Penyembuhan Bartimeus: Jawaban Kasih Yesus Atas Penderitaan Manusia (Refleksi Eksegetis Atas Teks Markus 10:46-52)

PADANG, Agustinus (2018) Penyembuhan Bartimeus: Jawaban Kasih Yesus Atas Penderitaan Manusia (Refleksi Eksegetis Atas Teks Markus 10:46-52). Diploma thesis, Unika Widya Mandira.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (260kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (41kB)
[img] Text
BAB II.pdf

Download (131kB)
[img] Text
BAB III.pdf

Download (128kB)
[img] Text
BAB IV.pdf

Download (49kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (37kB)

Abstract

Hidup Yesus sendiri seluruhnya dikuasai oleh pengalaman akan Allah sebagai Bapa (Luk 11:2; 12:22,30,31), Bapa yang rahim, berbelas kasih, murah hati dan berbelarasa. Sikap dan pilihan dasar Yesus itu ditentukan oleh pengalaman akan Allah. Pengalaman Yesus akan Allah sebagai Bapa mendorong-Nya untuk berbelarasa dan berbelas kasih terhadap orang-orang yang menderita. Melihat orang-orang yang terlantar seperti domba yang tidak bergembala hati-Nya tergerak oleh belas kasihan (Mat 9:36), melihat orang banyak yang menderita sakit, hati-Nya tergerak oleh belas kasihan (Mat 14:14), melihat seorang janda di Nain hati-Nya tergerak dan berkata “jangan menangis” (Luk 7:13). Demikian Ia berbelas kasih dengan orang kusta (Mrk 1:41), orang buta (Mat 20:34) dan orang yang tidak mempunyai apa pun untuk dimakan (Mrk 8:2). Hubungan khas antara Yesus dan Allah ini menjadi dasar dan warna seluruh isi Kerajaan Allah yang diwartakan Yesus. Allah yang datang menegakkan pemerintahan-Nya di atas bumi adalah Yesus Kristus, kedatangan-Nya bukan untuk menghakimi tetapi justru pertama-tama untuk menyelamatkan manusia. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab, Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakim dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia” (Yoh 3:16-17). Itulah sebabnya Allah yang ditampilkan Yesus adalah Allah yang penuh belas kasih dan mura hati. Allah yang berbelas kasih ini bukan hanya diwartakan oleh Yesus lewat kata-kata, tetapi juga ditunjukkan melalui hidup Yesus sendiri. Ia bergaul dan peduli terhadap orang-orang yang menderita karena kemiskinan, sakit dan berdosa. Orang-orang miskin dan berdosa, dengan beban hidup lahir maupun batin yang mereka alami, adalah kelompok orang yang paling rawan terhadap penderitaan. Dalam pandangan umum penderitaan adalah hukuman dari Allah atas dosa-dosa mereka sendiri atau bahkan dosa-dosa nenek moyang mereka (bdk. Yoh 9:2; Luk 13:2,4), dengan demikian rasanya semua jalan untuk keluar dan mengalami kebebasan dari beban-beban hidup sama sekali tertutup. Yang disebut orang-orang miskin adalah para pengemis yang tidak mungkin memperoleh pekerjaan karena sakit atau cacat (buta, lumpuh, bisu dan tuli) masih ada janda dan yatim piatu yang tidak mempunyai saudara untuk menjamin hidup mereka. Pemahaman tentang manusia yang menderita pada zaman Yesus ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor ekonomi, agama/religi dan budaya. Kaum yang menderita ini mencakup orangorang yang miskin, orang-orang cacat (buta dan lumpuh), orang-orang sakit, kaum tertindas, orangorang yang dikucilkan atau disingkirkan masyarakatnya dan orang-orang berdosa. Yesus dalam satu dan lain kesempatan pernah berinteraksi dengan orang-orang dari masing-masing kategori manusia yang menderita dan tak berdaya (Mrk 12:41-44; Luk 16:19-13; 18:9-4; 19:1-10; Yoh 8:1-11). Alkitab mengisahkan bahwa Allah membela perkara manusia yang menderita yaitu kaum miskin dan tertindas serta berpihak dengan mereka (Ul 24:17-18; Mzm 82:1-4; Yer 5:26-29; Yes 3:13-17; Yeh 34:1-24).1 Yesus tidak ikut-ikutan menuding orang-orang yang menderita sebagai orang-orang yang dihukum Allah. Sebaliknya, Ia mewartakan kerahiman Allah, Allah yang berkuasa, yang turun tangan akan menyatakan diri kepada orang-orang yang malang dan menderita karena miskin, lapar dan menangis (bdk. Luk 6:20-23). Kerajaan-Nya adalah kerajaan damai sejahtera (bdk. Yes 2:4; 9:6; 7. Yvon Ambroise, R. G. I. Lobo, Transformasi Sosial Gaya Yesus, (Maumere: LPBAJ, 2000), hlm. 77. 26:3) dan berarti pembebasan menyeluruh dari penindasan kuasa kejahatan (Luk 10:18). Hidup Yesus seluruhnya dikuasai oleh pengalaman akan Allah sebagai Bapa yang maha Rahim, berbelas kasih, murah hati dan berbelarasa. Pengalaman-Nya akan Allah sebagai Bapa mendorong-Nya untuk berbelarasa dengan orang-orang yang menderita, miskin dan malang. Kerahiman Bapa yang Ia alami, Ia nyatakan dalam kasih dan belarasa-Nya terhadap orang-orang yang menderita ini. Bartimeus yang dikisahkan oleh penginjil Markus (10:46-52) adalah gambaran manusia yang menderita, Bartimeus menderita bukan karena dosa dan kejahatan tetapi karena kekurangan fisik atau cacat yaitu karena kebutaan yang ia alami maka ia menderita. Penderitaan yang dialami oleh Bartimeus pengemis buta merupakan penderitaan keterasingan dari sesamanya dan ketiadaan pegangan hidup, hidup dari belas kasih orang lain. Bartimeus adalah pribadi yang mewakili manusia yang menderita dan tanpa harapan, meskipun demikian Bartimeus bukanlah tipe orang menderita yang malas yang tidak mau bangkit dari penderitaan yang dialami tetapi justru Bartimeus adalah tipe manusia yang berkemaun keras dan penuh keyakinan sehingga ia terbebas dari penderitaan yang dialami. Kisah penyembuhan Bartimeus pengemis buta yang terjadi di pinggir jalan Yerikho, menampilkan seseorang yang menyambut Mesias dengan kepercayaan dan iman yang istimewa. Dari awal, iman dan kepercayaan Bartimeus kentara dalam seruannya meminta belas kasihan kepada Yesus (Mrk 10:47) yang diimaninya sebagai anak Daud, Mesias. Meskipun dihalangi oleh orang banyak yang mengikuti Yesus, iman dan kepercayaan Bartimeus diuji dan bertambah kuat dalam keberanian seruan kedua (Mrk 10:48). Kemantapan iman Bartimeus tampak lagi dalam kerelaannya melepaskan jubahnya untuk segera menjawab panggilan Yesus (Mrk 10:49).2 Penyembuhan yang dialami oleh Bartimeus seorang pengemis buta semata-mata terjadi berkat Yesus yang berbelas kasih dan iman serta kepercayaan yang kuat yang dimiliki oleh Bartimeus. Penyembuhan itu merupakan hasil dari tanggapan Yesus yang berbelas kasih terhadap iman Bartimeus, yang ditunjukkan oleh kegigihanya untuk terus memohon belas kasihan dari Yesus “Yesus Anak Daud kasiahanilah aku”. Iman yang dimiliki Bartimeus, mengantar ia mengalami penyembuhan secara menyeluruh dalam dirinya, iman Bartimeus mencakup tindakan penuh kepercayaan bahwa Yesus yang diimaninya sebagai Anak Daud, Mesias akan mengabulkan permohonannya. Unsur iman dan keinginan yang mendalam Bartimeus membuat Yesus bertindak menyembuhkannya. Penyembuhan yang dibuat oleh Yesus yang dikisahkan dalam Injil-Injil selalu menggambarkan relasi timbal balik antara iman dan kasih.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity
B Philosophy. Psychology. Religion > BS The Bible
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: Osa Yumida
Date Deposited: 10 Mar 2020 05:33
Last Modified: 10 Mar 2020 05:33
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/2119

Actions (login required)

View Item View Item