Kepribadian Narsistik Manusia Dalam Bermedia Sosial Dilihat Dalam Terang Pemikiran Psikoanalisis Sigmund Freud

DA COSTA, Armandino Atiyos (2023) Kepribadian Narsistik Manusia Dalam Bermedia Sosial Dilihat Dalam Terang Pemikiran Psikoanalisis Sigmund Freud. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (843kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (190kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (162kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (265kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (215kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (211kB)

Abstract

Media sosial merupakan situs yang penggunanya dapat berinteraksi dengan pengenalannya dan dapat menampilkan eksistensi diri mereka. Di suatu sisi media sosial dapat memberi kemudahan dan menimbulkan dampak positif bagi kehidupan manusia. Media sosial juga sebagai tempat untuk membagi kegiatan atau aktivitas pengguna. Pengguna juga tidak dirumitkan dalam pembuatan media sosial dan tidak ada batasan ruang dan waktu. Pengguna dapat membuka media sosial dalam waktu 24 jam. Dengan demikian, kebiasaan ini dapat memberikan kecanduan bagi para pengguna media sosial. Saat ini media sosial sepertinya sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat dunia. Demikian, melihat fenomena tersebut, akan gampang menjerumuskan manusia pada sikap narsistik jika tidak diolah dengan baik. Narsistik sudah terlihat dan dapat dikatakan merupakan perilaku yang menyimpang dan mengarah pada gangguan kepribadian. Seseorang dapat menjadi masalah untuk orang lain dan sumber kebahagiaannya bersifat membahayakan bagi dirinya sendiri. Hal ini dapat mengarah pada permasalahan dalam hubungannya dengan lingkungan di masa depan. Narsis sendiri telah terjadi dan dilakukan orang selama berabad-abad, tetapi para Ilmuwan sosial mengklaim bahwa, saat ini narsisme telah menjadi epidemi modern. Narsis menjadi virus yang mampu dengan cepat mempengaruhi manusia. Hal yang perlu diketahui adalah, apa yang telah menyebabkan peningkatan narsisme. Istilah ini berasal lebih dari 2.000 tahun yang lalu, ketika Ovid menulis legenda Narcissus. Ia bercerita mengenai seorang pemburuh Yunani cantik. Bahwasannya, pemburuh itu melihat bayangannya sendiri di kolam air dan jatuh cinta dengan bayangannya sendiri. Ia menjadi terobsesi dengan keindahan, dan tidak dapat meninggalkan citranya tercermin sampai ia meninggal. Setelah kematiannya, bunga narcissus tumbuh di mana ia tergeletak. Konsep ini lalu dipopulerkan oleh psikoanalisis Sigmund Freud melalui karyanya “Ego dan hubungannya dengan dunia luar.” Karyanya ini menjadi sebuah titik awal bagi banyak orang yang mengembangkan teori narsisme. Ia mengemukakan bahwa, dalam fase-fase kehidupan paling awal ada persediaan libido yang menyebabkan seorang anak menjadi egosentrik (seluruh perhatiannya hanya berpusat pada diri sendiri). Kondisi inilah yang dinamakan sebagai narsisisme primer. Sedangkan dalam tahap sekunder narsisisme, terjadi ketika anak beranjak pada masa pubertas, dan ia mulai mengutamakan penampilan dan perhatian-perhatian lain pada diri sendiri. Jadi kapan narsis menjadi masalah? Narsis yang sehat dan baik adalah bagian dari fungsi manusia yang normal. Misalnya, cinta akan diri sendiri dan keyakinan yang didasarkan pada prestasi nyata. Narsisme yang akhirnya melahirkan narsistik itu sendiri yang menjadi masalah ketika individu menjadi sibuk dengan diri sendiri, kekaguman berlebihan dengan persetujuan dari orang lain, tidak peka dengan orang lain, sehingga terjadi juga apa yang dinamakan sebagai skizofrenia (perihal menarik diri dari perhatian terhadap dunia luar). Orang-orang ini akan bertingkah laku bahwa kenyataan tidak ada dan menganggap pikiran, perasaan dan dorongan mereka lebih penting atau lebih senang dengan diri sendiri. Pribadi narsisme sering mendeskripsikan diri dengan kebesaran atau terlalu percaya kepada dunia, tetapi hanya untuk menutupi perasaan yang mendalam terkait ketidakamanan dan harga diri yang rapuh, juga mudah memar oleh kritik. Sifat-sifat demikian menyebabkan narsisis menemukan diri mereka dalam hubungan dangkal, sebab hanya melayani kebutuhan akan perhatian konstan. Narsisme telah dilabelkan sebagai “epidemi modern”, (Epidemi: penyakit menular yang berjangkit dengan cepat di daerah yang luas dan menimbulkan banyak korban. Epidemi merujuk pada peningkatan angka penyakit di atas normal yang biasanya terjadi secara tiba-tiba pada populasi suatu di area geografis tertentu). Gangguan kepribadian merupakan gangguan yang bersifat kompleks. Gangguan keperibadian bukan hanya menyangkut pola perilaku, melainkan juga meliputi pengalaman internal individu yang sudah bertahan lama, bersifat pervasif, kaku dan tidak sejalan dengan ekspektasi budaya serta dapat menganggu hubungan sosial dan pekerjaan. Di sisi lain, gangguan kepribadian dapat menyebabkan strees secara emosional. Orang yang mengalami gangguan kepribadian dalam dirinya sering kali timbul perasaan cemas, tegang, berlebihan dalam menyikap masalah yang dihadapi dan selalu merasa tidak puas secara berlebihan. Gejala tersebut terkadang tidak disadari, namun dirasakan oleh orang di sekitarnya. Gangguan kepribadian narsistik atau disebut juga dengan istilah narcissistic personality disorder terjadi akibat adanya sikap atau perilaku seseorang yang secara berlebihan dalam memandang keunikan atau kelebihan yang dimiliki, sehingga menimbulkan fantasi yang berlebihan terhadap dirinya sendiri. Individu yang mengalami gangguan kepribadian narsistik selalu mengharapkan perhatian dan pemujaan yang berlebihan terhadap dirinya, suka memperlihatkan kelebihan yang dimiliki secara berlebihan serta menganggap sikap dan perilakunya hanya dapat dimengerti serta dipahami oleh orang-orang tertentu. Akibatnya adalah melahirkan sikap yang kurang empati terhadap orang lain, arogan, iri, ingin diperlakukan secara istimewa oleh orang lain, selalu mencari perhatian, ingin dipuja, takut gagal, sensitif terhadap kritikan. Orang yang mengalami gangguan kepribadian narsistik terkadang sering merasa kecewa terhadap dirinya, lalu mencari orang-orang yang dianggapnya ideal dengan tidak mengizinkan orang lain menjalin hubungan. Jika ada orang lain dianggap mampu menyainginya, ia akan marah dan berupaya menyingkirkannya.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Kepribadian, Narsistik, Manusia, Media Sosial, Psikoanalisis, Sigmund Freud
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BF Psychology
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: S.Fil Armandino Atiyos Da Costa
Date Deposited: 30 Aug 2023 00:20
Last Modified: 30 Aug 2023 00:20
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/13411

Actions (login required)

View Item View Item