Mendalami Makna “Yang Lain” Dalam Filsafat Emmanuel Levinas Dan Relevansinya Dalam Konteks Pluralitas Bangsa Indonesia

NAHAK, Andreas Efinandus S. (2022) Mendalami Makna “Yang Lain” Dalam Filsafat Emmanuel Levinas Dan Relevansinya Dalam Konteks Pluralitas Bangsa Indonesia. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (978kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (170kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (283kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (310kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (339kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (199kB)

Abstract

Negara Indonesia adalah Negara yang majemuk. Sebuah Negara yang memiliki beragam bahasa, suku dan etnis, agama, dan sebagainya. Fakta keberagaman ini telah menjadi ciri khas dari Negara Indonesia sendiri. Namun harus diakui bahwa realitas kemajemukan yang ada tidak selamanya disambut baik oleh semua orang. Ada pihak-pihak tertentu yang justeru memandang keberagaman ini menjadi malapetaka dan berusaha untuk menyingkirkan yang lain agar hanya kelompok sendiri yang eksis. Membatasi yang lain hanya pada sesama suku, agama, atau golongan tertentu saja adalah akar dari segala bentuk penindasan. Konflik-konflik pluralitas yang telah mengakar sepanjang sejarah Indonesia, menyiratkan urgensi untuk melihat secara benar relasi kita dengan sesama. Bawasannya sesama adalah juga dia yang berbeda dari saya, yang mempunyai kehidupannya sendiri yang perlu dihargai dan dihormati. Setiap manusia, apapun suku, agama, status sosial, dan latar belakangnya, memiliki martabat yang luhur yang harus dihargai dan bukan dimusnahkan. Suatu keniscayaan bahwa manusia selalu membutuhkan orang lain. Manusia menjadi manusia sejauh dia mengakui bahwa dirinya selalu ada dalam relasi dengan yang lain, atau dengan lain perkataan, “Manusia menjadi manusia melalui manusia yang lain”. Dalam relasi ini, setiap pribadi perlu menerima orang lain dengan segala keberlainannya dan bukan menguasai hidupnya, menindas, menganiaya, ataupun membunuhnya. Hilangnya tanggung jawab mengakibatkan orang sulit melihat dan memaknai keunikan yang ada pada setiap pribadi sebagai sebuah kekayaan bersama. Intinya bahwa pluralitas selalu berbicara tentang situasi selalu berada di antara perbedaan-perbedaan, suatu situasi yang dilihat sebagai ruang tempat di mana kita menyadari, menyapa dan bertanggung jawab atas kehadiran yang lain. Sadar akan fakta pluralitas yang mensyaratkan selalu berada di antara yang lain, maka penting untuk sekali lagi melihat secara benar relasi kita dengan orang lain. Dalam menyikapi kehadiran orang lain tersebut, Emmanuel Levinas menjelaskan bahwa orang lain adalah dia yang sama sekali lain dan berbeda dari aku, “orang lain adalah dia yang bukan aku”. Setiap pribadi unik dalam dirinya dan menolak untuk direduksi dalam level manapun. Tuntutan tunggal yang tersirat dalam suatu perjumpaan etis dengan Yang lain yang hadir dalam bentuk wajah hanyalah pengakuan akan segala keberlainannya, sebagai yang eksterior, heteronom, Yang Tak berhingga, yang selalu hadir dalam rupa-rupa epifani wajah. Wajah yang dipahami oleh Levinas bukanlah wajah secara fisik melainkan cara keseluruhan orang lain menampakkan dirinya. Wajah digambarkan Levinas sebagai yang lemah, yang miskin, janda dan yatim piatu. Dan dalam perjumpaan etis dengan Yang Lain tersebut, selalu menuntut setiap pribadi untuk memberikan respon dalam bentuk tanggung jawab. Tanggung jawab yang diberikan harus bersifat konkrit dan asimetris yang hanya memberi secara total tanpa mengharapkan balasan. Selanjutnya, dalam membangun relasi dengan sesama yang hadir dengan segala keberlainannya perlu selalu terbuka untuk menerimanya tanpa harus didominasi. Relasi infinitas yang selalu terbuka untuk menerima segala perbedaan ini yang akan memampukan setiap pribadi untuk hidup berdampingan dengan orang lain. Konsekuensi logisnya bahwa, pusat perhatian yang diberikan bukan lagi untuk diri sendiri melainkan bagi Yang Lain dengan segala prioritasnya karena Yang Lain sejatinya selalu lebih tinggi dari pribadi saya, karena Yang Lain adalah jejak Yang Tak Terbatas. Dengan demikian jelas bahwa, ketika kehadiran setiap pribadi yang berwajah dapat dihargai sebagaimana mestinya sesuai porsi dan orientasi yang ditawarkan Levinas, maka segala perbedaan dalam kemajemukan akan mampu diterima dengan baik pula. Perjumpaan personal dengan pribadi yang lain dalam segala kompleksitas keunikan dan perbedaan menjadi sangat mungkin. Dan akhirnya fakta pluralitas akan menjadi kekayaan yang dihargai dan diterima tidak hanya sebatas pada pengakuan akan keberlainan dari setiap pribadi dengan segala atribut pembedanya melainkan mampu menerima segala perbedaan dengan orientasi etis yang tepat karena dia juga manusia yang unik dan berbeda dalam dirinya sebagaimana saya juga unik dalam diri sendiri.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Yang Lain, Pluralitas
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BC Logic
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: S.Fil Andreas Efinandus S. Nahak
Date Deposited: 21 Jul 2022 05:01
Last Modified: 21 Jul 2022 05:01
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/7360

Actions (login required)

View Item View Item