Artificial Intelligence dan Pengaruhnya terhadap Sosialitas Manusia Perspektif Yuval Noah Harari

SASMITA, Agustinus Silvianus (2025) Artificial Intelligence dan Pengaruhnya terhadap Sosialitas Manusia Perspektif Yuval Noah Harari. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (1MB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (172kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (332kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (199kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (170kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (134kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (237kB)

Abstract

Pada dasarnya melewati suatu dinamika alamiah yang terjadi di luar skenario atau kendali manusia itu sendiri. Yuval Noah Harari menyebut dalam bukunya Sapiens: Riwayat Singkat Umat Manusia, terdapat tiga revolusi besar yang dilalui manusia: revolusi kognitif, revolusi agrikultural dan revolusi saintifik. Salah satu hal yang menonjol dalam tiga revolusi besar ini adalah kekuatan kerjasama umat manusia. Segala bentuk pencapaian manusia, yang dimulai dari kebiasaan berburu dan mengumpulkan makanan, hingga pada era penemuan berbagai ilmu pengetahuan, merupakan sebuah pencapaian kolektif yang lahir dari kerja-sama. Kehadiaran kecerdasan buatan di era sekarang membuat trobosan baru. AI yang semula diciptakan untuk membantu aktivitas manusia, pada akhirnya hadir sebagai sebuah “alien Intelligence” atau kecerdasan asing, sebagaimana disebut Harari dalam bukunya Nexus. Kecerdasan ini dapat bekerja secara otomatis dan efektif tanpa bergantung pada manusia. AI dapat mengambil keputusan dan memecahkan masalah yang diberikan kepadanya. Sebagai contoh, dalam sebuah riset dokter manusia dapat mendiagnosa kanker 50%, sedangkan AI mencapai 90%. Bagi Harari, AI berdampak buruk bagi sosialitas manusia. Keyaninan ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa manusia lebih mendengarkan dan mengandalkan AI daripada sesama manusianya. Ditinjau dari kronik sejarah, kenyataan ini dapat disebut sebagai settingan baru atas umat manusia. Di masa lampau, ketika manusia mengalami masalah atau kebimbangan dalam hidupnya, ia memilih dukun (ahli supranatural) yang mampu menawarkan solusi. Ketika agama hadir, seseorang yang mengalami persoalan mencari pemuka agama untuk mendapat pencerahan. Selanjutnya, saat ilmu pengetahuan mulai berkembang, para psikiater atau bahkan obat penenang dijadikan pilihan alternatif untuk memecahkan problematika hidup. Sebaliknya, di era digital, sosok ahli supranatural, pemuka agama, maupun psikiater mulai kehilangan kepercayaan. Kehadiran teknologi, seperti kecerdasan buatan, mengambil alih peran tersebut. Setiap orang yang mengalami persoalan akan terbaca oleh algoritma, sehingga ia mampu menawarkan solusi yang lebih adaptif dan sesuai kebutuhan para pasien. Kehadiran AI melahirkan perubahan dalam relasi intersubjektif dalam komunitas manusia. Ketimpangan ini dapat lebih jelas terlihat dalam dunia kerja. Ketika seseorang menjadi sungguh-sungguh ahli dalam mengoperasikan teknologi, dirinya dapat diandalkan untuk bekerja. Di pihak lain, orang yang tidak memiliki kompeten di bidang tersebut dikategori dalam predikat yang sama yakni kelas-kelas orang tidak berguna. Dampak dari persoalan ini selanjutnya ialah terjadinya polarisasi sosial. Di samping itu, AI sebagai sebuah model bahasa besar memiliki kemampuan menciptakan narasi-narasi besar dan efektif. Hal ini memicu timbulnya negativitas atas otoritas manusia dalam menafsir dan menemukan baik-benarnya sebuah cerita. Kehadiran AI memungkinkan manusia menafsir dan memaknai setiap informasi yang lebih sasuai kebutuhan atau selerah orang yang bersangkutan. Fakta ini memicu minat untuk mempertanyakan lebih jauh identitas manusia. AI, dengan kehadirnanya mendorong redefinisi atas identitas umat manusia. Hal ini terlebih diafirmasi dari lompatan sejarah umat manusia yang mula-mula hidup seturut hukum alam, namun kini mengikuti skenario data atau algoritma. Harari sebagai seorang sejarawan sekaligus penulis yang sangat produktif, melalui karya-karyanya menyadarkan umat manusia akan sejarah peradabannya. Di samping itu, sebagai seorang filsuf ia menganalisis persoalan yang berpotensi atau pun yang sudah menciptakan kekacauan terhadap diri maupun kehidupan manusia. Dengan itu, ia menginspirasi atau mendorong banyak orang untuk memiliki sikap antisipatif dalam dirinya, agar tidak bergantung pada kecerdasan buatan atau alien intelligence itu, demikian Harari menyebutnya. Keberadaan manusia secara intrinsik bersifat sosial, di mana nilai hidup setiap individu diperkaya melalui interaksi dengan sesamanya. Tidak ada manusia yang dapat eksis secara absolut tanpa keterlibatan manusia lain dalam hidupnya. Bahkan dalam situasi konflik sekalipun, aspek sosialitas itu tetap ada sebagai karakter fundamental yang bukan merupakan pilihan atau kebetulan, melainkan telah melekat sejak fase prenatal dari manusia. Sosialitas manusia, dengan demikian, merupakan sebuah keniscayaan ontologis. Harari menganalisis evolusi manusia melalui lensa perubahan terstruktur yang bersifat kumulatif. Proses adaptasi manusia terhadap fenomena alam, dari fase berburu-meramu hingga bercocok tanam dan menetap, menandai awal peradaban sekaligus kebangkitan unsur kuriositas intelektual umat manusia. Pola hidup menetap tidak hanya memicu surplus pangan dan pertumbuhan populasi, tetapi juga melahirkan kesadaran kolektif akan pentingnya nilai kebersamaan. Pada tahap ini, kecerdasan bawaan manusia memungkinkan terciptanya konsensus sosial melalui bahasa, yang menjadi pembeda utama antara homo sapiens dan spesies lainnya. Perkembangan kecerdasan manusia tidak hanya mendorong kemajuan kolektif, melainkan juga memicu munculnya ambisi individualistik dan keserakahan. Namun, Harari menegaskan bahwa meskipun manusia cenderung memprioritaskan kepuasan dirinya, ketergantungan pada lingkungan sosial teteplah tidak terelakan. Dimensi sosialitas manusia semakin diperkuat melalui pembentukan jaringan luas, konsensus bersama, dan narasi-narasi fiktif yang diadopsi secara kolektif. Narasi ini menjadi perekat visi bersama, meski rentan dieksploitasi oleh mereka yang ambisius untuk kepentingan diri atau kelompoknya. Harari menyuarakan kekhawatirannya terhadap potensi dominasi kecerdasan buatan yang dapat mengikis hakikat sosialitas manusia. Ketergantungan berlebihan pada AI berisiko mengurangi interaksi antar-manusia dan mengubah relasi sosial menjadi sebuah sosialitas palsu, yakni hanya terbatas pada relasi fungsional dan transaksional. Dalam konteks ini, ia menekankan urgansi redefinisi identitas manusia untuk memastikan eksistensi dan relevansinya di era disrupsi teknologi. Tantangan yang akan dihadapi di masa depan ialah usaha menemukan equilibrium (keseimbangan) antara pemanfaatan kecerdasan buatan dan pelestarian nilai-nilai sosial yang menjadi esensi dari eksistensinya. Dalam menelusuri ulasan dan penjelasan Harari, anggapan skeptis mengenai masa depan umat manusia sangat sering dijumpai. Namun, hal tersebut tidak sepenuhnya dapat diterima. Harari mendasari setiap penjelasannya dengan berpijak pada sejarah umat manusia. Meski terlihat sangat objektif dalam mengulas kisah tersebut, terdapat kecenderungan pada Harari untuk melibatkan argumen sentimental dalam menggagas kesimpulan-kesimpulannya. Harari cenderung mendasari sikap skeptisnya terhadap potensi memudarnya peran manusia di panggung kehidupan, sebagai sebuah bentuk “pemberontakannya” terhadap tatanan. Sebagai contoh, dalam tulisannya, banyak kali ia mengkritik ajaran agama, secara khusus ajaran Kristen. Latar belakangnya sebagai gay dan ateis memvalidasi kecenderungan pandangan-pandangannya, secara khusus dalam melihat segala sesuatau sebagai konstruksi sosial semata.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BF Psychology
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: Agustinus Silvianus Sasmita
Date Deposited: 13 Oct 2025 03:10
Last Modified: 13 Oct 2025 03:10
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/22713

Actions (login required)

View Item View Item