LAKUS, Fortunatus Nikolaus (2021) Pembinaan Rohani Calon Imam Karmel OCD Tingkat I dan II San Juan Kupang Menuju Kedewasaan Pribadi. Undergraduate thesis, Unika Widya Mandira.
Text
ABSTRAK.pdf Download (510kB) |
|
Text
BAB I.pdf Download (428kB) |
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (381kB) |
|
Text
BAB III.pdf Restricted to Repository staff only Download (398kB) |
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Repository staff only Download (451kB) |
|
Text
BAB V.pdf Download (747kB) |
Abstract
Sebagai makhluk sosial sekaligus rasional, hidup manusia tidak dapat dilepaskan dari sesamanya. Untuk membangun relasi sosial yang baik manusia membutuhkan rasio, yakni pertimbangan akal budi mengenai hal yang baik dan hal yang buruk. Sebab, dengan inilah manusia dapat dibedakan dari makhluk irasional. Untuk mengolah cara berpikir yang baik manusia membutuhkan pendidikan entah dari sesama maupun dari lingkungan sekitar. Sebab, pendidikan merupakan hal yang paling essensial dan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan umat manusia, karena sejak awal keberadaannya manusia sudah mulai masuk dalam proses pembelajaran dengan mengenal dunia yang ada di sekitarnya. Maka, manusia tidak akan menjadi manusia yang sesungguhnya, jika ia tidak pernah masuk dalam dunia pendidikan. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan manusia agar bertumbuh menjadi pribadi-pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, inovatif, berdikari dan bertanggung jawab dalam kehidupan bangsa dan negara. Dengan pendidikan manusia memperoleh wawasan dari manusia, asal mula dan kejelasan arah ke mana tujuan, serta bagaimana seharusnya kehidupan ini berlangsung. Imam adalah publik figur yang tak bisa lepas dari opini publik. Apa saja yang dikatakan dan dibuat oleh imam selalu dikontrol publik. Para bijak bestari mengatakan bahwa jika engkau mau mendapatkan balok-balok yang lurus, rawatlah pohon jati itu, jagalah kelurusan batangnya. Kebijaksanaan yang sama boleh kita angkat dan kenakan kepada para imam. “Jika engkau mau mendapatkan imam-imam yang baik rawatlah dan perhatikan x pendidikan para calon imam”. Hal ini kirannya jelas bahwa kita mendapatkan imam-imam yang berkualitas, jika kualitas imam kita bertumbuh. Berhadapan dengan kenyataan tersebut muncul kritikan terhadap pendidikan calon imam di Biara Karmel OCD yaitu bahwa pendidikan Calom imam sedang mengalami proses dehumanisasi. Dikatakan demikian karena pendidikan mengalami kemunduran dengan terlepasnya nilai-nilai kehidupan manusia. Pendidikan calon imam menyadari sebuah fase kegagalan ketika muncul berbagai kasus ke permukaan yang sungguh mencoreng dan melecehkan martabat pendidikan itu sendiri khususnya pendidikan calon imam. Kenyataan ini sungguh menyedihkan dan memprihatinkan. Karena itu tidak heran jika pendidikan calon imam menjadi topik hangat yang dibawah ke dalam diskusi. Pendidikan memiliki peran dan fungsi yang sentral dalam menghasilkan kader-kader pemimpin Gereja yang berkualitas, dalam institusi agama itu sendiri. Tetapi, menguaknya berbagai kasus akibat ketidakdewasaan dalam kehidupan religius sebenarnya mau menggambarkan rendahnya kualitas pendidikan calon imam. Sebab, kepribadian seseorang adalah hasil dari transformasi pengetahuan yang dilakukan secara humanis dan religius. Selain itu juga, pendidikan yang dijalankan mesti lahir dari visi imam dan semangat Ordo. Imamat harus dihayati dan dibentuk. Ekspresi religius seperti menerima dan mengalami ajarannya atau mengungkapkannya dalam doa, pelayanan, dan persaudaraan yang nyata. Jerih payah pendidikan calon imam tidak semata-mata selalu dijadikan dalam label religius tetapi iman dan semangat Ordo juga dihayati dan dikembangkan. Pembinaan calon imam Karmel OCD merupakan model pendekatan yang kurang lebih menjawabi berbagai masalah yang mempengaruhi kehidupan calon imam khususnya kedewasaan pribadi dalam hal moral maupun iman. Dan tujuan pembinaan rohani calon imam Karmel OCD menuju pada kedewasaan pribadi adalah untuk membantu para calom imam (peserta didik) mencapai keteguhan jiwa dan pada umumnya belajar keutamaan yang xi dijunjung tinggi oleh orang-orang serta menimbulkan penghargaan terhadap pelayan Kristus, misalnya kejiwaan, kejujuran, kedisiplinan usaha tiada hentinya demi keadilan, kesetiaan terhadap janji-janji, sopan santun dalam perilaku, kesederhanaan dalam berbicara yang disertai kasih. Pembinaan rohani sangat besar pengaruhnya bagi pendidikan calon imam menuju kedewasaan pribadi. Pembinaan yang baik akan mengarahkan calon imam untuk lebih mengenal tentang dirinya secara berkala, mengenai tanggung jawab yang telah diambil sebagai proses hubungan dan persekutuan dengan Allah, bersumber dan berkembang dari kebutuhan religius yang mendasar dan tidak terelakkan itu. Di dalam proses ini seorang calon berkembang menjadi pribadi yang bertanggungjawab, berkarakter, berkualitas, serta mampu menjadi pelayan yang setia kepada pembesar maupun semua orang yang ia layani.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General) B Philosophy. Psychology. Religion > BD Speculative Philosophy B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity B Philosophy. Psychology. Religion > BT Doctrinal Theology |
Divisions: | Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat |
Depositing User: | S.Kom Sela Mikado |
Date Deposited: | 04 Jul 2022 01:44 |
Last Modified: | 04 Jul 2022 01:44 |
URI: | http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/5847 |
Actions (login required)
View Item |