Politik Tanpa Moralitas Menurut Niccolo Machiavelli

JELAHUT, Felisianus Efrem (2018) Politik Tanpa Moralitas Menurut Niccolo Machiavelli. Diploma thesis, Unika Widya Mandira.

[img] Text
abstrak.pdf

Download (464kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (200kB)
[img] Text
BAB II.pdf

Download (304kB)
[img] Text
BAB III.pdf

Download (377kB)
[img] Text
BAB IV.pdf

Download (176kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (362kB)

Abstract

Niccolo Machiavelli adalah seorang filsuf abad modern yang cukup dikenal dalam ilmu politik termasuk filsafat politik. Machiavelli hidup pada zaman Renaisans yakni masa kelahiran kembali kebudayaan Yunani dan Romawi kuno yang pada awalnya, dikubur oleh masyarakat abad pertengahan di bawah pimpinan gereja. Sebagai seorang yang terlibat penting dalam perpolitikan pada masanya, ia menjalin kerjasama dengan seorang bangsawan ambisius dan gila kuasa yang bernama Cesare Borgia. Machiavelli berhasil mempelajari segalanya tentang Cesare dengan menjadi pengamat pribadinya, ketika tokoh ini ingin menaklukkan Italia yang dikuasai Paus Julius II pada masa itu. Machiavelli hidup di dalam era yang penuh pergolakan dalam politik di Italia. Perpecahan golongan yang terjadi dalam kota-kota dan kesulitan serta kecemburuan di antara kota-kota tersebut menyebabkan timbulnya perang, merebaknya kekerasan dan penghianatan dalam jabatan public serta konspirasi hingga pembunuhan. Moralitas dalam ruang politik menjadi bidang yang paling rendah, karena individu dan Negara bersaing meraih kekuasaan. Sementara kejadian di dalam negeri ini tengaht erjadi, terdapat juga banyak persoalan dalam berhubungan dengan Negaranegara asing. Karena tidak berdaya di hadapan negara-negara besar, Negara kecil seperti Italia menggunakan cara lain untuk membalikkan kartu nasibnya. Dengan 15 menggunakan cara-cara yang menyimpang seperti perbuatan amoral, mereka menjadi ahli menggunakan tipu daya dalam diplomasi sambil berusaha untuk menjatuhkan beberapa Negara kota lainnya yang dianggap sebagai saingan. Machiavelli pada saat itu memiliki kesempatan untuk mengamati semuanya secara langsung bahkan gurunya Borgia, tidak ambil pusing dengan pembunuhan terhadap saudara-saudari iparnya ketika hal itu dilakukan demi kepentingannya. Atas latarbelakang yang penuh dengan permasalahan dan kekerasan inilah Machiavelli membangun filsafat politiknya. Konsep pemikiran Machiavelli merupakan metodologi yang benar-benar baru dalam studi politik. Perubahan ini bukan terletak pada orientasinya akan analisis perilaku politik nyata karena pada abad-abad sebelumnya Aristoteles sudah mengumpulkan data faktual sebagai persyaratan bagi formulasi politik. Sebaliknya ia berupaya untuk memisahkan konteks etika secara total dari realitas politik. Sebelum Machiavelli, pemikiran politik spekulatif mempunyai satu problem sentral yakni tujuan Negara. Machiavelli mengabaikan masalah tujuan etis. Ia mempelajari proses politik semata-mata demi tujuan menentukan kelayakan dari praktik-praktik dan perangkat institusional dari kekuasaan politik yang stabil. Ia tidak peduli dengan moralitas dan imoralitas aksi-aksi politik yang menyimpang dari tujuan moral manusia. Ia berpendapat bahwa persoalan mengenai segala cara untuk mendapatkan sesuatu termasuk kemenangan atau kekuasaan, seharusnya dikaji dengan cara-cara ilmiah tanpa memasukan kebaikan atau keburukan tujuan dan pencapaiannya. 16 Politik Tanpa Moralitas Menurut Niccolo Machiavelli Filsafat politik Machiavelli bertolak dari desakan keadaan dan tuntutan situasi chaos, sehingga menimbulkan kemungkinan besar suatu ketidakstabilan kekuasaan. Maka tujuan utama berpolitik adalah mengamankan kekuasaan yang ada pada tangan seorang penguasa. Persoalan kekuasaan yang diutamakan bukan soal legitimasi moral, tetapi bagaimana kekuasaan yang tidak stabil itu menjadi stabil dan lestari sehingga Machiavelli secara tegas membuat pemisahan antara politik dan moralitas. Menurutnya, politik dan moralitas merupakan dua bidang yang terpisah. Dalam urusan politik, tidak ada tempat untuk membicarakan masalah moral. Pemisahan tegas antara prinsip moral, etika dan prinsip ketatanegaraan didasarkan pada perbedaan antara ketiganya . Moral dan tata susila merupakan suatu kemungkinan yang diharapkan, sedangkan ketatanegaraan adalah kenyataan yang dialami dalam kehidupan sehari-hari. Suatu kenyataan harus dibedakan dari kemungkinan yang diharapkan. Karena itu bidang politik tidak perlu memperhatikan hal yang berbau moralitas, karena tujuan politik jauh lebih nyata dari tujuan moral. Machiavelli menegaskan bahwa jika ingin mempertahankan kesatuan-kesatuan dan kedamaian maka Negara harus mengejar tujuan nyatanya. Dalam pandangan Machiavelli tentang politik masa kini, dikatakan bahwa kepentingan seorang penguasa dalam hal ini pemerintah ialah memperoleh, mempertahankan dan memperluas wilayah kekuasaan politiknya. Apabila 17 kepentingan ini menjadi tujuan mutlak dari Machiavelli, maka moralitas tidak lagi dibutuhkan karena kepentingan politik yang ingin dicapai oleh Machiavelli pastilah akan tersendat, atau bahkan tertunda apabila moralitas didahulukan. Sebagai seorang realis, tentu Machiavelli tidak mengharapkan agar tujuan-tujuan yang ingin dicapai untuk kepentingan sebuah Negara, tertunda hanya karena alasan moral yang bahkan tidak nyata baginya. Politik harus dipisahkan dari moral karena walaupun keduanya diperlukan, tetap saja moral adalah yang abstrak dan hanya akan menghalangi jalan menuju kepenuhan politik yang nyata. Di sisi lain, perlakuan bermoral yang diberikan oleh pemerintah (penguasa) terhadap rakyat juga dianjurkan oleh Machiavelli. “Perlakuan bermoral” di sini ada dalam kerangka berpikir untuk mencapai tujuan si penguasa seperti mendapat simpatisan, perhatian,cinta kasih dan kepercayaan untuk terus menjadi seorang pemimpin, padahal semua itu dikelompokkan dalam sebuah ranah yang berbau politik dan moral yang bertugas mengejar kepentingan pribadi itu. Sangat membingungkan apabila kita dipaksakan untuk melihat ke kanan sekaligus ke kiri karena pemikiran Machiavelli memaksakan untuk tidak mementingkan moralitas namun tindakan bermoral itu dibutuhkan untuk tujuan yang bahkan sama dengan tujuannya dalam menanggalkan moralitas demi kepentingan politik. Menurut Machiavelli, politik adalah tentang legitimasi kekuasaan, dalam hal ini negara, dan juga harus terlepas dari moralitas bercermin pada situasi negara yang membutuhkan tindakan tersebut. Negara adalah sisi nyata dari perpolitikan, dengan 18 demikian maka untuk mempertahankan negara, hal-hal yang berbau moral dapat saja dihilangkan oleh seorang penguasa. Bukti-bukti yang bisa didapat sebagai sebuah penilaian terhadap pemikiran Machiavelli tentang politik tanpa moralitas adalah terdapat dalam isi suratnya yang berjudul Il Prince kepada penguasa Italia pada zamannya, Lorenzo De’Medici. Beberapa bab dalam surat tersebut menyatakan secara tegas apa isi dari pemikiran politik Machiavelli. Beberapa bab tersebut antara lain berjudul: “Penyebab seorang raja terpuji ataupun terkutuk”, “Kemurahan hati dan penghematan”, “Sikap kejam dan penuh belas kasih”, dan “Bagaimana seorang raja harus setia memegang janji”. Tujuan dari politik tanpa moralitas adalah untuk mempertahankan Negara dan menstabilkan situasi politik, bercermin pada kondisi negara Italia pada zamannya. Di satu sisi, pemikiran politik Machiavelli akan dinilai buruk apabila diterapkan pada pemerintahan yang baik, aman dan tenteram tanpa gejolak politik apapun serta permainan kekuasaan. Namun di sisi lain, pemikiran ini sungguh cemerlang dan membuahkan hasil yang sangat baik bagi negara Italia dengan segala situasinya, sebagai juga tujuan utama dari segala usaha Machiavelli. Karena jasa pemikirannya untuk mengamankan situasi dan kondisi Italia pada masanya, maka ia layak disebut sebagai seorang patriot dan negarawan sejati.

Item Type: Thesis (Diploma)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
J Political Science > JC Political theory
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: Andreas Pati
Date Deposited: 16 Sep 2020 03:03
Last Modified: 16 Sep 2020 03:03
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/3103

Actions (login required)

View Item View Item