Peran Pembinaan Manusiawi Dalam Formasi Calon Imam Menurut Anjuran Apostolik Pastores Dabo Vobis Art. 43

DAMAN, Fransiskus Xaferius Harun (2021) Peran Pembinaan Manusiawi Dalam Formasi Calon Imam Menurut Anjuran Apostolik Pastores Dabo Vobis Art. 43. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (866kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (866kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (866kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (867kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (867kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (866kB)

Abstract

Gereja hadir di dunia sebagai jalan untuk menemukan Allah. Dan Kristus yang adalah Kepala Gereja menjadi pengantara manusia kepada Allah. Sejak semula semua manusia telah dipilih Allah untuk menyerupai citra Putra-Nya supaya Dialah yang menjadi sulung diantara banyak saudara (Rm 8:29). Maka, Allah Bapa menetapkan untuk menghimpun mereka semua yang beriman akan Kristus dalam Gereja kudus. Instusi Gereja menolong manusia menjumpai Allah. Gereja di pimpin oleh pengganti-pengganti Petrus dan para Uskup dalam persekutuan dengan Kristus sebagai kepalanya. Dalam hal ini, mereka yang menjadi penerus Para Rasul menjadi jalan bagi perjumpaan manusia dengan Allah. Imam hadir sebagai pelayan dan gembala dalam Gereja yang bertujuan untuk menguduskan umatnya. Imam harus sanggup menjadi gembala yang baik dan bertanggung jawab, gembala yang membawa pulang domba-dombanya yang tersesat. Tugas seorang imam ialah menjadi jembatan bagi perjumpaan manusia dengan Allah dan bukannya malah menjadi penghalang bagi orang-orang beriman untuk menjumpai Allah. Untuk memenuhi tugas panggilan tersebut seorang imam mesti memiliki keseimbangan dalam aspek diri, kerohanian, intelektual dan pastoralnya. Semua aspek berfungsi paka bidangnya dan memiliki kesinambungan. Semuanya mengarah pada tujuan pelayanan suci kepada umat dan Gerejanya. Pembentukan dan pembinaan imam merupakan elemen yang sangat penting dalam Gereja Katolik. Melalui tahbisan suci, seorang imam bertindak mewakili Kristus sebagai kepala, in persona Christi Capitis. Dengannya, para imam diangkat dan diutus melayani Kristus sebagai imam, nabi dan raja. Para imam melanjutkan identitas dan misi Kristus di dunia dalam karya pelayanannya. Panggilan dan hidup para imam menuntut mereka untuk menyerupai Kristus. Maka, pembinaan calon imam menjadi penting dan aktual sepanjang zaman. Dengan pembinaan calon imam, para calon imam dibentuk dan dididik untuk semakin menyerupai Kristus, Kepala dan Gembala dalam panggilan, kehidupan dan perutusan mereka. Karya pembinaan Gereja dalam membina calon imam dilakukan secara dinamis namun konsekuen. Sebab dalam menghadapi situasi zaman sekarang yang meliputi perkembangan dalam hal IPTEK dan juga perubahan-perubahan relasi sosial menyangkut etika dan moral menjadi tantangan tersendiri dalam pertumbuhan dan perkembangan para calon imam. Formasi pendidikan calon imam merupakan “dapur” bagi pembinaan calon imam. Formasi pendidikan calon imam menjalankan fungsi pembinaan secara kontinu yang dilakukan secara berkala dengan tujuan menjamin kematangan diri seorang calon imam sebelum ditahbiskan.Para calon imam dibentuk dalam pembinaan yang meliputi empat aspek pembinaan yakni,aspek diri yaitu pembinaan manusiawi, aspek kerohanian, aspek intelektual dan aspek pastoral. Dalam formasi pendidikan calon imam pembinaan manusiawi merupakan dasar bagi keempat aspek pembinaan lainnya.Pastores Dabo Vobis sebagai anjuran apostolik yang berbicara mengenai “pembinaan imam dalam situasi zaman sekarang” artikel 43 mengulas tentang pentingnya pembinaan manusiawi sebagai dasar dari segala pembinaan calon imam. Dalam pembinaan manusiawi, calon imam diajak untuk mengolah diri demi menuju kedewasaan kepribadian. Formasi pendidikan calon imam menjadi tempat yang tepat bagi pembentukan kepribadian seorang calon imam melalui pembinaan manusiawi. Aspek manusiawi merupakan aspek pembinaan yang terlebih dahulu patut dan perlu mendapat perhatian dan pembinaan guna menjadikan seorang calon imam menjadi manusia yang utuh, yang mampu menerima dan mengolah aspek pembinaan lainnya. Pembinaan manusiawi merupakan dasar bagi seluruh pembinaan calon imam. Melalui pembinaan manusiawi, seorang calon imam dapat memahami hakekatnya sebagai manusia. Imam yang dipanggil untuk menjadi citra Yesus Kristus sebagai kepala dan gembala Gereja hendaknya berusaha sedemikian rupa merenungkan kesempurnaan manusiawi yang memancar dalam pribadi Putera Allah yang menjelma dan semangat pelayanan-Nya yang tercermin dalam sikap-sikap-Nya terhadap sesama. Dalam konteks perkembangan seorang pribadi menuju kepenuhan panggilan imamatnya, terdapat aspek pembinaan manusiawi yang meliputi keadaan fisik, kematangan afeksi, moral dan yang berkaitan dengan situasi sosial budaya. Tujuan pembinaan manusiawi yakni agar para calon imam memperhatikan kesehatan fisik dan kestabilan mental serta kematangan afeksi, memiliki moral yang berlandaskan iman Kristiani dan dapat bersosialisasi dengan sehat dan penuh tanggung jawab. Hal-hal demikian penting untuk dibina dalam proses pembentukan calon imam dan merupakan pegangan bagi calon imam di masa yang akan datang.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity
B Philosophy. Psychology. Religion > BV Practical Theology > BV1460 Religious Education
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: S.Kom Sela Mikado
Date Deposited: 17 Jun 2022 05:52
Last Modified: 17 Jun 2022 05:52
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/5736

Actions (login required)

View Item View Item