MERE, Yanuarius (2020) Ideologi “Tu’a Eja” Dalam Sistem Masyarakat Adat Pomadhedhu Kecamatan Keo Tengah Kabupaten Nagekeo. Undergraduate thesis, Unika Widya Mandira.
Text
ABSTRAK.pdf Download (297kB) |
|
Text
BAB I.pdf Download (548kB) |
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (662kB) |
|
Text
BAB III.pdf Restricted to Repository staff only Download (881kB) |
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Repository staff only Download (594kB) |
|
Text
BAB V.pdf Download (446kB) |
Abstract
Manusia adalah makhluk eksentrik. Artinya, manusia dalam keberadaannya tidak pernah terlepas dari relasinya dengan manusia lain. Ia senantiasa terarah keluar dari dirinya. Hal inilah yang menjadi salah satu aspek fundamental dan menjadi bagian dari eksistensinya. Eksistensi manusia adalah juga koeksistensinya yaitu “ada-bersama”. Selanjutnya, kesosialan ini sering dikenal sebagai bagian dari eksistensi manusia itu sendiri. Diri sesama hadir dalam setiap kegiatan khas manusia. Kegiatan khas yang dimaksud menjadi kekhasan manusia, sehingga menjadi bagian dari kodrat manusia. Salah satu aspek kesosialan manusia nampak dalam kebudayaan. Kebudayaan menjadi penting karena secara khusus dalam aspek humanisasi, sehingga manusia dikatakan sebagai makhluk yang berbudaya. Ia diintegrasikan dalam kehidupan melalui budaya-budaya yang dianutnya. Melalui kebudayaan manusia dapat menjawabi setiap situasi yang dihadapinya. Situasi ini tentu saja beragam sesuai dengan konteks yang ada, dengan segala aspek yang mempengaruhinya. Di dalam situasi inilah manusia mengalami transformasi bahkan turut memperkuat dignitatis kemanusiaannya. Nilai-nilai intrinsik yang melekat dalam diri manusia turut dibentuk oleh setiap kebudayaan yang dianutnya. Manusia yang membudaya, tidak terlepas dari lingkungan sosial yang turut membentuknya. Untuk mencapai cita-cita kebudayaan secara khusus demi penghormatan terhadap martabat manusia, setiap orang seyogyanya mampu terlibat secara utuh di dalamnya. Ideologi “Tu’a eja” merupakan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya karena memiliki struktur yang berfunsi dalam sistem masyarakat adat pomadhedhu. Keberadaan “tu’a eja” menjadi jembatan bagi masyarakat Pomadhedhu dalam berelasi sosial secara khusus relasi sosial xiii dalam jejaring perkawinan. Di dalam “tu’a eja” memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang harus ditaati oleh setiap masyarakat. Nilai-nilai dan norma-norma tersebut sebagai suatu standar hidup agar keharmonisan dalam bersosialitas tetap terjamin. Di dalam ideologi “tu’a eja” terkandung kebenaran dan sekaligus juga mengungkapkan makna baik secara implisit maupun secara eksplisit. Salah satu nilai yang ditemukan dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari ideologi “tu’a eja” adalah nilai persatuan. Persatuan menjadi dasar terbentuknya masyarakat. keberadaan masyarakat yang pluralis menuntut adanya spirit yang menyatukan satu golongan dengan golongan yang lain. Namun, realita menunjukan bahwa persatuan memang mutlak diperlukan dalam hidup bersama akan tetapi membutuhkan instrumen dalam mencapai idealitas dari persatuan itu sendiri. Dalam kaitan dengan kultur masyarakat Pomadhedhu, “tu,a eja” yang termanifestasi sebagai suatu ideologi menjadi instrumen atau sarana dalam mempersatukan kedua belah pihak. Dalam ideologi “tu’a eja” fungsionalistas struktural serta peran masing-masing individu sangat diutamakan. Fungsionalitas struktual “tu’a eja” juga berfungsi bukanlah untuk memuaskan kebutuhan individual, tapi justru timbul untuk mempertahankan struktur sosial masyarakat. Struktur sosial dari suatu masyarakat adalah seluruh jaringan dari hubunganhubungan sosial yang ada. Fungsi stuktural yang terjalin dalam konsep “tu’a eja” merupakan dampak dari relasi dan jaringan sosial dalam perkawinan, yang terjadi antara kedua belah pihak. Relasi ini kemudian turut mengikat hubungan kedua belah pihak, namun tetap mempertahankan struktur dan fungsinya masing-masing. Masyarakat Pomadhedhu yang meyakini adanya nilai persatuan yang terkandung dalam ideologi “tu’a eja”. Persatuan menjadi akibat langsung yang dapat dirasakan setelah terjadinya hubungan antara kedua belah pihak. Persatuan ini terus mengalami perkembangan dan dapat meluas pada beberapa aspek kehidupan lainnya. “Tu’a eja” mempersatukan kedua belah pihak yang sebelumnya tidak memiliki hubungan pertalian darah kini dapat membentuk suatu struktur hidup bersama melalui suatu spirit kebersamaan dan persatuan.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > B Philosophy (General) H Social Sciences > HM Sociology J Political Science > JS Local government Municipal government |
Divisions: | Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat |
Depositing User: | S.Kom Sela Mikado |
Date Deposited: | 10 Sep 2021 02:09 |
Last Modified: | 10 Sep 2021 02:09 |
URI: | http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/3881 |
Actions (login required)
View Item |