MAU, Yohanes Bere (2022) Kultus Ha'aluha Suku Kemak Desa Sadi Dan Sumbangannya Bagi Pastoral Gereja Katolik Di Paroki Sadi. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.
Text
ABSTRAK.pdf Download (674kB) |
|
Text
BAB I.pdf Download (213kB) |
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (160kB) |
|
Text
BAB III.pdf Restricted to Repository staff only Download (400kB) |
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Repository staff only Download (276kB) |
|
Text
BAB V.pdf Download (197kB) |
Abstract
Setiap daerah maupun suku-suku tertentu pasti memiliki warisan budaya yang dirasa sangat bernilai atau berguna bagi kehidupan mereka. Demikian Desa Sadi sebagai tempat berkembangnya kepercayaan Kemak terdapat suatu warisan budaya yang dirasa sangat bernilai atau berguna. Warisan budaya itu adalah Kultus Ha’a luha. Berbicara tentang ‘kultus’ secara terpaksa kita harus berhadapan dengan masalah kebudayaan pada umumnya, di mana kultus itu ikut terselip sebagai salah satu bagian dalam salah satu unsur dari kebudayaan yakni sistem religi. Sebagai bagian dari kebudayaan, kultus mempunyai hubungan yang erat dengan manusia, sebagaimana kebudayaan itu adalah mustahil tanpa manusia. Atau sebaliknya, manusia tanpa kebudayaan adalah sesuatu yang sama mustahilnya. Karena hanya melalui kebudayaan manusia dapat sampai kepada kemanusiaannya yang sebenarnya dan sepenuhnya. Kultus atau upacara keagamaan adalah alat yang dipakai manusia untuk mendekati sesuatu yang suci. Kultus dipakai manusia untuk mewujudkan dependensi manusia pada Zat yang tertinggi. Dari sisi sosiologis, kultus adalah pengungkapan satu kesatuan cara berupa satu tata urutan yang harmonis fungsional dari unsur-unsur pendukungnya seperti doa, arak-arakan, korban serta sesajian. Semuanya ini adalah daya upaya-daya upaya manusia untuk mendekati dan berkomunikasi dengan Yang Tinggi. Namun sesuai perkembangan zaman, kadang kultus atau upacara keagamaan yang diyakini tersebut direduksi dari kehidupan manusia. Paling tidak kita akan menyesal karena unsur-unsur seperti terurai di atas sudah amat kabur dalam praktek hidup mereka. Makna dan artinya mengalami degradasi yang hebat sejak masuknya agama Katolik. Ini menandakan terjadinya konflik antara agama dan religi lokal sebagai unsur kebudayaan. Ada yang fanatik terhadap agama dengan meyakini agama sampai lupa bahwa dia adalah manusia berbudaya juga. Ataupun juga sebaliknya fanatik terhadap budaya, ketika ia mengenal budaya ia lupa akan agama. Orang cenderung membuat jarak (distansi) dengan hal ihwal yang berkaitan dengan sistem kepercayaan masyarakat setempat menjadi sesuatu yang tak tersentuh (untouchable).Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia lahir dan terbentuk dari kebudayaan yang diwariskan generasi yang mendahuluinya.Dan begitu pun manusia lahir dan terbentuk juga dari agama. Sebagai dua hal yang tidak bisa dihindari, maka pertanyaan yang harus kita lihat bersama dalam konteks ini di dan menjadi tujuan penelitian adalah apa sumbangan kultus Ha’a luha dalam budaya lokal untuk agama Katolik di Paroki Sadi? Ha’aluha merupakan suatu upacara yang mempertemukan manusia yang masih hidup dengan yang telah meninggal (arwah para leluhur atau matebria) dan manusia dengan Tuhan. Ha’a luha ini diadakan supaya orang-orang dalam suku datang untuk bertemu dengan para leluhur dengan bersyukur, menghormatinya dalam bentuk kurban sesajian dan meminta lagi kekuatan untuk hidup selanjutnya agar orang-orang dalam suku selalu diberi kesehatan dan orang dalam suku menjadikan para leluhur sebagai perantara doa-doa mereka kepada Tuhan. Relasi seperti ini dapat menciptakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan dan manusia dengan para leluhur. Relasi dengan yang tertinggi tak terjangkau, maka manusia berpaling ke leluhur untuk menjadi perantara doa-doa mereka kepada Tuhan. Ha’a luha dalam suku Kemak Desa Sadi ini juga menciptakan suatu hubungan yang harmonis baik antara orang dalam Suku kemak Sadi sendiri dengan orang dari luar suku kemak Sadi. Keharmoisan sosial seperti ini dapat dilihat dari makna atau nilai-nilai sosial dari Kultus Ha’a luha itu sendiri yakni dengan Ha’a luha ada suatu kerja sama, gotong royong dan saling peduli antar sesama sangat dikedepankan di dalamnya. Dengan demikian Kultus Ha’a luha suku Kemak Sadi bukan saja upacara atau ritual biasa yang termasuk dalam rangkaian tata upcara, tetapi memiliki makna keselamatan yang didayagunakan sebagai bahan katekese pengahayatan iman dalam kegiatan pastoral di Paroki Sadi. Katekese penghayatan yang dimaksud memiliki tujuan penting yakni, demi tetap terjaganya relasi yang intim antar semua anggota, menguji kesatuan kebudayaan, dalam suku Kemak Desa Sadi dan masyarakat pada umumnya, dan memberikan pemikiran positif agar orang terus menghargai budaya tanpa melupakan agama ataupun sebaliknya. Dan yang terpenting menjaga relasi yang harmonis dengan para leluhur sebagai perantara doa-doa kepada Yang Tertinggi. Pada akhirnya, penghayatan ini menjadi berguna dan memberikan sumbangan bagi pastoral dalam Gereja Katolik di Paroki Sadi. Kata Kunci: Kultus, Ha'aluha, Kemak, Sumbangan, Pastoral
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Kultus, Ha'aluha, Kemak, Sumbangan, Pastoral |
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General) B Philosophy. Psychology. Religion > BJ Ethics B Philosophy. Psychology. Religion > BL Religion B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity B Philosophy. Psychology. Religion > BV Practical Theology |
Divisions: | Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat |
Depositing User: | S.Fil Yohanes Bere Mau |
Date Deposited: | 05 Jul 2022 05:03 |
Last Modified: | 05 Jul 2022 05:03 |
URI: | http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/6998 |
Actions (login required)
View Item |