Tanah Yang Baik Menghasilkan Buah Yang Berlimpah (Refleksi Eksegetis Atas Teks Lukas 8:4-15)

LEU, Kornelius Siprianus (2020) Tanah Yang Baik Menghasilkan Buah Yang Berlimpah (Refleksi Eksegetis Atas Teks Lukas 8:4-15). Undergraduate thesis, Unika Widya Mandira.

[img] Text
ABSTRAK.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (843kB)
[img] Text
BAB I.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (339kB)
[img] Text
BAB II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (563kB)
[img] Text
BAB III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (622kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (343kB)
[img] Text
BAB V.pdf

Download (437kB)

Abstract

Tuhan memberikan kepada umat Israel tanah Kanaan menjadi tempat kediaman dan milik pusaka bersama, sesuai dengan janji-Nya kepada Bapa leluhur mereka dahulu. Peristiwa pemberian ini merupakan suatu pokok puji-pujian, dasar kepercayaan dan pengharapan bagi Israel, namun juga suatu amanat untuk menguduskan hidupnya sebagai umat Tuhan di dalam tanah milik Tuhan sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian tanah perjanjian merupakan suatu “pokok kepercayaan”, yakni salah satu pasal dari “credo” umat Israel yang dipegang sepanjang masa. Beberapa teks tua mengaitkan pemilihan Israel sebagai umat dengan janji memberikan tanah yang pada waktu itu masih disebut dengan “tanah Kanaan” (bdk. Kej 23:2). Kepada Abraham leluhur bangsa Israel demikian dijanjikan: “Pergilah dari negerimu dan sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu” (Kej 12:1; bdk. 15:7). Dalam hubungannya dengan Allah tanah adalah berkat. Tanah menjadi bukti kesetiaan Allah kepada janji-Nya. Itulah kesadaran konkret manusia mengenai tanah. Penulis Kitab Kebijaksanaan kemudian merefleksikan tanah yang subur sebagai gambaran manusia yang taat dan takwa kepada Allah. Tanah kemudian dirumuskan dalam pengertian metaforis sebagai simbol dari hati dan batin manusia. Perjanjian Baru melanjutkan konsep tanah sebagai berkat Allah bagi bangsa Israel. Dalam perumpamaan ketiga Injil Sinoptik memiliki nada yang sama, kembali mengangkat tanah sebagai salah satu instrumen dalam perumpamaan Yesus. Tanah yang secara umum dipahami secara real, kini mendapat pengertian baru. Tanah menjadi simbol dari hati manusia dan benih adalah firman Allah. Firman Allah ditaburkan dalam hati manusia, namun tidak semua bertumbuh dan berbuah dalam kelimpahan. xiv Beberapa penggambaran hati manusia dalam perumpamaan ini, dalam menanggapi firman Allah. Penggambaran pertama adalah pribadi yang mendengarkan firman Allah kemudian datanglah iblis lalu mengambil Firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. Penggambaran kedua adalah pribadi yang mendengar Firman mendengarnya dengan gembira, tetapi mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad. Yang ketiga adalah pribadi yang setelah mendengar Firman itu dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang (bdk. Luk 8:12-15). Pada dasarnya ketiga karakter hati manusia di atas tidak dapat berbuah seperti yang diharapkan. Hati mereka terhalangi oleh beberapa persoalan misalnya, Iblis yang menghalangi mereka sehingga tidak percaya, ada yang percaya sebentar saja, dan ada yang terhimpit oleh kekayaan dan kenikmatan hidup. Konsekuensi dari ketiga karakter hati manusia ini adalah mereka tidak memperoleh keselamatan yang hadir melalui firman Allah yang diwartakan. Selanjutnya titik perjumpaan yang paling intim terjadi pada jenis tanah yang keempat. “Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat (Luk 8:8).” Tanah yang baik adalah tanah yang dari padanya menghasilkan buah (panenan) berlimpah. Benih yang jatuh di tanah yang baik berbuah limpah, sedangkan yang jatuh di tempat lain tidak menghasilkan apa-apa. Tanah itu adalah hati manusia, benih itu ialah Firman Allah. Hati yang baik menjadi tempat jatuh dan tumbuhnya benih Firman Allah dan menjamin hasil yang berlimpah. Pada akhirnya buah menjadi sintesis antara benih yang ditaburkan dan keadaan tanah yang baik yang memungkinkan pertumbuhan benih. Buah adalah titik perjumpaan puncak antara firman Tuhan yang diwartakan dan hati manusia.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General)
B Philosophy. Psychology. Religion > BL Religion
B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity
B Philosophy. Psychology. Religion > BS The Bible
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: S.Kom Sela Mikado
Date Deposited: 09 Sep 2021 05:16
Last Modified: 09 Sep 2021 05:16
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/3880

Actions (login required)

View Item View Item