SANGPURNAMA, Yohanes (2025) Konflik Geothermal Wae Sano dalam Perspektif Axelhonneth Mengenai Politik Pengakuan. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.
|
Text
ABSTRAK.pdf Download (1MB) |
|
|
Text
BAB I.pdf Download (220kB) |
|
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (203kB) |
|
|
Text
BAB III.pdf Restricted to Repository staff only Download (245kB) |
|
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Repository staff only Download (362kB) |
|
|
Text
BAB V.pdf Download (158kB) |
|
|
Text
DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (845kB) |
Abstract
Abstraksi Isu pembangunan proyek geothermal merupakan salah satu topik hangat yang sedang dibicarakan di berbagai media-media lokal NTT, akhir-akhir ini, setelah adanya keputusan gubernur NTT, untuk menghentikan sementara semua proyek geothermal di NTT. Adanya polemik antara penolakan dan dukungan masyarakat membuat proyek ini diberhentikan sementara. Penolakan yang dilakukan pihak masyarakat karena mereka merasa bahwa mereka adalah korban dari proyek pembangunan pemerintah yang tidak mempertimbangkan hak-hak masyarakat lokal atas tanah, alam, adat, dll. Namun bagi masyarakat yang mendukung proyek ini melihat bahwa, pembagunan membutuhkan pengorbanan dan dalam proyek ini, pemerintah telah mengakajinya secara matang. Hal diatas tentunya juga dialami oleh masyarakat Wae Sano, Kec. Sano Nggoang, Kab. Manggarai Barat, NTT. Seperti yang telah direncanakan oleh pemerintah kabupaten Manggarai Barat bersama PT. Geo Dipa Energi Tambang Bumi Geothermal atau PT. SMI/GeoDipa, bahwa wilayah Wae Sano memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan kawasan pusat pembangkit listrik energi panas bumi. Hal ini tentunya mendapat pro dan kontra dari masyarakat. PEMDA Manggarai Barat menyebut sebagian besar masyarakat telah menyetujui proyek tersebut, namun hal itu di tepis oleh pihak masyarakat, bahkan mereka menyebut bahwa dalam proyek ini mereka hanyalah korban pariwisata super premium Labuan Bajo. Berdasarkan fakta diatas, penelitian ini beranggapan bahwa kasus tersebut berakar pada hilangnya pengakuan pemerintah atas hak-hak dan eksistensi masyarakat lokal Wae Sano dan juga adanya misrecognition antar masyarakat terutama mereka yang menolak dan mendukung proyek ini. Maka dalam penelitian ini, penulis akan menyoroti kasus ini dari perspektif Axel Honneth menngenai politik pengakuan yang mencakup cinta, hak, dan solidaritas. Honneth melihat bahwa ketika pengakuan tidak diberikan secara utuh, maka identitas, rasa hormat, dan harga diri masyarakat pun terancam. Penelitian ini menekankan bahwa kebijakan pembangunan harus disasarkan pada pengakuan menyeluruh terhadap hak dan eksistensi masyarakat agar proyek dapat berjalan tanpa adanya pihak lain yang menjadi korban.
| Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
|---|---|
| Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General) B Philosophy. Psychology. Religion > BD Speculative Philosophy |
| Divisions: | Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat |
| Depositing User: | Yohanes Sangpurnama |
| Date Deposited: | 03 Oct 2025 07:11 |
| Last Modified: | 03 Oct 2025 07:11 |
| URI: | http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/21686 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |
