Konsep Kebebasan Manusia Dalam Terang Pemikiran Jean-Paul Sartre Dan Relevansinya Terhadap Human Trafficking

DOS SANTOS, Francisco Maria (2025) Konsep Kebebasan Manusia Dalam Terang Pemikiran Jean-Paul Sartre Dan Relevansinya Terhadap Human Trafficking. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (1MB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (345kB)
[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (1MB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (383kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (645kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (440kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (279kB)
[img] Text
DAFTAR PUSTAKA DAN SURAT BEBAS PLAGIAT.pdf

Download (404kB)

Abstract

Human trafficking di NTT bukan kasus sederhana. Sejak tahun 2014 kementerian ketenagakerjaan sudah memberi informasi atau membunyikan lonceng kedaduratan kasus perdagangan orang di NTT. Selama tahun 2014-2018, terdapat 407 PMI NTT meningggal dunia. Selama tahun 2019 per Mei saja sudah 49 PMI asal NTT kehilangan nyawa. Perspektif korban biasanya dipahami sebagai pendekatan berbasis kebutuhan korban atau korban-sentris. Pendekatan ini merupakan advokasi yang didasarkan pada kehendak dan kepentingan korban. Ringkasnya, pendekatan ini bisa beroperasi kalau korban sendiri sadar dan mau dibantu. Perang penggarang di dalam situasi seperti ini adalah mengemukakan kepada pembaca tentang dunia agar mereka bisa bebas mencipta sejarah dunia dalam setiap pribadi. Human trafficking merupakan fenomena kompleks yang sulit untuk dideteksi simpton-simptonnya karena bersifat polikausal. Silvia Scarpa (2008:12-16) pernah mengulas banyak biang keladi dari penyakit sosial ini seperti hukum ekonomi pasar, kemiskinan, kelemahan pendidikan SDM yang sangat rendah, ketidaksetaraan gender, globalisasi pasar dan tenaga kerja modernisasi sistem travelling, tradisi dan budaya lokal, dan bahkan tradisi religius M. A. Clark juga membuktikan bahwa masalah perdagangan orang disebabkan oleh kombinasi faktor sosial ekonomi dan politik. Kebebasan manusia sebagai subyek yang bereksistensi terletak pada kesadran yang langsung dan subyektif, yang tidak dapat dimuat dalam sistem atau dalam abstraksi. Di mana pengetahuan itu hanya diketahui oleh subjek yang mengetahui. Kebenaran pengetahuan adalah hanya ada dalam pengalaman subyektif dan impersonalitas. Manusia selalu mempunyai kemungkinan untuk mengatakan tidak. Esensi adalah yang menjadikan benda itu seperti apa adanya, atau suatu yang dimiliki secara umum oleh bermacam-macam benda. Yang pertama adalah esensi baru kemudian muncul eksistensi. Asumsi ini ditolak oleh kaum eksistensialis, utamanya Sartre yang justru mengatakan bahwa ‘ eksistensi sebelum esensi’ atau eksistensi mendahului esensi.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Human Trafficking, Kebebasan, Konflik
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity
H Social Sciences > HX Socialism. Communism. Anarchism
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: Francisco Maria Dos Santos
Date Deposited: 29 Sep 2025 03:43
Last Modified: 29 Sep 2025 03:43
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/21645

Actions (login required)

View Item View Item