Ketaatan Dalam Terang Dekrit Presbyterorum Ordinis Artikel 15 Dan Relevansinya Bagi Pelayanan Imam Dewasa Ini

GOLA, Benyamin M. K. (2018) Ketaatan Dalam Terang Dekrit Presbyterorum Ordinis Artikel 15 Dan Relevansinya Bagi Pelayanan Imam Dewasa Ini. Diploma thesis, Universitas Katolik Widya Mandira.

[img] Text
ABSTRAKSI.pdf

Download (335kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (147kB)
[img] Text
BAB II.pdf

Download (152kB)
[img] Text
BAB III.pdf

Download (212kB)
[img] Text
BAB IV.pdf

Download (221kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (144kB)

Abstract

Di tengah dunia zaman sekarang yang berada dalam suasana ketidakpastian, manusia harus menentukan pilihan atas hidup yang ia jalani. Dari kecil hingga dewasa, manusia akan dihadapkan dengan sebuah pilihan akan hidupnya demi hidupnya kelak. Dalam pilihan yang di hadapkan, manusia dengan kemampuannya harus dengan pertimbangan yang matang memutuskan dan membuat putusan untuk sebuah pilihan yang menjamin masa depannya. Realitas ini pun terjadi bagi seorang imam yang memilih untuk hidup selibat. selibat adalah pilihan bebas bagi para imam yang juga mengandung resiko. Dalam pilihan bebas ini, para imam diharapkan untuk menghayati dan menghidup apa yang telah dipilih. Pilihan ini merupakan pilihan yang penuh dengan cobaan dan tantangan yang adalah akibat dari pilihan bebas mereka sendiri. Akan tetapi ini adalah cita-cita dan panggilan khusus yang mendorong mereka untuk berkorban demi sebuah nilai yang luhur, nilai kerajaan Allah dan juga pelayanan kepada sesama.Realitas seperti ini mengandung berbagai pertanyaan manusiawi. Apakah seorang imam mampu menjaga dan memilihara nilai-nilai luhur yang dipercayakan Gereja dan Kristus? Apakah seoarang imam benar-benar mengabdikan dirinya secara total demi sesama seperti yang telah di lakukan Kristus selama Ia masih hidup di dunia? Apakah seorang imam mampu menyangkal dirinya sendiri untuk sebuah cita-cita yang luhur? Sementara dunia dengan segala kemewahannya menawarkan sejuta kenikmatan, kemegahan, kesenangan harta duniawi, terutama bagi mereka yang mendewakan harta, kekuasaan dan kenikmatan badan. Ini merupakan tantangan berat bagi karya pewartaan dari seorang imam, karena dunia sekarang telah dilumuri oleh mentalitas dan gaya hidup hedonis, materialisme, individualisme serta sekularisme. Olehkarena itu, seorang imam dituntut untuk benar-benar menghayati dan mengidupi nilai-nilai kristiani yang ada untuk tidak terjebak dalam arus globalisasi yang menyesatkan seperti ini. Merupakan Pemberian diri secara total oleh imam, bila ia benar-benar mengabdikan diri untuk Kristus. Pemberian diri secara total dilihat dari berbagai macam sudut yakni salah satunya adalah penyangkalan diri. Penyangkalan diri adalah salah satu ciri khas imamat kristus yang juga lahir pada peristiwa salib. Penyangkalan diri adalah sesuatu hal yang sulit, karena menyangkut ketaatan kepada orang lain dan harus berani mengorbankan kehendak diri sendiri dan melakukan dan melakukan kehendak orang lain. Salib Kristus menunjukkan usaha-Nya untuk mengatasi kesulitan ini dengan bukan melaksanakan kehendak-Nya tetapi kehendak Tritunggal. Imam yang mengambil bagian dalam imamat Kristus sebagai dasar hidup, seharusnya juga mengambil bagian dalam penyangkalan ini di dalam hidupnya baik itu terhadap Bapa, atasannya dan juga kepada umat manusia. Inilah bentuk penyangkalan yang paling sempurna bagi seorang imam, karena berani meninggalkan kasih untuk diri dan kehendak sendiri secara total untuk yang ada di luar dirinya.Pelayanan berarti ketaatan. Dengan ketaatan kepada kehendak Allah seorang imam dapat mengenal hati Allah. Dengan memasuki hati Allah, seorang imam tentu akan membantu orang banyak. Namun sebagai manusia yang berada dalam keterbatasan manusiawi, tentu tidak luput dari kesalahan. Inilah yang menjadi sorotan di dalam Gereja tentang tuntutan-tuntutan yang khas di dalam kehidupan para imam yakni ketaatan. Hal ini menjadi satu tantangan dalam menyikapi ketaatan yakni dengan adanya paham-paham kebebasan yang menceraikan nilai manusiawi yang mendasar itu dari hubungannya yang hakiki dengan kebenaran dan norma-norma moral” (VC 91). Paham kebebasan ini secara mutlak menjunjung tinggi individu tersendiri, dan tidak meluangkan tempat bagi solidaritas, bagi sikap terbuka terhadap sesama dan pelayanan kepada mereka. Pandangan tentang kebebasan itumenimbulkan distorsi yang parah bagi hidup di tengah masyarakat. Sebagai akibat lanjut dari tantangan ini, “dalam kebudayaan zaman sekarang ini nilai subjektivitas dan otonomi perorangan ditekankan, seolah-olah itu instrinsik bagi martabat (dari pribadi seseorang). Kalau nilai yang dalam dirinya positif itu dimutlakkan, dan dituntut di luar konteksnya yang wajar, (maka subjektivitas dan otonomi pribadi itu) mendapat nilai negatif. Sikap inilah yang sedang muncul di kalangan gerejawi, dan dalam hidup imam sendiri, bila karya-kegiatannya dalam pengabdian kepada jemaat dipersempit dalam kungkungan subjektif” (DPHI 61). Dalam pengalaman yang konkret, tantangan terhadap ketaatan muncul lewat ambisi dan keinginan pribadi yang sering tidak sesuai dengan kebijakan atasan, atau adanya sikap apriori terhadap pimpinan, dan adanya dilema antara suara hati dan ketaatan pada pimpinan. Muara dari pelbagai sikap ini kelihatan jelas dalam tidak adanya kesediaan sejumlah imam tertentu untuk diatur, dipindahkan ke tempat tugaslain, atau dialih-tugaskan untuk jabatan tertentu.Kesulitan dalam menghayati ketaatan tidak hanya lahir dari sikap para imam, tetapi datang dari para pemimpin. Kadang-kadang ada kebijakan pemimpin yang diambil bukan selalu demi kepentingan Gereja, melainkan demi interese atau kepentingan tertentu, atau karena sikap apriori terhadap imam tertentu. Atau juga ada pemimpin yang mempercayai saja laporan dari umat atau orang-orang tertentu tanpa menyaring ulang secukupnya tentang situasi imam tertentu. Dengan demikian sikap ketaatan adalah sesuatu yang baru dan jauh dari hadapan Gereja yang adalah pelayan. inilah Realitas yang mengadung berbagai pertanyaan yang sulit di jawab. Karena itu perlu adanya pengetahuan akan makna dan arti dari tuntutan-tuntutan rohani yang khas dalam kehidupan imam terutama akan secara singkat diuraikan dalam dekrit Presbyterorum Ordinisartikel 15. Sebagai jalan tengah dan informasi yang lebih memadai tentang tuntutan ketaatan dari para imam

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > BD Speculative Philosophy
B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity
H Social Sciences > HT Communities. Classes. Races
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: Tefa Frisca Yolanda
Date Deposited: 13 Mar 2020 03:05
Last Modified: 13 Mar 2020 03:05
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/2104

Actions (login required)

View Item View Item