MELBURAN, Marieta Ose (2021) Komunio Trinitaris Menurut Leonardo Boff dan Relevansinya Bagi Penghayatan Hidup Berkomunitas dalam Tarekat SSPS. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira.
Text
ABSTRAK.pdf Download (581kB) |
|
Text
BAB I .pdf Download (471kB) |
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (596kB) |
|
Text
BAB III.pdf Restricted to Repository staff only Download (497kB) |
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Repository staff only Download (685kB) |
|
Text
BAB V .pdf Download (361kB) |
Abstract
Allah Tritunggal sejak awal adalah sebuah persekutuan. Kebenaran ini terdapat dalam kisah penciptaan, Kitab Kejadian (bab 1). Allah (Bapa) menciptakan langit dan bumi; bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya; dan Roh Allah (Roh Kudus) melayang-layang di atas permukaan air; lalu Allah berfirman (Sabda/Putera): “jadilah terang, lalu terang itu jadi”. Dalam kisah ini Allah sudah menunjukkan Diri-Nya sebagai Bapa, Firman/Putera, dan Roh Kudus, yang menjadikan segala sesuatu. Dengan demikian Allah Tritunggal dalam persekutuan-Nya adalah asal dan sumber segala sesuatu yang ada. Pada hari ke-6, Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa-Nya (Kej 1, 26-27). Allah membentuk manusia dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya, sehingga manusia itu hidup (Kej 2, 7). Dan karena sejak awal Allah adalah Esa dan Tritunggal, maka nafas yang dihembuskanNya kepada manusia pertama adalah nafas persekutuan, nafas komunio, nafas komunitas. Dengan demikian manusia sejak awal hidupnya sudah dipenuhi dengan daya hidup berkomunio: berkomunio dengan sesama manusia, dengan ciptaan-ciptaan lain dan dengan Allah. SSpS adalah salah satu tarekat religius missioner yang didirikan St Arnoldus Janssen untuk menyatakan persekutuan cinta Allah Tritunggal kepada semua manusia. Untuk tujuan ini, SSpS dipanggil untuk berakar dalam iman akan Tritunggal Mahakudus dan sekaligus menghidupi persekutuan Trinitaris baik dalam komunitas SSpS maupun dengan semua orang agar Dia semakin dikenal, dicintai, dan dimuliakan oleh segala bangsa. Spiritualitas ini mengalir dari pendiri dalam mottonya, “Semoga Allah Tritunggal hidup dalam hati kita dan dalam hati semua manusia”. Mimpi Pendiri ini diterjemahkan dalam konstitusi Tarekat, “Allah Tritunggal dalam kesatuan-Nya adalah asal, citra serta penyempurnaan setiap komunitas. Dalam xiii pembaptisan kita dipanggil untuk ambil bagian dalam hidup ilahi sebagai anggota umat Allah dan sebagai murid-murid Yesus Kristus. Dan oleh panggilan ke dalam kongregasi, Roh Kudus mempersatukan kita secara baru dengan diriNya dan dengan satu sama lain” (Art. 301). Oleh karena itu, setiap suster SSpS dipanggil untuk hidup dalam persekutuan dengan Allah, dengan sesama dalam komunitas, dengan semua orang dan dengan segala ciptaan. Hidup komunitas hendaknya menjadi tanda kelihatan dari nilai-nilai hidup Allah Tritunggal. Untuk menghayati persekutuan kasih dan menjadi tanda kelihatan dari nilai-nilai hidup Allah Tritunggal bukanlah perkara yang mudah dalam tantangan zaman ini. SSpS yang berjuang mengikuti tuntutan zaman tanpa sadar mulai tergerus dalam semangat individualisme, primordialisme, dan materialism. Semangat ini melahirkan permusuhan, perpecahan, iri hati, dan sebagainya yang meredupkan komunio sebagai ciri persekutuan Trinitaris. Menyadari kenyataan ini, maka persekutuan kasih dalam komunitas harus dikuatkan agar bisa menjadi tanda kehadiran Allah Tritunggal kepada semua manusia sebagai bukti eksisnya SSpS. SSpS perlu mereorientasi pemahaman dan penghayatan akan dasar spiritualitasnya yang bersumber pada komunio cinta Allah Tritunggal. Dengan demikian prioritas Kapitel Umum tentang hidup berkomunitas dalam terang spiritualitas Trinitaris mendapat pemenuhannya. Leonardo Boff, salah satu teolog Teologi Pembebasan menegaskan bahwa Allah Tritunggal dalam persekutuan-Nya bukan hanya merupakan kebenaran iman yang harus diterima tetapi memiliki nilai praktikalnya. Gagasannya yang luar biasa tentang persekutuan Trinitaris ini terdapat dalam konsep perikhoresis di mana setiap Pribadi mengandung kedua Pribadi yang lain, setiap Pribadi meresapi yang lain, yang Satu tinggal di dalam yang lain dan sebaliknya. Meskipun demikian masing-masing Pribadi, dalam kesatuan yang intim tersebut tidak menghapuskan perbedaan dan keunikan setiap Pribadi, malah kesatuan mengandaikan perbedaan. Lewat cinta dan kesalingtergantungan dalam persekutuan, mereka merupakan satu kenyataan, Allah yang xiv Esa, yang adalah cinta. Hakikat cinta ilahi adalah membagi diri, mengkomunikasikan diri, keluar dari diri dan menghadiahkan diri. Allah bukanlah kekuasaan yang tunggal dan menyendiri melainkan cinta yang tak terbatas yang membuka dirinya keluar, mengundang makhluk manusia dan universum untuk menautkan diri dengan persekutuan ilahi. Pemikiran Leonardo Boff ini bisa menjadi inspirasi, model dan sekaligus kritik bagi pengembangan hidup berkomunitas dan berkomunio dalam kongregasi SSpS saat ini.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General) B Philosophy. Psychology. Religion > BD Speculative Philosophy B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity B Philosophy. Psychology. Religion > BT Doctrinal Theology B Philosophy. Psychology. Religion > BV Practical Theology > BV1460 Religious Education |
Divisions: | Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat |
Depositing User: | S.Kom Sela Mikado |
Date Deposited: | 02 Mar 2023 00:01 |
Last Modified: | 02 Mar 2023 00:01 |
URI: | http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/12148 |
Actions (login required)
View Item |