PANGOR, Leonsius Medardus (2025) Eksistensi Perkawinan Adat "Tungku Cu" Masyarakat Adat Tangga, Watu Rambung, Kecamatan Lembor Selatan, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Undergraduate thesis, Universitas Katholik Widya Mandira Kupang.
|
Text
ABSTRAK.pdf Download (956kB) |
|
|
Text
BAB I.pdf Download (579kB) |
|
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (458kB) |
|
|
Text
BAB III.pdf Restricted to Repository staff only Download (568kB) |
|
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Repository staff only Download (842kB) |
|
|
Text
BAB V.pdf Download (231kB) |
|
|
Text
DAFTAR PUSTAKA DAN SURAT KETERANGAN BEBAS PELAGIAT.pdf Download (443kB) |
Abstract
Eksistensi perkawinan adat “Tungku Cu” di masyarakat Kampung Tangga, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, sebuah ritual sentral yang secara historis berfungsi sebagai fondasi penguat ikatan kekerabatan dan menjaga warisan leluhur. Perkawinan “Tungku Cu” merupakan penyatuan antara anak perempuan dari saudara laki-laki (anak wina) dan anak laki-laki dari saudara perempuan (anak rona), yang diyakini masyarakat Manggarai sebagai “wae teku tedeng” (hubungan yang mengalir abadi), menjaga keutuhan garis biologis, melestarikan harta pusaka, serta memperkuat roh nenek Moyang. Namun, praktik ini kini mengalami perubahan dinamis dan melenceng dari fungsi aslinya, sering kali dimotivasi oleh penyelamatan harta warisan ketimbang kemauan Individu. Penelitian ini bertujuan menganalisis bagaimana eksistensi perkawinan “Tungku Cu” di Kampung Tangga berubah seiring waktu, memberikan manfaat teoritis bagi studi hukum adat, serta manfaat praktis bagi masyarakat adat Tangga, pemerintah daerah Kabupaten Manggarai Barat, dan peneliti lanjutan. Metode Penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian hukum empiris dengan pendekatan sosiologis untuk menganalisis eksistensi perkawinan adat Tungku Cu di Kampung Tangga, Manggarai Barat. Data Primer melalui wawancara dengan toko adat, tetua adat kampung Tangga dan pelaku Tungku Cu, didukung data Skunder dari Studi Dokumen, fokus penelitian meliputi serta fungsi sosial budaya dan tantangan pelestarian Tungku Cu. Observasi juga digunakan sebagai teknik pengumpulan data. Data diolah melalui editing dan coding, kemudian dianalisis secara deskriptif untuk memaparkan fenomena ini. Hasil penelitian, melalui pendekatan sosiologis, di kampung Tangga, Manggarai, keberadaan perkawinan adat Tungku Cu merupakan praktik yang unik dan mengakar kuat. Sementara itu, kultur hukum menyoroti nilai-nilai yang mengakar kuat, seperti pentingnya pelestarian garis keturunan, harta warisan adat, dan penghormatan terhadap leluhur. Para toko adat juga berperan penting sebagai penjaga norma, mediator, dan pemersatu komunitas. Meskipun menghadapi tantangan dari modernisasi dan pergeseran nilai, Tungku Cu tetap eksis dan memiliki makna mendalam bagi masyarakat kampung Tangga. Praktik ini berfungsi sebagai penguatan ikatan kekerabatan, pelestarian garis keturunan dan harta, martabat keluarga, serta mendamaikan perselisihan dengan konsep anak rona dan anak wina yang menunjukan relevansi dan ketahannya dalam tatanan sosial budaya masyarakat setempat. Namun, eksistensinya kini mulai memudar karena larangan agama dan hukum negara, serta pergeseran nilai dari generasi muda. Meskipun demikian, praktik ini masih dijalankan oleh sebagian kecil masyarakat adat Tangga, kadang di dasari pemaksaan demi menjaga hubungan kekeluargaan dan harta, dan menunjukan dinamika adaptasi ditengah modernisasi. Kesimpulan Perkawinan Tungku Cu terjadi karena dijodohkan oleh orang tua dari pihak laki laki dan perempuan, demi tetap mempertahankan garis keturunan, agar harta warisan dari orang tua/keluarga tidak terpecah ke garis keturunan lain, untuk menjaga kelestarian budaya Manggarai karena Tungku Cu merupakan budaya Manggarai itu sendiri. Perkawinan Tungku Cu tetap bisa dilangsungkan, karena pada umumnya pasangan yang melakukan perkawinan Tungku Cu sudah mempunyai anak sebelum melangsungkan pekawina yang sah. Pihak gereja tentunya tidak ingin anak yang dilahirkan dari perkawinan sedarah tersebut menjadi anak yang tidak sah karena kedua orang tuanya belum menikah secara sah menurut aturan gereja. Saran yang diajukan oleh peneliti yaitu perlunya Penguatan edukasi hukum dan agama untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang budaya perkawinan sedarah dari perspektif hukum dan agama. Pemerintah bersama dengan institusi dapat mengadakan program edukasi yang menjelaskan resiko kesehatan, moral dan sosial dari perkawinan sedarah. Masyarakat lebih memahami bahwa perkawinan pitti ana tuya sebenarnya di larang oleh agama dan hukum positif di Indonesia dan dampaknya bagi kehidupan keluarga mereka .
| Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
|---|---|
| Uncontrolled Keywords: | Eksistensi, Perkawinan adat, Tungku Cu, Masyarakat adat Tangga |
| Subjects: | G Geography. Anthropology. Recreation > GT Manners and customs H Social Sciences > H Social Sciences (General) H Social Sciences > HD Industries. Land use. Labor > HD28 Management. Industrial Management |
| Divisions: | Fakultas Hukum |
| Depositing User: | LEONSIUS MEDARDUS PANGOR |
| Date Deposited: | 18 Sep 2025 06:28 |
| Last Modified: | 18 Sep 2025 06:28 |
| URI: | http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/22017 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |
