Analisis Makna Cium Hidung (Henge"dhu Hewangnga) Melalui Pendekatan Psikologi Komunikasi Pada Peminangan Adat Sabu (Studi Kasus Pada Masyarakat Di Desa Pederro Kecamatan Sabu Mesara)

NAWA, Merrie Chrystin Handayani (2024) Analisis Makna Cium Hidung (Henge"dhu Hewangnga) Melalui Pendekatan Psikologi Komunikasi Pada Peminangan Adat Sabu (Studi Kasus Pada Masyarakat Di Desa Pederro Kecamatan Sabu Mesara). Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

	Text ABSTRAK.pdf Download (925kB)
	Text BAB I.pdf Download (238kB)
	Text BAB II.pdf Download (169kB)
	Text BAB III .pdf Download (142kB)
	Text BAB IV .pdf Download (352kB)
	Text BAB V .pdf Download (193kB)
	Text BAB VI .pdf Download (113kB)
	Text DAFTAR PUSTAKA dan SURAT BEBAS PLAGIASI.pdf Download (292kB)

Abstract

Skripsi ini berjudul Analisis Makna Cium Hidung (Henge”dhu Hewangnga) melalui pendekatan psikologi komunikasi dalam peminangan adat Sabu di Desa Pederro Sabu Raijua. Dalam penelitian ini penulis melihat bahwa masyarakat Sabu sangat menjunjung tinggi persaudaraan dan menganggap cium hidung adalah suatu penghargaan tertinggi orang Sabu. Cium hidung yang biasa dilakukan masyarakat Sabu sudah menjadi tradisi secara turun temurun dan sudah menjadi suatu kebudayaan. Konsep yang penulis gunakan pada penelitian ini menggunakan konsep psikologi komunikasi dan behaviorisme. Untuk membahas kajian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Teknik analisis yang penulis gunakan adalah analisis kualitatif yang meliputi pengumpulan data yakni wawancara mendalam, studi dokumen dan juga observasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pihak laki-laki akan berbicara jujur terkait mahar/belis yang akan diberikan kepada pihak perempuan jika tidak ada kesepakatan maka pihak laki-laki akan melakukan cium hidung, sehingga pihak perempuan mempunyai rasa kepedulian dan menerima tindakan ciuman hidung yang di lakukan oleh pihak laki-laki. Ucapan rasa syukur dilihat ketika proses maho ami pihak laki-laki membawa dengan sirih pinang sebagai tanda bahwa lamaran telah diterima. Pada proses peminangan terdapat pengampunan yang ditemukan pada saat sudah masuk ke dalam proses kenoto saat permintaan maho ami yang sudah disepakati awal terdapat kekurangan yang telah disepakati awal, maka pihak keluarga laki-laki meminta kerelaan hati dari pihak perempuan untuk mengerti dan menerima kekurangan tersebut. Dari sini bisa dilihat bahwa adanya kesadaran yang memberikan dampak kepada manusia untuk bisa menguraikan atau memberitahu keadaan seacara jujur tentang kondisi seseorang. Proses cium hidung (henge”dhu hewangnga) juga terjadi karena adanya penyampaian energi dari alat-alat indera seperti hidung ke otak bahwa dilakukan dengan rasa kasih sayang karena adanya proses pengolahan informasi bahwa belis/mahar tidak bisa dipenuhi langsung oleh keluarga laki-laki, sehingga adanya proses komunikasi psikologi yang dilakukan dengan cara komunikasi nonverbal melalui cium hidung (henge”dhu hewanganga) ini juga muncul karena adanya kesadaran dari dalam diri manusia dan juga dari proses belajar dilingkungan secara turun-temurun. Berdasarkan hasil penelitian, penulis melihat bahwa cium hidung memiliki makna kejujuran, makna kepedulian, makna rasa syukur dan juga makna pengampunan yang timbul pada proses peminangan adat Sabu. Cium hidung tidak dilakukan hanya pada masyarakat Sabu saja, tetapi hingga sekarang budaya cium hidung selalu dilakukan oleh orang Sabu maupun yang bukan dari daerah Sabu juga mempraktekan cium hidung serta menjadi kebiasaan ketika bertemu dengan orang lain. Saran bagi peneliti selanjutnya untuk terus mengkaji tentang makna cium hidung pada ritual-ritual adat lainnya dengan menggunakan pendekatan-pendekatan komunikasi lainnya.

Actions (login required)

View Item