Memahami Khotbah Dalam Terang Kanon 767 § 1 Kitab Hukum Kanonik 1983

REGO, Agostinho Do (2022) Memahami Khotbah Dalam Terang Kanon 767 § 1 Kitab Hukum Kanonik 1983. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (701kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (169kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (241kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (302kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (258kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (131kB)

Abstract

Pada saat meninggalkan dunia ini, atas cara yang mulia Tuhan Yesus Kristus bersabda: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. Karena itu pergilah……. Dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.” (Mat 28:18-20; bdk. Mrk 16:15). Melalui Sabda ini, Tuhan mewariskan satu tugas luhur kepada Gereja-Nya yakni mewartakan Sabda-Nya kepada segala bangsa. Amanat Kristus untuk memaklumkan Sabda Allah ini begitu bergema di dalam hari rasul Santo Paulus, sehingga ia membaktikan seluruh diri dan kesanggupannya setiap saat dan di mana saja untuk berkhotbah. Karena khutbah adalah tugas pastoral Gereja yang luhur dan utama. Pewartaan sabda Allah melalui khotbah/homili merupakan satu bagian integral dari keseluruhan tindakan liturgis. Khotbah atau homili bukanlah bagian tambahan semata dalam Liturgi Ekaristi. Homili bukanlah suatu kesempatan untuk menyampaikan ide-ide yang sulit dimengerti oleh umat. Homili bukanlah sebuah tempat di mana seorang homilis dapat mencela atau menghina orang lain. Homili merupakan perayaan iman umat agar dapat mengimani Yesus Kristus yang telah bangkit dari alam maut. Homili yang baik dapat membantu umat untuk mengembangkan iman dan menghayatinya. Perayaan Ekaristi merupakan perayaan iman di mana homili adalah bagian dari Liturgi Ekaristi. Oleh sebab itu, melalui homili, umat merayakan imannya dengan mendengarkan Sabda Allah. Homili menjadi penting karena konteks ekaristinya. Karenanya homili tidak boleh terlalu lama karena homili yang terlalu lama akan mengganggu keseimbangan dalam perayaan tersebut. Homili merupakan salah satu sarana dalam pengembangan iman umat yang melebihi segala bentuk katekese. Artinya, homili hendaknya mampu membuat umat merasa tertarik untuk mendengarkan homili yang sedang dibawakan. Jika homili yang sedang dibawakan oleh seorang homilis tersebut menarik maka umat tidak hanya mendengarkan dengan pikiran tetapi juga dengan hatinya. Umat yang mendengar dengan hati akan membawa serta manfaat bagi hidupnya. Apa yang disampaikan oleh seorang homilis melalui homilinya yang menarik akan mampu mengubah hidup umat. Homili selalu ditempatkan dalam liturgi demi membantu umat untuk merayakan maknya. Homili yang disampaikan membawa umat untuk memahami karya keselamatan yang ditawarkan oleh Allah melalui Yesus Kristus. Homili yang disampaikan hendaknya sesuai konteks jemaat yang hadir. Jika pendengar homili mayoritas kaum terpelajar, maka homili yang disampaikan hendaknya yang bersifat intelektual. Tetapi jika pendengar homili mayoritas anak-anak, maka homili yang disampaikan adalah bahasa yang mudah ditangkap oleh anak-anak, dan lain sebagainya sesuai konteks. Homili sebagai bagian integral dari liturgi menuntut agar homili yang disampaikan tersebut membimbing umat serta homilis sendiri kepada persatuan dengan Kristus dalam ekaristi yang mengubah kehidupan. Oleh karena itu, kata-kata seorang homilis hendaknya sedemikian rupa sehingga Allah sendiri yang diwartakan bukan diri homilis tersebut yang menjadi pusat perhatian. Seringkali memang sebuah homili terasa membosankan tetapi homilis harus menyampaikannya dengan penuh roh agar apa yang disampaikan melalui homili tersebut menjiwai seluruh kehidupan umat. Homili adalah bagian integral dari liturgi, maka hendaknya seorang homilis memahami bahwa penyampaian homili kepada umat adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Seorang homilis hendaknya memahami bahwa kehadirannya di depan umat dan berdiri di mimbar Sabda merupakan representasi Allah untuk mewartakan Sabda Allah dengan penuh wibawa. Tujuan ini akan terpenuhi jika sebelum tampil, seorang homilis mempersiapkan diri secara baik sehingga homili yang disampaikan benar-benar menjadi sarana bagi umat untuk mendekatkan diri pada Allah.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: S.Fil Agostinho do Rego
Date Deposited: 18 Jul 2022 03:23
Last Modified: 18 Jul 2022 03:23
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/7240

Actions (login required)

View Item View Item