalagi dunia sekarang sudah sangat marak dengan banyak perubahan dan perkembangan. Realitas yang terjadi sekarang adalah kecenderungan hidup di dunia yang serba modern dan instan ini membawa dampak merosotnya tingkat intelektual manusia. Banyak manusia dikatakan pintar tetapi bodoh, ada juga yang dikatakan bijak tetapi moral dan etika buruk. Klaim-klaim seperti ini menciptakan situasi-situasi yang sangat kondusif. Semua ini menjadi suatu persoalan mendasar hidup manusia. Namun yang perlu diperhatikan secara lebih adalah bahwa manusia itu sendiri adalah suatu problem. Manusia dari zaman ke zaman akan selalu menjadi tanda tanya bagi para pemikir. Karena manusia adalah rahasia tanpa jawaban final. Mengulas tentang manusia dan eksistensinya berarti tidak terlepas dari ratio sebagai hukum yang ada dan melekat dalam diri manusia. Karena setiap ungkapan atau idea yang keluar dari manusia membeberkan ruang lingkup ratio sekaligus membatasinya. Tidak semua hal yang tuntas bicara hanya dengan sepenggal ungkapan verbal. Bukan juga hanya rumusan yang bermakna hampa. Maka pengkajian ratio itu suatu intensitas pengkajian agar idea-idea yang dibangun semakin cemerlang sehingga tingkat intelektual manusia terbina dari hari ke hari. Whitehead dalam filsafat prosesnya banyak kali mencerap idea-idea serta ilmu pengetahuan dari filsuf-filsuf sebelumnya serta banyak membangun diskusi dengan para senior maupun filsuf sezamannya demi menimbah banyak idea. Plato, Aristoteles, Descartes, Spinoza, Leibniz, David Hume, Imanuel Kant, dan Hegel adalah para Filsuf yang mempengaruhi konstruksi pemikiran Wahitehead. Maka itu pengetahuan tentang idea dapat disimpulkan bahwa produk akal atau idea manusia dan kenyataan dari hadirnya pengalamanpengalaman menjadi suatu proses untuk pembentukan karakter diri serta membawa kecerahan dalam berjalannya waktu demi terwujudnya cita-cita sebagai tujuan hidup dan pembentukan dunia sebagai suatu entitas actual yang berproses. Mempelajari filsafat Whitehead berarti belajar untuk terus berproses. Dengan mengandalkan ratio atau akal, manusia akan terus berproses memulai dan pada akhirnya‘menjadi’. Filsafat Whitehead sangat menarik untuk digarap karena dibangun dari metodemetode. Metode merupakan suatu cara untuk mengolah data. Dan metode utama yang digunakan Whitehead dalam filsafatnya adalah generalisasi deskriptif. Suatu cara yang dipakai untuk menyeleksi setiap data yang ada yang dikumpulkan. Karena pada pokoknya filsafat tidak boleh menyingkirkan semua data yang ada. Dari kodratnya, setiap tematisasi bersifat selektif, artinya mengambil objek-objek yang relevan serta membuang yang tidak lolos seleksi. Metode ini sebagai bagian sumbangsih pemikiran Whitehead yang memberi keuntungan intelektif dalam dunia filsafat. Selain itu, dalam menghadapi setiap problematika hidup dunia modern ini, manusia milenial diajak untuk berusaha mengasa nalarnya dalam mencari cara memecahkan problem itu. Salah satu cara untuk memecahkan persolalan ini adalah dengan mengandalkan ratio atau akal dalam membina intelektual manusia yang merupakan kemampuan berfikir seseorang terhadap permasalahan nyata disekitar kita dan kecerdasan menggunakan pengalaman secara tajam, tepat dan bermanfaat demi tercapainya sistem pemikiran yang sistematis, koheren dan niscaya. Dengan jalan intelektual yang diakari dengan ratio maka segala sistem hidup manusia akan teratasi secara intelektif kritis dan bijaksana. Adapun bentuk-bentuk pengetahuan yang ditawarkan Whitehead dalam proses untuk mencapai sebuah keputusan akan sesuatu : Pertama, tingkat paling sederhana dalam kegiatan intelektif adalah persepsi. Tingkat kegiatan ini digerakkan secara tidak sadar dan pra-reflektif karena sifat pengetahuan yang dihasilkan adalah spontan dan pra-pribadi. Biasanya persepsi hanya sebagai latar belakang dan tidak terumuskan secara gamblang, intinya bahwa ada jenis pengetahuan ini dalam kegiatan kerja intelek. Kedua, pengetahuan jenis ini muncul secara tiba-tiba dalam pikiran kita namun tidak secara penuh kita ikuti. Di sini tindakan ratio hanya bekerja secara pasif. Contohnya ; melamun. Ketiga, tingkat kegiatan intelektif yang paling tinggi yaitu aprehensi. Kegiatan intelektif ini terjadi saat disadari namun ratio pasif menerima apa yang terjadi pada dirinya. Maksudnya adalah manusia hanya sekedar merekam peristiwa itu tetapi tidak memiliki usaha untuk mengetahui makna atau arti dari peristiwa itu. Keempat, yaitu insight yang merupakan penangkapan intelektual terhadap objek secara mendadak. Pada tingkat ini, ratio tidak hanya sadar secara pasif namun berusaha menangkap esensi, hakikat, atau inti terdalam dari objek, peristiwa atau hal tertentu. Contohnya : seorang seniman. Kelima, kegiatan intelektif yang bersifat diskursif. Pada kegiatan ini tekanan nalar lahir langsung pada ratio itu sendiri, di mana ratio secara sungguh-sungguh mengetahui objek dengan tanggungjawab penuh karena objek yang muncul sudah logis dan ilmiah. Keenam, keputusan adalah tingkatan intelektif paling puncak karena diyakini sebagai hasil penyelidikan adalah suatu kebenaran atau suatu kesalahan. Putusan ini bersifat objektif karena apa yang ditangkap benar-benar inti dari objek yang dilandaskan pada nalar atau pikiran bukan sekedar pengetahuan intuitif. Sifat keputusan ini pasti karena pelaku yang memutuskan tahu bahwa ia tahu. Di sini sistem kerja ratio dan inteligensi manusia menjadi searah karena sama-sama mencari kebenaran dari sesuatu sehingga pada kesimpulannya dapat dikatakan bahwa sesuatu itu benar atau sesuatu itu salah. Ini merupakan pencapaian keputusan. Dan ketika sampai pada tahap keputusan berarti pengetahuan itu sudah menjadi ilmu yang hakikatnya benar. Benar bahwa itu benar dan benar bahwa itu salah. Maka peran intelektual dalam diri manusia sangat penting untuk menciptakan daya kreatif dalam merubah dan mengembangkan dunia termasuk di dalamnya entitas-entitas actual yang ada. Peran intelektual di sini sangat tidak terlepas dari ratio manusia, sehinggah Whitehead menghadirkan dua ratio yang bisa digunakan dalam membinan intelektual manusia yaitu ratio Ullysses atau ratio praktis dan ratio Plato atau ratio spekulasi. Dua fungsi ratio ini menjadi kompas pengarah hidup manusia menuju masa depan yang cerah. Ratio Ulysses atau disebut ratio metodologis karena memiliki ruang lingkup yang sempit dan operasinya hanya pada sasaran-sasaran pragmatis tertentu. Evolusi ratio ini memiliki wawasan masa depan yang pendek karena hanya menggunakan metode-metode yang telah ada tanpa ada pengembangan serta ratio ini dikhususkan untuk kepentingan sendiri. Sedangkan ratio Plato disebut ratio spekulatif karena dapat menghasilkan akumulasi pengetahuan teoretis yang pada saat-saat kritis memungkinkan dilakukan peralihan kearah metodologi baru. Ratio ini berorientasi pada pembaruan pola dalam penalarannya serta benci akan metode lama. Ratio spekulatif memfokuskan diri untuk memperoleh tujuan hidup yang lebih baik dan memiliki wawasan masa depan yang berjangka panjang. Meskipun kedua ratio ini masing-masing memiliki fungsinya tetapi hakikatnya mereka tidak bisa dipisahkan satu dari yang lain. Kedua ratio ini bekerja sama untuk meningkatkan seni kehidupan (the art of life). Sehingga kehadiran ratio akan membawa manusia pada ambang kemajuan dalam semua nilai kehidupan manusia yang lebih baik. Maka ratio dalam filsafat Whitehead ini penting dikaji sebagai suatu instrument untuk membina intelektual manusia demi terwujudnya cita-cita hidup manusia yang lebih baik. Karena tanpa proses ini intelektual manusia semakin beku dan gelap. Sehingga fungsi ratio Whitehead membawa wajah baru bagi dunia, alam, manusia dan Tuhan. Dengan demikian ratio dapat meminimalisir atau bahkan menghilangkan kepicikan wawasan serta kekerdilan bahasa yang mengancam manusia.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BD Speculative Philosophy
B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity
B Philosophy. Psychology. Religion > BV Practical Theology > BV1460 Religious Education
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: S.Kom Sela Mikado
Date Deposited: 16 Jun 2022 04:49
Last Modified: 16 Jun 2022 04:49
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/5694

Actions (login required)

View Item View Item