Peran Hati Nurani Dalam Membentuk Sikap Otonomi Individu Yang Bermoral, Dalam Terang Gaudium Et Spes Artikel 16

MALI, Marselinus Dementri (2019) Peran Hati Nurani Dalam Membentuk Sikap Otonomi Individu Yang Bermoral, Dalam Terang Gaudium Et Spes Artikel 16. Diploma thesis, Unika Widya Mandira.

[img] Text
ABSTRAKSI.pdf

Download (318kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (156kB)
[img] Text
BAB II.pdf

Download (239kB)
[img] Text
BAB IIl.pdf

Download (215kB)
[img] Text
BAB IV.pdf

Download (183kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (144kB)

Abstract

Pilihan untuk berhenti dari dunia “perbudakan” ini haruslah didasarkanpada kebenaran. Inilah yang merupakan penghargaan manusia pada martabat sesamanya yang dibahas dalam otonomi individu. Namun apakah pilihan dan kebebasan seseorang (otonomi individu) untuk memilih jalan hidupnya sendiri itu sesuai dengan arah dan tujuan yang benar, ataukah hanya merupakan pilihan yang didasarkan pada hasrat belaka? Dengan mengandalkan kekuatannya sendiri manusia mulai menciptakan bentuk kehidupan yang melanggar nilai moral yang berlaku umum. Terkadangorang tidak dapat mempertanggung jawabkan tindakannya, ia bertindak 1K. Bertens, Etika Biomedis, (Yogyakarta: Kanisius, 2011), hlm. 79 xvsemata-mata demi pemuasan diri tanpa melihat baik buruknya suatu tindakan. Hal inilah yang membuat manusia terbelenggu dalam situasi kehidupan yang menakutkan dan dibelenggu oleh otonomi pribadinya. Manusia tidak lagi menyadari diri sebagai makhluk yang bernilai. Dengan demikian tidaklah mengherankan bila tindakan seseorang terarah pada kejahatan dan atas keinginan si jahat manusia cenderung berbuat dosa. Oleh karena kebiasaan berdosa, maka hatinya lebih dikuasai oleh kegelapan dan mengabdi kepada makhluk daripada Sang Pencipta. Dasar pijakan manusia dalam memutuskan pilihannya adalah dengan mendengarkan suara hati. Suara hati menjadi pangkal otonomi manusia karena sebagai suatu bentuk kesadaran akan apa yang menjadi kewajibannya sebagai manusia dalam situasi konkrit, suara hati menegaskan kebasan manusia, yakni kemampuan untuk menentukan diri lepas dari penentuan pihak luar.Suara hati selalu mengingatkan manusia untuk senantiasa berbuat yang baik dan mengelakan yang jahat, memberikan suatu keputusan yang baik danbenar tentang suatu pilihan manusiawi. Suara hati tidak mengajarkan dan mengajak manusia untuk memilih keburukan atau ketidaknyamanan dalam dirinya tetapi suara hati membuka jalan baru bagi manusia untuk menemukan inti terdalam dari setiap keputusan yang diambil dalam situasi dan keadaan apapun dan inti terdalam bagi manusia untuk menentukan pilihannya ialah Kebaikan. Pilihan atau putusan yang benar dan berlaku dalam masyarakat adalah pilihan atau putusan yang didasarkan pada suara hati. Manusia masih mempunyai harapan yang kokoh apabila ia kembali ke dalam lubuk hati yang terdalam, karena di situlah ia menemukan suatu harapan bahwa ia tidak berada dalam kesendirian. Dengan mendengarkan hati nuraninya, manusia merasa mampu untuk mendengarkan mana yang baik dan mana yang jahat. Fakta xvimenunjukan bahwa dalam kenyataannya hal ini kurang mendapat tempat dalam kehidupan seseorang.Ketika seseorang melihat norma moral sebagai medan perwujudankonkret kebebasannya sebagai manusia, maka orang itu sudah memiliki sikap moral otanom. Orang yang memiliki sikap moral otonom adalah orang yang menyadari bahwa kalau dia menaati apa yang menjadi kewajiban moralnya, ia bukannya secara buta dan terpaksa menaati hukum yang melulu ditentukan dari luar, melainkan menaati hukum yang juga ditetapkan sendiri dari akal budinya.Ia menaati hukum yang ia sendiri setujui dan kehendaki. Dengan demikian dalam memenuhi kewajiban moralnya sebagai manusia ia sebenarnya menaati dirinya sendiri. Dengan kata lain, dia menaati hukum itu secara bebas karena menyadari nilai-nilai manusiawi yang mau dijamin oleh hukum-hukum tersebut. Orang yang mempunyai sikap moral otonom selalu melakukan yang baik dan menghindarkan yang jahat berdasarkan keinsyafannya sendiri dan bukan karena dibebankan dari luar. Ia melakukan yang baik bukan supaya dilihat orang melainkan berdasarkan kesadarannya sendiri. Demikian juga ia tidak melakukan yang jahat bukan hanya kalau kebetulan sedang dilihat orang

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity
Q Science > QP Physiology
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: Tefa Frisca Yolanda
Date Deposited: 17 Jan 2020 01:55
Last Modified: 17 Jan 2020 01:55
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/1880

Actions (login required)

View Item View Item