TABANA, Patrisius (2022) Konsep Solidaritas Menurut Albert Camus Dalam Karyanya La'Revolte. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.
Text
ABSTRAKSI.pdf Download (1MB) |
|
Text
BAB I.pdf Download (505kB) |
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (491kB) | Request a copy |
|
Text
BAB III.pdf Restricted to Repository staff only Download (327kB) | Request a copy |
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Repository staff only Download (366kB) | Request a copy |
|
Text
BAB V.pdf Download (340kB) |
Abstract
Pada hakekatnya manusia itu bersifat individu dan sekaligus sosial. Sebagai mahluk individu manusia itu selalu terbedakan dari yang lain. Setiap peribadi itu unik karena itu tidak ada dua manusia di dunia ini yang sama sekali persis. Sementara sebagai mahluk sosial eksistensi manusia selalu ada dalam kebergantungan pada adanya yang lain. Fakta paling sederhana yang menunjukan aspek kesosialan dalam diri manusia adalah kelahiran. Tidak ada manusia di dunia ini yang berhasil melahirkan dirinya sendiri. Aspek sosial yang ada dalam diri manusia disatu sisi membukakesempatan untuk bekerja sama tetapi bisa juga menjadi ajang untuk bersaing dan bahkan berkonflik. Untuk meredam kemungkinan kedua di atas, maka solidaritas adalah dasar yang menjamin kehidupan bersama umat manusia. Albert Camus seorang filsuf yang hidup pada abad modern yang ditandai dengan berbagai fakta kemajuan tetapi sekaligus fakta penjajahan dan peperangan berhasil membangun sebuah konsep filosofis dimana solidaritas menjadi pokok yang diperjuangkan. Solidaritas menjiwai pemikiran seorang Albert Camus dalam setiap bentuk karya tulisnya, baik novel maupun essai. Lebih jelas lagi Camus menulis prihal solidaritas ini dalam bukunya yang berjudul TheRebel. Menurutnya solidaritas kemanusiaan adalah barometer untuk menilai apakah pemberontakan itu dibenarkan atau justru tidak layak untuk disebut pemberontak. Setiap bentuk pemberontak yang kemudian mengkhianati nilai solidaritas ini kehilangan haknya untuk menyebut pemberontak dan lebih pada pembunuhan biasa. Untuk seorang Camus berbicara mengenai solidaritas berarti berbicara mengenai pemberontakan dan absurditas. Pokok piikiran filsafat seorang Albert Camus dapat kita petakan bermula dari tuduhannya yang melihat sifat dari dunia ini absurd hingga pemberontakan sebagai jalan terjal yang harus kita lalui. Penilaian yang demikian tentu akan menimbulkan suatu masalah moral. Manusia akan senantiasa menghadapi perasaan absurd yang didefinisikan oleh Camus sebagai konfrontasi antara kerinduan terdalam dari diri manusia untuk mengetahui secara jelas dengan fakta irasional serta jawaban yang tidak tuntas yang diberikan oleh dunia. Ketika manusia menghadapi absurditas kehidupan, ia akan cenderung memilih dua solusi yang dinilai bisa mengatasi dan menghilangkan masalah absurd itu. Pertama, kecenderungan manusia yang paling dominan adalah dengan cara bunuh diri fisik. Bunuh diri fisikakan menyelesaikan masalah absurditas, karena untuk apa hidup kalau ternyata hidup itu tidak bermakna. Maka pilihan untuk mati kemudian menjadi valid dan masuk akal. Albert Camus menolak cara yang demikian, bagi Camus justru bunuh diri fisikakan menambah masalah absurd di dunia ini. Kedua, pilihan yang juga cenderung dibuat oleh manusia untuk mengatasi masalah absurd ini adalah dengan cara bunuh diri filosofis. Camus menyebutnya demikian karena usaha manusia yang selalu mencari perlindungan serta jawaban yang pasti dan final entah dalam agama, tradisi, kebudayaan dan bahkan konsep-konsep filsafat. Camus lagi-lagi menolak tindakan bunuh diri filosofis ini. Setelah menyatakan sikap menolak terhadap dua solusi di atas, Camus kini mengajak manusia untuk pertama-tama melihat dan mengakui bahwa dunia ini memang absurd. Kita mengakuinya tetapi tidak lalu tunduk padanya. Dunia ini memang absurd dan saya mempunyai tanggungjawab untuk di tengah-tengah ketidakbermaknaan itu menjadikannya bermakna. Seorang pemberontak adalah orang yang serentak mengatakan ya dan tidak sekaligus. Ya berarti dia setuju bahwa memang hidup itu absurd dan tidak berarti pemberontak itu menolak untuk tunduk pada yang absurd itu. Bagi Camus, absurd bukanlah kesimpulan melainkan permulaan sebagaimana skeptisismenya Descartes. Lebih lanjut usaha untuk mengatasi yang absurd itu oleh Camus harus diatasi dengan sikap pemberontakan sebagai jalan terjal yang harus manusia lalui. Sebagaimana absurditas adalah sesuatu yang esensial dari dunia ini, demikianlah juga dengan pemberontakan. Bahkan dengan mengakui bahwa dunia itu absurd, kita sebenarnya juga secara implisit sedang menyerukan sebuah protes atau pemberontakan. Ketika kita menyebut hidup itu absurd artinya kita tahu bahwa ada gambaran lain dari hidup yang kita nilai absurd itu. Sehingga pekik Camus “aku berontak maka kita ada”, adalah sesuatu yang esensi dalam hidup ini. KATA KUNCI: Albert Camus, Solidaritas, Pemberontak, dan Absurditas.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Albert Camus, Solidaritas, Pemberontak, dan Absurditas. |
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General) B Philosophy. Psychology. Religion > BD Speculative Philosophy B Philosophy. Psychology. Religion > BJ Ethics |
Divisions: | Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat |
Depositing User: | S.Fil Patrisius Tabana |
Date Deposited: | 06 Jul 2022 02:34 |
Last Modified: | 06 Jul 2022 02:34 |
URI: | http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/7012 |
Actions (login required)
View Item |