Pengakuan Terhadap Eksistensi Perempuan Indonesia: Telaah Konsep Feminisme Perspektif Simone De Beauvoir

PUREKLOLON, Natalia Osa Somi (2022) Pengakuan Terhadap Eksistensi Perempuan Indonesia: Telaah Konsep Feminisme Perspektif Simone De Beauvoir. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

[img] Text
ABSTRAKSI.pdf

Download (889kB)
[img] Text
BAB 1.pdf

Download (522kB)
[img] Text
BAB 2.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (467kB)
[img] Text
BAB 3.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (411kB)
[img] Text
BAB 4.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (366kB)
[img] Text
BAB 5.pdf

Download (148kB)

Abstract

Dalam kehidupan bersama setiap manusia senantiasa berproses dan bergerak untuk menemukan kehidupannya yang utuh. Proses penemuan hidup manusia ini tidak pernah terpisahkan dari dunia tempat ia bereksistensi. Manusia menyadari bahwa hidup yang dijalaninya adalah bagian dari dunia tempat ia bereksistensi. Dalam bereksistensi, manusia diperhadapkan dengan berbagai pilihan, “bebas atau terikat”. Jika manusia ingin hidup bebas, maka manusia harus mempertahankan diri dengan berbagai kemungkinan yang dibuat. Apabila manusia tidak mampu melakukan berbagai kemungkinan untuk bebas, maka manusia terus terikat bahkan sampai mati. Setiap pilihan yang dibuat manusia memiliki konsekuensinya dari tindakannya, maka manusia selalu kembali menjalin relasi dengan sesamanya. Eksistensi manusia pada hakekatnya terarah pada suatu kesempurnaan hidup. Dan untuk sampai pada suatu kesempurnaan hidup manusia harus berusaha dan berjuang untuk keluar dari kenyamanan hidup.ia harus berusaha untuk berada bersama dengan manusia yang lain. Lingkungan sosial adalah suatu tempat atau wadah untuk bagaimana mengekspresikan eksistensinya sebagai manusia. Dapat dikatakan bahwa lingkungan sosial sebagai rumah atau sebuah lahan yang subur untuk mewujudkan visi misinya. Dalam lingkungan sosial saat ini perbedaan antara laki-laki dan perempuan sangat kental. Hal ini dibentuk berdasakan budaya setempat, agama maupun berdasarkan kebiasaan-kebiasaan hidup manusia. Sistem pembentukan tersebut tentu memiliki banyak dampak bagi perkembangan kehidupan baik laki-laki maupun perempuan. Eksistensi perempuan, terutama untuk perempuan Indonesia sangatlah penting untuk di perhatikan dan diakui pentingnya eksistensi perempuan dalam berbagai sektor. Terlebih, saat ini perempuan dituntut untuk sadar dan aktif meraih akses serta kesempatan diberbagai bidang. Dengan perhatian dan pengakuan ini pada akhirnya akan memberikan keyakinan yang besar bahwa perempuan mampu meningkatkan kualitas hidupnya, serta mengembangkan segala potensi dan kemampuan yang dimiliki, sebagai motor penggerak sekaligus agen peribahan. Perempuan dewasa ini memiliki pengaruh dalam panggung sejarah kehidupan. Eksistensi perempuan adalah bugenfil yang harus tumbuh berkembang di tengah “pot karang” determinasi lelaki dan budaya. Keberadaan perempuan selalu dihimpit oleh determinasi karang tradisi, karang patriarkhi, karang subordinasi. Eksistensi seorang perempuan dianggap rendah, sebab perempuan dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat emosional dan privat. Identitas perempuan pun didefinisikan oleh kaum laki-laki. Definisi-definisi itu antara lain menyebut, bahwa perempuan adalah sebuah rahim,atau perempuan itu adalah manusia lemah dan yang pasif, yang dilindungi, yang diberi makan, yang dinamai. Definisi ini menempatkan perempuan sebagai manusia yang tidak sempurna. Dominasi dan diskriminasi ini dipertegas dengan ajaran pollocentris, yang didasarkan atas pandangan kebudayaan yang menganggap bahwa laki-laki merupakan pusat atau norma dari relasi-relasi sosial yang ada. Kaum feminis telah melihat dengan jernih bahwa selama separuh umat manusia menguasai separuh yang lain, sesungguhnya tidak ada perkembangan peradapan. Simone De Beauvoir, seorang filsuf feminis menandaskan bahwa diri perempuan adalah individu yang bebas. Perempuan tidak harus terbelenggu oleh sistem dan kategorisasi yang membatasi gerak dan penentuan diri. Budaya apapun merupakan ciptaan dan pencapaian terpenting dalam seluruh upaya yang pada dasarnya adalah manusia itu sendiri. Karena itu, pemetaan sepihak tanpa tanggapan yang baik dari sesama manusia merupakan tragedi kemanusiaan yang seharusnya tidak boleh terjadi. Beauvoir mengatakan, “Every concrete human being is a single individual and separate from the individual others ….human is an unfinished self, who creates himself. In words Marleau-Ponty, human are not natural beings, but historical ideas. Therefore, in this contexs, Beauvoir concludes that as human beings, women are a reeal reality unfinished, always in the process of becoming….”. “Setiap manusia konkret merupakan individu tunggal dan terpisah dari individu lainnya….manusia adalah diri yang belum jadi, yang menciptakan dirinya sendiri. Dalam kata-kata Marleau- Ponty, manusia bukanlah mahkluk kodrati, melainkan gagasan historis. Oleh karena itu, dalam konteks ini, Beauvoir menyimpulkan bahwa sebagai manusia, perempuan adalah realitas yang belum selesai, selalu dalam proses menjadi….”. Kenyataan hidup saat ini dapat membuktikan bahwa kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan masih begitu jauh. Banyak budaya Indonesia yang menganut sistem patrialkhal. Paham ini seolah-olah menjadikan laki-laki sebagai penguasa dan perempuan dijadikan sebagai korban. Sering kali kaum wanita dipandang sebagai kelas dua. Apa saja yang berhubungan dengan kepentingan hidup manusia harus diatur oleh laki-laki. Sedangkan wanita hanya menjadi pelengkap. Ia hanya menunggu apa yang menjadi keputusan dari seorang laki-laki. Perempuan selalu dianggap pasif dan tidak dapat melakukan apa-apa, dapat diatur dan dikuasai bahkan dipakai secara seksual. Artinya bahwa wanita hanya dibutuhkan jika perlu, jika tidak dibutuhkan maka dibiarkan begitu saja. Hal ini dengan sendirinya mengajarkan bahwa kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan masih sangat jauh. Eksistensi disusun dari kata ex yang artinya keluar dari sintere yang artinya tampil atau muncul. Eksistensi merupakan sebuah pengungkapan keberadaan aktual, bahwa sesuatu yang dialami secara aktual adalah nyata, serta menekankan sesuatu itu ada. Eksistensi mendahului esensi berarti bahwa manusia itu ada, kemudian berhadapan dengan dirinya sendiri, mengatasi dirinya dengan kebebasan, dan setelah itu mendefinisikan dirinya. Manusia bukanlah apa-apa sampai dirinya menjadikan hidupnya seperti apa yang diinginkan. Menurut Simone, bahwa hampir setiap budaya tertua di seluruh Dunia kedudukan perempuan selalu ditempatkan di posisi kedua setelah laki-laki. Perempuan tugasnya melayani dan memuaskan kebutuhan laki-laki. Budaya ini telah berlangsung dari abad ke abad dan telah dijadikan sebagai sebuah kebenaran yang tidak dipersoalkan lagi. Beauvoir dengan tajam mengemukakan penyelaman-penyelaman perempuan dalam menghadap

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Eksistensi, Perempuan Indonesia, Konsep Feminisme, Simone De Beauvoir.
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BJ Ethics
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: S.Fil Natalia Osa Somi Pureklolon
Date Deposited: 07 Jul 2022 03:25
Last Modified: 07 Jul 2022 03:25
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/7054

Actions (login required)

View Item View Item