Homoseksualitas Sebagai Tantangan Terhadap Penghayatan Kaul Kemurnian Kaum Religius Dalam Pandangan Gereja Katolik

RAMOS, Donasi (2021) Homoseksualitas Sebagai Tantangan Terhadap Penghayatan Kaul Kemurnian Kaum Religius Dalam Pandangan Gereja Katolik. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (622kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (339kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (461kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (371kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (388kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (221kB)

Abstract

Dalam dunia sekarang ini kita banyak melihat dan mendengar tentang masalah-masalah homoseksual. Kita dapat mendapati berbagai macam buku-buku, majalah maupun koran-koran yang membahas tentang homoseksual, dan kita juga dapat mendengar pembahasan tentang masalah homoseksual melalui seminarseminar dan diskusi yang diadakan di mana-mana oleh para ahli sesuai bidangnya masing-masing, bahkan kita dapat menjumpai klub-klub homoseksualitas yang mulai muncul di berbagai kota di Indonesia, dari yang tersembunyi sampai yang terangterangan. Masalah homoseksualitas adalah sesuatu yang sangat tidak menyenangkan bagi kebanyakan orang, tetapi masalah ini sangat penting untuk dipahami dan dimengerti oleh setiap orang, terutama bagi orang Kristen. Banyaknya di antara ribuan orang menyatakan dirinya sebagai orang homoseksual. Banyak dari antara ribuan orang itu adalah orang yang percaya Yesus Kristus, orang Kristen yang sudah dilahirkan kembali atau Injili. Orang-orang seperti itu terperangkap dalam dilema suatu kecenderungan ke arah kehidupan yang ditolak dan dikutuk. 1Adapun faktor penyebab tejadinya homoseksualitas bisa bermacammacam,seperti karena factor biologis selama masa pertumbuhan, karena mendapat pengalaman homoseksual yang menyenangkan pada masa remaja atau sesudahnya, karena memandang perilaku heteroseksual sebagai sesuatu yang menakutkan atau tidak menyenangkan, ataupun karena besar ditengah keluarga dimana ibu lebih dominan dari pada sang ayah atau bahkan tidak ada.2 Di tengah permasalahan yang sangat marak ini, agama pada umum nya juga berpartisipasi dalam memberikan penjelasan mengenai homoseksualitas berdasarkan ajaran mereka, salah satunya yanki Gereja Katolik. Disatu pihak Gereja Katolik tidak membenarkan kegiatan homoseksual, tapi di lain pihak juga tidak membenarkan perlakuan diskriminatif, tidak menyingkirkan atau mendiskreditkan orang-orang homoseksual, melainkan menerima sepenuhnya. 3 Dalam bidang pastoral, homoseksual ini pasti harus diperlakukan dengan pemahaman dan berkelanjutan dengan harapan mengatasi kesulitan pribadi mereka dan ketidakmampuan mereka untuk masuk ke dalam masyarakat. Tetapi tidak ada metode pastoral yang dapat digunakan yang akan memberikan pembenaran moral untuk tindakan ini dengan alasan bahwa mereka akan tetap dengan kondisi seperti itu. Karena menurut tatanan moral yang objektif, hubungan homoseksual adalah tindakan yang tidak memiliki finalitas yang penting dan sangat diperlukan. Dalam Kitab Suci mereka dikutuk sebagai kebejatan serius dan bahkan disajikan sebagai konsekuensi menyedihkan dari menolak Allah. Penghakiman Alkitab ini tentu saja tidak memungkinkan kita untuk menyimpulkan bahwa semua orang yang menderita anomali ini secara pribadi bertanggung jawab untuk itu, tetapi itu membuktikan fakta bahwa tindakan homoseksual secara intrinsik tidak teratur dan sama sekali tidak dapat disetujui. 4 Dalam katekismus Gereja Katolik homoseksualitas di jelaskan sebagai hubungan antara para pria, yang merasa diri tertarik dalam hubungan seksual, semata-mata atau terutama, kepada orang sejenis kelamin. Homoseksualitas muncul dalam berbagai waktu dan kebudayaan dalam bentuk yang sangat bervariasi. Namun demikian, Gereja juga menyadari bahwa tidak sedikit pria dan wanita yang sedemikian mempunyai kecenderungan homoseksual yang tidak mereka pilih sendiri. Mereka ini harus dilayani dengan hormat, dengan kasih dan bijaksana. Mereka harus diarahkan agar dapat memenuhi kehendak Allah dalam kehidupannya, dengan hidup murni, melalui kebajikan dan pengendalian diri dan mendekatkan diri pada Tuhan melalui doa dan sakramen, menuju kesempurnaan Kristen (KGK 2357-2359) 5 . Masalah mengenai homoseksual juga tidak hanya datang dari kalangan orang yang biasa atau kaum awam, melainkan menyeret serta didalam nya para kaum religius. Dalam konteks ini konsep permasalahan mengenai homoseksualitas tidak mempunyai suatu limatasi subjek melainkan mencakup segala yang ada tanpa memandang suku ras agama budaya maupun segala yang bersifat lebih privat. Kaum religius yang pada dasarnya di nilai sebagai orang-orang yang menjadi panutan serta contoh dalam hal menjunjung tinggi nilai-nila moral kendatipun menjadi korban dari masalah homoseksual. Karenanya tidaklah mengherankan jika ada reaksi terhadap penghayatan selibat dengan ungkapan : “Zaman sekarang masih selibat”? pertanyaan itu tidak aneh.6 Dalam pandangan banyak orang, persoalan seksual yang ada dalam hidup kaum religius, berimplikasi pada pemahaman atas panggilan selibat demi kerajaan Allah yang dilihat sebagai sebuah panggilan yang tidak mungkin untuk dihayati. Persoalan ini tentunya akan menghambat seorang religius dalam mengejar kesucian hidupnya, serta pula berdampak pada penghayatan hidup selibat yang tidak nyaman dan tidak membuahkan kebahagiaan.7 Kaum religius perlu menyadari diri sebagai yang terdiri dari badan dan jiwa dengan segala sifat dan tuntuntan kodratnya seprti daya tarik, kebutuhan untuk dicintai, diperhatikan dan kesadaran sebagai ciptaan Tuhan baik adanya, mereka juga harus mempunyai konsep diri yang benar sebagai pria dengan ciri biologis dan psikologis. Menerima berarti merasa puas, gembira, bersyukur karna diciptakan demikian dengan kodratnya.8 Kedua, dalam hubungan dengan sesama. Kaum religius harus memiliki konsep seksualitas yang benar dan tepat, dengan menerima, menghargai dan mencintai orang lain apa adanya, serta bersikap realistis terhadap orang lain dan juga mampu membangun relasi interpersonal dan menyatakan cinta secara benar, wajar sesuai dengan norma sopan santun dan norma keagamaan. Ketiga, dalam hubungan dengan Tuhan. Kaum religius perlu menerima diri dan sesama sebagai mahkluk ciptaan Tuhan apa adanya, serta bersyukur dengan segala yang Tuhan berikan. Dengan demikian kaum religius perlu memahami kematangan dan keterarahan seksualitas yang ada dalam pribadinya, sebab hal-hal ini sangat mempengaruhi atau berdampak neegatif bagi penghayatan kemurnian kaum religius.9 Komplesitas penghayatan kaul kemurnian menuntun kaum religius untuk meningkatkan pemahaman yang memadai dan mendalam mengenai kandungan seksualitas dan makna kaul kemurnian yang di ikrarkan. Aspek kaul kemurnian adalah penyerahan diri seutuhnya kepada Tuhan. Dari uraian diatas, tampaklah suatu hubungan yang erat mengenai penghayatan kaul kemurnian dengan aspek penyimpangan seksualitas dalam hal ini homoseksual. Kita dapat mengatakan bahwa kaul kemurnian tidak dapat dipisahkan dari kematangan seksualitas yang ada dalam pribadi kaum religius. Hubungan ini mengandaikan bahwa pengetahuan, pendalaman, serta pengarahan seksualitas yang benar dan tepat dapat membantu kaum religius dalam menghayati kaul kemurnian.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: homoseksualitas, Gereja Katolik, Kaum Religus,dan Kaul
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BD Speculative Philosophy
B Philosophy. Psychology. Religion > BF Psychology
B Philosophy. Psychology. Religion > BL Religion
B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity
B Philosophy. Psychology. Religion > BS The Bible
B Philosophy. Psychology. Religion > BV Practical Theology
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: S. Fil Donasi Ramos
Date Deposited: 12 Jun 2023 00:52
Last Modified: 12 Jun 2023 00:52
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/12625

Actions (login required)

View Item View Item