Yesus Kristus Adalah Satu-Satunya Jalan Ke Rumah Bapa (Refleksi Eksegetis Atas Teks Yoh. 14:1-14)

SATONG, Yanuarius (2021) Yesus Kristus Adalah Satu-Satunya Jalan Ke Rumah Bapa (Refleksi Eksegetis Atas Teks Yoh. 14:1-14). Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (189kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (533kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (482kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (809kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (417kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (241kB)

Abstract

Injil Yohanes merupakan suatu kesaksian akan Allah yang termanifestai sebagai cinta dalam Kristus, utusan-Nya (bdk. Yoh. 17:3). Pengalaman injil ini berkembang maju hingga tiba pada pertanyaan unggul dalam surat pertama Yohanes: Allah adalah kasih (bdk. 1 Yoh. 4:8). Sehingga Allah tidak hanya dimanifestasikan sebagai kasih atau cinta tetapi Allah itu sendiri adalah kasih. Kasih bukan hanya sekedar hukum pertama dan utama (seperti dalam injil-injil sinoptik), tetapi merupakan manifestasi Allah yang diam bersama umat manusia. Yohanes memposisikan Yesus sebagai pemeran utama di dalam tulisan injilnya. Ia menarasikan kata-kata, dan karya-karya Yesus serta konflik-konflik di dalam karya-Nya yang berujung pada kematian-Nya. Ia menggambarkan Yesus sebagai seorang yang memiliki hubungan yang intim dengan Bapa yang mengutus-Nya ke dunia sebagai perwujudan dari rencana keselamatan Allah. Dia bertindak atas nama Allah (Yoh. 10:30; 14:9-10) dan setia melaksanakan apa yang dikehendaki oleh Bapa-Nya (bdk. Yoh. 4:34) sampai akhir hidup-Nya (Yoh. 19:30). Misi perutusan-Nya ke dunia adalah melaksanakan kehendak Bapa-Nya. Dalam seluruh kehidupan-Nya, Yesus lebih mengutamakan kehendak Bapa-Nya yakni menyelamatkan umat manusia yang menyata dalam peristiwa sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Namun di sisi lain, penginjil keempat menampilkan juga tentang kemanusiaan Yesus. Yesus yang menjadi manusia melalui peristiwa inkarnasi (bdk. Mat. 1:21; Luk. 1:31; Yoh. 1:4), Yesus yang mengucapkan kata-kata Allah (bdk. Yoh. 14:24), Yesus yang mengajar dan menyembuhkan, Yesus yang dalam melakukan karya-karya mendapat perhatian, cinta dan kepercayaan dari orang-orang tertentu, khususnya kalangan para rasul. Hal ini menimbulkan kedekatan yang intim dengan Yesus. Akan Tetapi, Yesus xiii harus kembali kepada kemuliaan Bapa-Nya di surga. Yesus kembali karena Ia berasal dari Bapa-Nya. Ia dan Bapa adalah satu. Kesatuannya terletak pada hakikat yakni Allah. Perikop Yoh. 14:1-14 merupakan teks yang mengungkapkan jatidiri Yesus. Setelah Yesus memberitahukan kepergian-Nya (Yoh. 13:33,36) timbullah kecemasan pada murid-murid yang akan ditinggalkan-Nya. Hal ini menjadi perhatian utama pada teks Yoh 14:1:14. Bahwa kecemasan para murid akan kepergian atau kembali-Nya kepada Bapa berujung pada pengungkapan jatidiri Yesus yakni Dia adalah Jalan kepada Bapa. Pernyataan diri ini terjadi oleh karena ketidakmengertian para murid yang dua kali menyela (ay. 5 dan 8). Murid-murid sudah mendengar bahwa Yesus akan kembali kepada Bapa melalui kematian-Nya yang juga kemuliaan-Nya. Kepergian Yesus ke rumah Bapa, menyingkapkan jatidiri-Nya yang sesungguhnya. Yesus memberitahukan bahwa Ia akan pergi ke rumah Bapa. Akan tetapi kepergian-Nya bukanlah akhir dari segalanya. Ia pergi untuk mempersiapkan tempat bagi para murid. Setelah itu Ia akan kembali untuk membawa mereka ke tempat di mana Yesus berada. Dengan itu kepergian Yesus merupakan kepergian yang menyatukan. Kepergian yang penuh janji dan pengharapan bagi para murid. Hal ini diminta oleh Yesus supaya para murid percaya. Meskipun Yesus telah memberitahu bahwa Ia pergi ke rumah Bapa namun para murid tidak mengerti. Mereka tidak mengetahui manakah jalan menuju ke rumah Bapa itu. Ketidakmengertian dan ketidaktahuan para murid memberi Yesus kesempatan untuk menyatakan jati diri-Nya dengan rumusan Akulah (Ego eimi) sebagai jalan dan kebenaran, dan hidup. Ia adalah Jalan (the way) yang membawa orang kepada Bapa. Ia menyatakan bahwa Jalan itu adalah diri-Nya. Dialah satu-satunya Jalan menuju kepada Bapa. Sebab itu, Ia menyebut diri-Nya Sang Jalan (hẽ hodos, the way). Yesus bukanlah salah satu dari sekian banyak jalan yang membawa kepada Bapa. Karena itu, tidak seorang pun sampai kepada Bapa tanpa melewati Dia. Dalam kapasitas-Nya sebagai Jalan itulah Yesus adalah juga xiv Kebenaran (a-letheia: penyingkapan rahasia) dan Hidup. Bahwa Jalan itu benar karena mengantar pada tujuan yang sejati. Dia adalah Kebenaran ketika mengatakan bahwa Ia adalah satu-satunya Jalan yang membawa kepada Bapa. Jalan itu adalah Hidup karena membawa orang kepada kehidupan. Semua ini hanya terjadi karena Yesus adalah Dia yang datang dari Bapa dan kembali kepada Bapa. Hanya Dia yang berasal dari Bapa yang dapat membawa orang kepada Bapa. Kesatuan Yesus dengan Bapa adalah sedemikian erat sehingga Sang Anak menghadirkan Bapa.Tidak seorang pun datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (ay. 6). Melihat Aku berarti melihat Bapa. Mengenal Aku berarti mengenal Bapa. Aku di dalam Bapa, Bapa di dalam Aku.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BL Religion
B Philosophy. Psychology. Religion > BS The Bible
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: S.Fil Lake Primus Sani
Date Deposited: 27 Jun 2022 03:37
Last Modified: 27 Jun 2022 03:37
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/5779

Actions (login required)

View Item View Item