Persekutuan Umat Beriman Sebagai Buah Dari Ekaristi Dalam Terang Ensiklik Ecclesia De Eucharistia Artikel 40

SUNGGA, Makarius (2019) Persekutuan Umat Beriman Sebagai Buah Dari Ekaristi Dalam Terang Ensiklik Ecclesia De Eucharistia Artikel 40. Diploma thesis, Unika Widya Mandira.

[img] Text
1. ABSTRAKSI.pdf

Download (824kB)
[img] Text
2. BAB I.pdf

Download (351kB)
[img] Text
3. BAB II.pdf

Download (380kB)
[img] Text
4. BAB III.pdf

Download (363kB)
[img] Text
5. BAB IV.pdf

Download (403kB)
[img] Text
6. BAB V.pdf

Download (357kB)

Abstract

Panggilan sebagai orang Kristiani adalah sebuah panggilan untuk membentuk persekutuan. Atas dasar iman akan Yesus Kristus yang satu dan sama, persekutuan itu direalisasikan dalam hidup sehari-hari. Dalam Ensiklik Lumen Fidei, Paus Fransiskus dengan sangat jelas mengatakan bahwa iman tidak hanya dihadirkan sebagai suatu perjalanan, namun juga sebagai suatu proses membangun, mempersiapkan tempat di mana umat manusia dapat tinggal bersama satu sama lain. Mereka yang percaya menemukan dirinya sendiri dalam terang iman yang mereka yakini. Kristus adalah cermin di mana mereka menemukan gambar dirinya dinyatakan sepenuhnya. Dan sebagaimana Kristus mengumpulkan dalam diri-Nya semua yang percaya dan menjadikan mereka tubuh-Nya, maka umat Kristiani memandang dirinya sendiri sebagai anggota tubuh tersebut, dalam suatu relasi hakiki dengan semua orang beriman lainnya. Tubuh tersebut menumbuhkan kesatuan vital antara Kristus dengan umat beriman dan antara umat beriman itu sendiri (Rm 12:4-5). Berdasarkan iman yang satu dan sama itu umat Kristiani membentuk persekutuan yang erat. Persekutuan iman itu dinyatakan dalam sikap dan tindakan manusia sebagai umat beriman dengan menerima sakramen yang telah ditetapkan oleh Gereja. Salah satu sakramen yang mempersatukan umat adalah Ekaristi. Ekaristi menjadi tanda persatuan Gereja dan sumber semua karya Gereja. Ekaristi yang adalah pujian syukur atas karya Allah bagi manusia yang berpuncak pada pribadi Yesus Kristus dapat menguduskan manusia, sehingga ekaristi itu amat penting bagi penghayatan iman dalam kehidupan menggereja. Hanya dalam kekuatan ekaristi, umat beriman berhimpun membentuk satu tubuh dalam Kristus (1Kor 10:17). Semua orang percaya kepada Allah, yang beriman kepada Yesus Kristus yang bangkit bersatu dalam satu tubuh, yaitu Gereja, tubuh mistik Kristus. Setiap kali di altar dirayakan korban salib, tempat “Anak Domba Paska kita, yakni Kristus yang telah dikorbankan” (1Kor 5:7), dilaksanakanlah karya penebusan kita. Dengan sakramen roti Ekaristi itu sekaligus dilambangkan dan dilaksanakan kesatuan umat beriman, yang merupakan satu tubuh dalam Kristus (lih 1Kor 10:17). Semua orang dipanggil ke arah persatuan dengan Kristus itu. Dialah terang dunia. Kita berasal daripadaNya, hidup karena-Nya, menuju kepada-Nya. Dalam Ensiklik Ecclesia De Eucharistia, Paus Yohanes Paulus II menjelaskan tentang Ekaristi dan hubungannya dengan Gereja. Tidak hanya itu, Sri Paus juga menjelaskan tentang makna dan kekayaan-kekayaan yang terkandung dalam Ekaristi. Sri Paus merasa prihatin dengan realitas yang terjadi, di mana dayaguna Ekaristi dipersempit hanya sebagai sebuah pewartaan. Bapa Suci mengisahkan tentang kedekatannya dengan Tuhan melalui Ekaristi yang telah dirayakannya di berbagai tempat di dunia ini. Dia telah merasakan begitu berharganya Ekaristi dalam hidup seorang beriman. Maka dalam ensikliknya, dia juga mengulas tentang salah satu dimensi Ekaristi yang seringkali dilupakan, yakni persekutuan. Sri Paus menjelaskan bahwa satu dimensi penting dari Ekaristi adalah mencipta persekutuan dan mengembangkan persekutuan. Hidup saling mengasihi sebagai saudara merupakan dambaan seluruh umat beriman. Demi memupuk ikatan kasih itu, Gereja mengajak umat beriman untuk menghayati salah satu dimensi dari Ekaristi, yakni persekutuan. Kristus telah menyerahkan diri dan hidup-Nya maka umat beriman pun harus menyerahkan diri kepada-Nya lewat cara hidup bersesama. Seperti yang tertulis dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus, Paulus mengarahkan jemaat Korintus untuk memandang Kristus sebagai teladan dalam bersekutu (1 Kor 11: 23-25). Kristus telah merendahkan diri-Nya dan rela berkorban demi mempersatukan kembali umat-Nya dengan diri-Nya dan sesama orang yang percaya. Ia rela memberi diri-Nya sebagai kurban yang sempurna agar relasi manusia dengan Allah yang tadinya terputus karena dosa dapat disatukan kembali. Persekutuan Yesus dengan para murid seperti yang dikatakan oleh Paulus di atas merupakan sebuah ajakan untuk kembali kepada dasar persekutuan itu sendiri. Perjamuan-Nya bersama para murid merupakan sebuah ajaran. Dia menghendaki para murid untuk meneladani tindakan-Nya di kemudian hari. Memang Yesus tidak lagi ada bersama mereka secara fisik, namun kenangan kebersamaan dengan-Nya menjadi patokan pengajaran para murid dan cara hidup mereka. Dengan demikian, buah Ekaristi yang terutama adalah persatuan umat beriman dengan Kristus sendiri, yang menyebabkan seseorang juga bersatu dengan Gereja yang adalah umat Allah, karena Kristus tak terpisahkan dengan Gereja-Nya yang adalah anggota- anggotaNya. Persatuan dengan Kristus ini juga yang memungkinkan seseorang untuk terpisah dari dosa sehingga dia dapat bertumbuh dalam kasih.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity
B Philosophy. Psychology. Religion > BV Practical Theology
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: S.Kom Sela Mikado
Date Deposited: 23 Jan 2020 05:40
Last Modified: 23 Jan 2020 05:40
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/1388

Actions (login required)

View Item View Item