Cear Cumpe Sebagai Upacara Inisiasi Dalam Tradisi Orang Ledas Rondo Woing Kabupaten Manggarai Timur

LATERAN, Basilius (2021) Cear Cumpe Sebagai Upacara Inisiasi Dalam Tradisi Orang Ledas Rondo Woing Kabupaten Manggarai Timur. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (911kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (568kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (947kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (579kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (537kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (586kB)

Abstract

Bagaimana hubungan kata Cear Cumpe yang mengandung arti membongkar tungku api di dapur atau keluar dari tempat sekitar dapur dengan tei ngasang yaitu upacara pemberian nama. Biasanya setelah seorang bayi dilahirkan, sang bayi tidak diperkenankan untuk keluar dari rumah. Untuk mendapatkan kehangatan, sang bayi hanya diperbolehkan dengan ibunya duduk di dekat tungku api. Pada saat itu sang bayi sangat tidak diperbolehkan untuk dibawa ke luar dari rumah. Baru setelah ritual Cear Cumpe selesai, sang bayi diperbolehkan untuk keluar dari rumah dan diintegrasikan ke dalam kesatuan gemeinschaft - masyarakat. Tujuan dari Ritus Cear Cumpe adalah untuk melindungi bayi dan menjaga keselamatan sang bayi agar terhindar dari berbagai hal yang bisa menghambat proses pertumbuhan dan kehidupannya. Hewan kurban yang dipersembahkan dalam upacara Cear Cumpe diyakini mampu menjadi sarana untuk membersihkan jalan hidup yang akan dilalui sang bayi sehingga ia tidak mengalami kesulitan yang membahayakannya. Melalui darah kurban yang dipersembahkan juga menjadi silih atas dosa kedua orangtua sang bayi agar tidak diwariskan kepadanya. Darah hewan kurban diyakini memberikan keselamatan bagi sang bayi dan kedua orangtuanya (Rom. 5:9-10). Nilai inisiasi dalam Ritus Cear Cumpe sesungguhnya hanya terbatas pada inisiasi baptisan yang adalah pintu masuk seseorang ke dalam persekutuan gerejawi. Melalui pembaptisan seorang dilahirkan kembali dan disatukan serta menjadi anggota dalam persekutuan dengan Yesus Kristus. Demikian halnya dalam Ritual Cear Cumpe yang dengannya seorang disatukan menjadi anggota dalam masyarakatnya. Setiap orang yang belum melewati upacara Cear Cumpe dianggap bukan bagian dari persekutuan masyarakatnya. Ada beberapa kesejajaran makna sosio-religi yang terkandung dalam inisiasi pembaptisan dalam Gereja dengan Cear Cumpe Orang Manggarai, yakni: Pertama, baptisan sebagai tanda iman. Baptisan sebagai tanda iman berarti bahwa baptisan itu mengandaikan iman dan di sisi lain iman dari orang yang dibaptis itu harus dihidupi dalam seluruh kehidupannya. Dalam Ritus Cear xi Cumpe, Cear Cumpe itu juga menjadi suatu bentuk ungkapan iman atau keyakinan. Melalui Cear Cumpe juga orang tua meyakini bahwa anak mereka yang menjalankan ritus tersebut akan bertumbuh menjadi anak yang baik dan penuh iman akan Wujud Tertinggi atau Mori Kraeng di kemudian hari. Kedua, baptisan sebagai pengampunan dosa. Melalui pembaptisan orang yang dibaptis akan dihapuskan dari dosa asalnya. Kesediaannya untuk memberi diri dibaptis menjadi saat di mana ia mengalami pengampunan dari segala dosanya. Demikian halanya dalam Cear Cumpe Orang Manggarai, Cear Cumpa dipandang sebagai momen penghapusan dosa. Dosa yang telah diperbuat oleh kedua orang tuanya dan para leluhurnya akan dihapus dan tidak akan berimbas pada sang bayi yang menjalankan Ritus Cear Cumpe itu. Ketiga, baptisan sebagai karunia hidup baru. Melalui pembaptisan orang yang dibaptis akan mengalami suatu kelahiran baru di dalam Kristus. Dalam Cear Cumpe, bayi yang mengalami Cear Cumpe itupun akan mengalami suatu kelahiran baru. Bayi yang sebelumnya berada pada masa sarang yang penuh dengan berbagai larang seperti: tidak boleh dibawa ke luar rumah, tidak boleh dipanggil dengan nama aslinya dan lain sebagainya, akhirnya melalui Cear Cumpe ia dibebaskan dari berbagai larangan tersebut. Keempat, baptisan mempersatukan kita ke dalam satu tubuh. Orang yang baru dibaptis akan dimasukan kedalam komunitas kristiani dan hidup dalam persekutuan dengan Tuhan dan sesama. Ia dimasukan menjadi anggota Gereja yang Kristus sendiri adalah kepalanya. Dalam Cear Cumpe, bayi yang mengalami ritus tersebut akan dimasukan menjadi anggota suku. Dengan demikian ia dipandang sebagai anggota utuh dengan masyarakatnya.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
G Geography. Anthropology. Recreation > GN Anthropology
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: S.Fil Lake Primus Sani
Date Deposited: 27 Jun 2022 03:16
Last Modified: 27 Jun 2022 03:16
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/5773

Actions (login required)

View Item View Item