MORUK, Beatus Raynaldi Seran (2021) Keluarga Sebagai Tempat Pertama Pendidikan Ekologis Dalam Terang Ensiklik Laudato Si Artikel 213. Undergraduate thesis, Unika Widya Mandira.
Text
1. Cover Depan.pdf Download (749kB) |
|
Text
BAB I.pdf Download (393kB) |
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (457kB) |
|
Text
BAB III.pdf Restricted to Repository staff only Download (325kB) |
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Repository staff only Download (605kB) |
|
Text
BAB V.pdf Download (198kB) |
Abstract
Keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak-anak. Pada dasarnya Ayah dan Ibu menjadi contoh untuk kehidupan perkembangan anak selanjutnya.Suasana kehidupan dalam keluarga menjadi faktor penentu untuk kehidupan anak-anak di masa yang akan datang. Keluarga mengandung nafas ilahi yang secara tak terlihat telah memampukan kedua manusia, laki-laki dan wanita memilih jalan hidup mereka. Dalam memilih jalan hidup inilah mereka diberikan tanggungjawab untuk melahirkan, membesarkan serta mendidik anak-anak mereka. Sesungguhnya keluarga merupakan ungkapan pertama dan dasariah dari kodrat sosial manusia. Pandangan ini bersifat permanen dan tidak akan berubah sepanjang masa. Berbicara mengenai keluarga, berarti kita merujuk pada lingkungan di mana ada persekutuan cinta antara seorang ayah dan ibu yang membentuk keluarga tersebut. Keluarga yang terbentuk atas dasar cinta itu hidup dalam atau pada lingkungan dari bumi ini atau yang kita kenal dengan lingkungan hidup. Dengan demikian jika kita berbicara tentang keluarga berarti kita juga merujuk pada suatu hubungan khusus yang ada antara alam dan manusia. Hal ini mencegah manusia memandang alam atau lingkungan hidup sebagai sesuatu yang terpisah dari dirinya. Jika hal itu sampai terjadi maka manusia baik kelompok maupun individu, adalah aktor-aktor utama krisis ekologi dewasa ini.Tak dapat disangkal bahwa lingkungan hidup yang sekarang kita tempati,berada dalam keadaan krisis. Kita mencatat begitu banyak alasan kebanggaan, dan kita namakan itu sebagai kemajuan ilmu pengatahuan, teknologi, dan itu sebagai bukti bahwa manusia semakin beradab. Ironisnya, kemajuan itu harus dibayar dengan mengorbankan lingkungan hidup yang manusia tempati. Bahkan dapat dikatakan bahwa, kemajuan itu sekaligus menghantar manusia kepada kehancuran. Ada berbagai macam pencemaran lingkungan hidup atau yang juga dikenal sebagai polusi yang dapat disebutkan di sini: pencemaran udara,pencemaran air,pencemaran tanah, pencemaran laut, dan sampah. Di berbagai belahan dunia, termasuk lebih khusus lagi di Indonesia, kelima jenis pencemaran ini terjadi semakin parah dengan tingkat yang semakin masif. Menanggapi situasi-situasi krisis lingkungan hidup di atas, pada bulan Mei tahun 2015 Paus Fransiskus mengeluarkan sebuah ensiklik dengan nama Laudato Si. Dalam ensiklik itu, Paus menaruh perhatiannya kepada lingkungan hidup kita yang menjerit karena segala kerusakan yang telah kita timpakan kepadanya, karena penggunaan dan penyalahgunaan kita yang tidak bertanggung jawab atas kekayaan yang telah diletakkan Allah di dalamnya. Kita berpikir bahwa kita adalah tuan dan penguasa yang berhak untuk menjarahnya. Pendidikan ekologis adalah sebuah upaya penyadaran akan keberadaan lingkungan hidup sebagai bagian dari ekosistem yang mempengaruhi kehidupan manusia sendiri. Semua orang harus dibiasakan dengan mentalitas semacam itu agar ia sadar bahwa keberadaan dirinya hanya bisa berarti kalau ia sadar bersama dengan ciptaan yang lain.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General) B Philosophy. Psychology. Religion > BF Psychology B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity B Philosophy. Psychology. Religion > BV Practical Theology > BV1460 Religious Education |
Divisions: | Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat |
Depositing User: | S.Kom Sela Mikado |
Date Deposited: | 30 May 2022 03:53 |
Last Modified: | 30 May 2022 03:53 |
URI: | http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/5462 |
Actions (login required)
View Item |