Ujaran Kebencian Dalam Pandangan Moral Kristiani Dan Relevansinya Bagi Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara

SAKENG, Markus Rainaldo (2018) Ujaran Kebencian Dalam Pandangan Moral Kristiani Dan Relevansinya Bagi Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara. Diploma thesis, Universitas Katolik Widya Mandira.

[img] Text
ABSTRAKSI.pdf

Download (431kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (108kB)
[img] Text
BAB II.pdf

Download (129kB)
[img] Text
BAB III.pdf

Download (152kB)
[img] Text
BAB IV.pdf

Download (127kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (151kB)

Abstract

Konflik utama yang memicu terjadinya kehancuran dalam tatanan masyarakat sosial adalah sikap iri hati, benci dan dendam berkepanjangan. Cinta kasih, kedamaian dan keadilan sebagai kebaikan antar sesama manusia seakan dimusnahkan begitu saja. Kehidupan manusia bukan lagi sebagai mahkluk yang diciptakan berdampingan dan hidup dalam kedamaian, melainkan melihat sesama sebagai musuh. Pluralitas suku, agama dan ras sebagai kekayaan bangsa terkadang bisa menjadi wadah, namun juga dapat memunculkan konflik. Sesungguhnya setiap agama mengandung ajaran suci, jalan damai, kemuliaan dan penghargaan tertinggi bagi kemanusiaan. Namun kaum fundamentalis yang mengatasnamakan Allah menyingkirkan sesama ciptaanNya. Nilai dan norma sering kali dijungkirbalikkan demi memperoleh kuasa, jabatan ataupun harta kekayaan. Kondisi kemajemukan atau pluralitas merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam hidup berbangsa bernegara. Indonesia sebagai negara kepulauan, memang sejak awal sudah menjadi negara-bangsa yang terdiri dari multi ras, multi etnis, multi agama dan multi budaya. Heterogenitas sebagai fakta sejarah telah berlangsung selama ratusan tahun lamanya. Keberagaman, terutama yang bercirikan primordialistik mempunyai wajah ganda. Hakikat ujaran kebencian sebenarnya merujuk pada persolan moralitas dalam masyarakat yakni memiliki dampak yang dapat merendahkan martabat manusia. Konteks yang melatarbelakangi hal ini merupakan suatu persoalan sosial di tengah keanekaragaman budaya, suku, ras dan agama. Paham fundamentalisme yang bertendensi radikal dari setiap kelompok menjadi ancaman yang membahayakan. Ujaran kebencian atau menebar kebencian secara lisan merupakan ungkapan yang dilakukan secara verbal, atau tanpa media perantara. Tindakan ini dilakukan secara langsung dengan mengatakan sesuatu hal yang bernada provokatif serta menista sebuah agama atau pun kelompok tertentu. Contoh ujaran kebencian yang dilakukan secara lisan adalah sebagai berikut: demonstrasi, orasi dan lain sebagainya. Peranan media sosial khususnya media elektonik era kini mempunyai dampak beragam, baik yang positif maupun negatif. Melalui media elektronik sangat terbuka peluang untuk menebar kebencian terhadap kelompok tertentu. Ujaran kebencian ditujukan dengan maksud menghasut dan menyulut kebencian terhadap individu dan atau kelompok tertentu seperti suku, agama, aliran kepercayaan, keyakinan, ras, golongan, warna kulit, etnis, gender, kaum difabel dan orientasi seksual. Pada dasarnya, iman kepada Kristus dapat ditegaskan sebagai tawaran menuju persekutuan universal atau persekutuan dalam Allah. Iman kristiani secara khas dipahami sebagai sebuah tawaran dari Allah, sehingga manusia berperan untuk menanggapinya. Dengan alasan tersebut maka tawaran ini manusia diberi kehendak yang bebas untuk menanggapinya tanpa ada unsur pemaksaan. Dari kehendak bebas itu manusia mendapat akibat yakni kehendak buruk. Kehendak yang muncul dari kekurangannya kehendak baik. Salah satu kesan buruk dari hakikat peranan agama di Indonesia ialah adanya paham fundamentalisme yang kerap kali menjadi ancaman. Merawat kebhinekaan berarti memelihara nilai-nilai solidaritas di tengah kemajemukan. Hal termaktub di atas menjadi diskursus serius demi menjaga asas keutuhan nasinonalisme di negara ini. Membangun solidaritas di tengah kemajemukan menjadi hal yang sangat sulit dilakukan. Di samping itu pula hal lain yang muncul yakni adanya bahaya radikalisme. Paham radikalisme mensinyalir bahwa akan selalu ada kepentingan politik tertentu yang merugikan banyak pihak sehingga gerakan radikalisme ini sesungguhnya merupakan jebakan yang bisa memicu konflik horisontal. Pluralisme adalah pengakuan dan jaminan terhadap pluralitas/keanekaan dalam hal etnik, budaya dan agama yang khas bagi bangsa Indonesia dari Sabang sampai Marauke. Pluralisme sekarang digrogoti oleh pihak-pihak radikal keras yang mau memaksakan pandangan mereka tentang bagaimana manusia harus hidup kepada masyarakat. Pluralisme juga berarti bahwa kehidupan bangsa harus ditata secara inklusif. Artinya: tidak boleh ada_di tingkat nasional, regional dan lokal_peraturan-peraturan yang berdasar satu agama saja. Politik identitas yang bercorak negatif, memberikan indikasi bahwa adanya diskriminasi antar kelompok satu dengan yang lainnya, misalnya dominasi mayoritas atas minoritas. Dominasi seperti ini lahir dari perjuangan kelompok tertentu, dan lebih berbahaya apabila dilegitimasi oleh negera. Kemudian, perkembangan media dan teknologi komunikasi yang demikian pesat, memungkinkan segala sesuatu dapat disebarluaskan, diinformasikan, dan dikonsumsi dalam dimensi ruang dan waktu yang seolah mengerut. Media berperan besar dalam menciptakan kebutuhan palsu, serta sikap pasif yang terhanyut dalam konsumerisme. Situasi perpolitikan Indonesia semakin diperkeruh oleh banyak pihak yang secara sadar mengesampingkan kepentingan umum dan lebih fokus kepada usaha melanggengkan tujuan privatnya Maka dibutuhkan Solidaritas dan perdamaian dalam suatu negara akan tampak apabila warga masyarakatnya menyadari dengan sungguh akan hakikat kehidupan dan cinta kasih. Namun akan lebih baik jika menunjukan rasa solidaritas itu mulai dari lingkup terkecil seperti dari dalam diri dan keluarga. Hidup rukun menjadi dambaan semua umat manusia yang hidup di pelataran bumi ini karena kerukunan memiliki nilai yang tertinggi dalam masyarakat sosial.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity
B Philosophy. Psychology. Religion > BV Practical Theology > BV1460 Religious Education
H Social Sciences > HE Transportation and Communications
H Social Sciences > HN Social history and conditions. Social problems. Social reform
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: Tefa Frisca Yolanda
Date Deposited: 12 Mar 2020 05:05
Last Modified: 12 Mar 2020 05:05
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/2152

Actions (login required)

View Item View Item