Peran Refleksi Dalam Interpretasi: Kajian Atas Hermeneutika Paul Ricoeur

BILI, Karolus Boromeus (2022) Peran Refleksi Dalam Interpretasi: Kajian Atas Hermeneutika Paul Ricoeur. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (791kB)
[img] Text
BAB 1.pdf

Download (226kB)
[img] Text
BAB 2.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (343kB)
[img] Text
BAB 3.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (375kB)
[img] Text
BAB 4.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (604kB)
[img] Text
BAB 5.pdf

Download (448kB)

Abstract

Salah satu cabang filsafat yang terus digeluti oleh para filsuf sejak zaman klasik hingga kontemporer ialah hermeneutika. Hermeneutika sendiri merupakan istilah kuno yang apabila ditelusuri hingga zaman Yunani kuno, maka istilah hermeneutika erat kaitannya dengan Hermes, tokoh dalam mitologi Yunani yang bertindak sebagai utusan dewa-dewa untuk menyampaikan pesan ilahi kepada manusia. Pada awal perkembangannya, hermeneutika memang mulai sebagai kesibukan untuk menginterpretasi teks, khususnya kitab suci dan teks-teks filologis. Namun, hermeneutika modern, sejak dirintis oleh schleiermacher tidak lagi membatasi diri pada teks-teks keagamaan, melainkan teks pada umumnya. Hermeneutika lalu menjadi sebuah metode bagi ilmu pengetahuan sosial kemanusiaan dan kemudian menjadi salah satu diskursus serius dalam tradisi filsafat kontemporer. Salah satu filsuf kontemporer yang memiliki minat besar dalam hermeneutika ialah Paul Ricoeur. Hermeneutika yang digagas oleh filsuf kelahiran Prancis ini memang banyak dipengaruhi oleh filsuf-filsuf Jerman, terutama Schleiermacher, Dilthey, Heidegger, Gadamer dan Habermas. Akan tetapi, tidak semua pandangan para filsuf ini diambilnya, namun juga tidak berarti bahwa ia menolak semua pandangan tersebut. Salah satu pandangan Ricoeur yang berseberangan dengan Gadamer dan para pendahulunya ialah soal peran refleksi dalam interpretasi. Dalam hal ini, Ricoeur mengikuti Habermas yang mempertahankan refleksi bagi interpretasi. Tema mengenai refleksi sendiri muncul atau lebih tepatnya menjadi diskursus penting dalam filsafat pada periode filsafat modern. Dimulai dari kesangsian Descartes, cogito ergo sum (aku berpikir maka aku ada), filsafat senantiasa merefleksikan dirinya sendiri baik metode-metodenya, pernyataan-pernyataannya maupun kritiknya. Ricoeur adalah filsuf yang bukan saja menggagas hermeneutika pada tataran teoritis, melainkan juga mempraktikkannya. Adapun sasaran interpretasi Ricoeur ialah teks, simbol-simbol dan mitos-mitos. Dari praktik interpretasi atas teks dan simbol-simbol yang dilakukan oleh Ricoeur, nampak bahwa refleksi memiliki dua peran dalam interpretasi. Pertama, menyingkapkan makna. Contoh yang diambil penulis ialah interpretasi Ricoeur atas simbol-simbol, terutama simbol kejahatan. Dengan refleksi Ricoeur mementaskan kembali isi kesadaran religius yang telah lama dilupakan agar orang modern dapat memahami. Interpretasi yang dilakukan Ricoeur ini bertujuan untuk menyingkap makna atau intensi tersembunyi di balik simbol-simbol. Sedangkan dalam interpretasi atas mitos penciptaan, Ricoeur menemukan lewat refleksinya bahwa yang baik lebih purba daripada yang jahat. Dalam bahasa Ricoeur sendiri ialah mengatakan bahwa: “Kejahatan tidak simetris dengan yang baik… Betapapun radikal kejahatan, ia tidak dapat sama primordialnya dengan kebaikan”. Kedua, memahami diri. Ricoeur melihat teks sebagai medium untuk memahami diri. Menurutnya, interpretasi teks tidak berhenti pada pencapaian makna yang terkandung dalam teks, melainkan puncak interpretasi sebuah teks terletak pada pemahaman diri. Pandangan ini berangkat dari asumsi bahwa sebuah teks tidak hanya memiliki makna di dalam dirinya, tetapi juga mengacu kepada makna di luar dirinya, yakni kepada makna hidup dan dunia. Upaya memahami diri melalui teks ini hanya mungkin karena adanya apa yang disebut Gadamer sebagai “materi teks” (the matter of the text) atau yang disebut Ricoeur sebagai “dunia karya” (the world of the work). Gagasan hermeneutika Ricoeur ini memiliki makna yang mendalam dan implikasi ke dalam kehidupan nyata. Sebagai contoh, seseorang bisa saja menjadi ahli tafsir teks keagamaan atau teks hukum. Namun dalam kenyataannya, praktik hidup para ahli tafsir teks ini malah bertentangan dengan apa yang diungkapkan atau diajarkan oleh teks. Orang seperti demikian baru sampai pada tahap mengetahui makna teks, tetapi belum sampai pada pembentukan pemahaman diri yang pada gilirannya makna teks belum di bawa ke dalam praktik kehidupan.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Hermeneutika, Interpretasi, Refleksi, Paul Ricoeur
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BD Speculative Philosophy
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: S.Fil Karolus Boromeus Bili
Date Deposited: 04 Jul 2022 04:12
Last Modified: 04 Jul 2022 04:12
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/6971

Actions (login required)

View Item View Item