Konsep Emansipasi Intelektual Menurut Jaques Ranciére

ATMAJAYA, Dewa Gede Putra (2023) Konsep Emansipasi Intelektual Menurut Jaques Ranciére. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (1MB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (569kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (968kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (1MB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (1MB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (480kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA DAN SUKET BEBAS PLAGIAT.pdf

Download (722kB)

Abstract

Aspek terpenting dalam memajukan peradaban intelektual manusia adalah Pendidikan. Sebagai proses, pendidikan juga merupakan suatu konstruksi budaya. Melihat hal demikian kita dapat mengetahui bahwa perkembangan pendidikan dari tahun ke tahun mengalami perubahan sistem guna menghasilkan manusia-manusia yang mempunyai daya saing didunia kerja yang semakin kompleks ini. Pendidikan saat ini seperti lembaga pendidikan telah memainkan peran yang signifikan dalam membentuk kultur dalam masyarakat. Lembaga pendidikan seperti sekolah merupakan sarana demi menyiapkan dan melegitimasi bentuk-bentuk dalam kehidupan sosial, dan pengajar (guru) dianggap sebagai pusat pembelajaran dalam kelas yang menjadi sumber dan pemilik otoritas pengetahuan dan kebenaran, karna itu gurupun teridentifikasi menjadi subyek dalam pembelajaran, dan murid merupakan objek. Relasi guru dan murid dalam kegiatan pembelajaran menjadi bersifat vertikal. Pada dasarnya Pendidikan dikonstruksi dengan dasar relasi yang seimbang antara yang tahu dengan yang tidak tahu. Pentingnya bagi guru untuk mentransmisikan pengetahuannya kepada peserta didik agar peserta didik sampai pada pemahaman yang sama dengan pendidik. Rancière menyebut kondisi ini dengan “mitos pedagogis” yang membagi intelegensi manusia menjadi superior dan inferior. Pendidikan dapat dikatakan berhasil ketika peserta didik mampu memahami dengan baik dan kritis pengetahuan yang diberikan, sehingga peserta didik mampu beradaptasi dengan realitas yang ada disekitarnya. Mengenai hal diatas Rancière melihat hal demikian sebagai suatu kecelaruan (kekeliruan) yang ia katakan bahwa semua manusia memiliki intelegensi yang sama (all men are equality intelegence). Karena itu intelegensi seseorang mengartikan intelegensi dirinya sendriri sesuai apa yang mampu dilakukan oleh pikiran seperti proses dan akumulasinya yang hanya dapat x dilihat dari efeknya tapi tidak dapat ia ukur maupun diisolasi mandiri. Karenanya tak pernah ada ukuran intelegensi. Dengan tidak ada yang pintar dan tidak ada yang bodoh karena masingmasing intelegensi bertanggungjawab atas intelegensinya sendiri dalam proses tanpa adanya saling ukur karena demikian tidak ada tolak ukur, sehingga proses transfer ilmu menjadi suatu tindakan dogmatisme pengetahuan lewat otoritas intelektual pada intelegensi individu. Jacques Ranciere, dikenal sebagai intelektual sekaligus filusuf generasi baru Perancis. Ia lahir pada tanggal 10 Juni 1940, di aljir, Aljazair yaitu sebuah negara di afrika utara. Aljazair merupakan bagian sentral dari metropolitan Prancis hasil dari pendudukan Prancis di beberapa daratan Afrika. Ia dikenal sebagai seorang filsuf asal Prancis yang gemar mendalami ilmu politik, estetika, dan juga pendidikan. Dalam beberapa tulisannya Ranciere berangkat dari pertanyaan tentang logika model partikular dari emansipasi. Terkhusus dalam domain pendidikan, kritiknya pada sistem penjelasan (explicative order) ia sebut sebagai mitos pedagogi (pedagogical myth) yang mendominasi praktek-parktek pendidikan dewasa ini. Sedangkan menurut logika ini (explicative order) optimis akan benar-benar menghantarkan pada emansipasi, Ranciere berpendapat bahwa alih-alih membawa emansipasi, logika ini memperkenalkan ketergantungan mendasar dalam relasi dominasi dan partisi intelektualitas. Hal ini karena yang akan dibebaskan (emancipated) masih tergantung pada kebenaran atau pengetahuan yang diungkapkan kepadanya oleh si pembebas (emancipator). Selanjutnya, hasil penelitian ini menunjukan bahwa konsepsi pendidikan Ranciere berupaya menunjukan cara untuk membayangkan praktek pedagogi sebagai bentuk emansipasi intelektual (intellectual emancipation), atau dengan kata lain, sebagai praktik yang memverifikasi kesetaraan kecerdasan manusia. Diwujudkan secara praktis melalui metode pengajaran yang diintrodusir oleh Josep Jacotot dengan nama pengajaran universal (universal teaching). Universal xi Teaching sebagai metode pengajaran yang mengemansipasi guru dan murid, berdiri pada prinsip kesetaraan inteligensi. Peran guru dalam Universal Teaching adalah menjaga perhatian murid pada materi yang dipelajari, dan menaruh kepercayaan pada kemampuan inteligensi murid. Untuk menegaskan kodrat alamiah dari kemanusiaan bahwa: “all men are equally intelligence

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BD Speculative Philosophy
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: Perpustakaan UNWIRA
Date Deposited: 21 Oct 2024 05:44
Last Modified: 21 Oct 2024 05:44
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/17763

Actions (login required)

View Item View Item