Membaca Hidup Rohani Di Dalam Formasi Misionaris Claretian Dalam Terang Dekrit Perfectae Caritatis Nomor 6

GULTOM, Dominikus Evenroy (2020) Membaca Hidup Rohani Di Dalam Formasi Misionaris Claretian Dalam Terang Dekrit Perfectae Caritatis Nomor 6. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira.

[img] Text
ABSTRAK.pdf

Download (624kB)
[img] Text
BAB I.pdf

Download (340kB)
[img] Text
Bab II.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (492kB)
[img] Text
Bab III.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (401kB)
[img] Text
Bab IV.pdf
Restricted to Repository staff only

Download (484kB)
[img] Text
Bab V.pdf

Download (331kB)

Abstract

Untuk mengikuti Kristus bukanlah hal yang mudah namun diperlukan usaha untuk tumbuh dan semakin dekat dengan Tuhan, mendengarkan firman-Nya dan bersatu bersama-Nya dalam liturgi suci terutama Ekaristi. Untuk dapat bertahan dalam panggilannya hendaknya kaum religius menjalani masa formasinya dengan sungguhsungguh. Diharapkan setiap religius memperdalam hidup rohaninya selama masa formasi sebab masa formasi merupakan masa dimana mereka ditempah dan dipersiapkan untuk bertumbuh dalam panggilan hidup membiara yang sesuai dengan karisma dari pendiri mereka. Hal penting di dalam hidup rohani ialah pengalaman akan Allah. Kesaksian hidup dari kaum religius merupakan hasil dari sebuah pengalaman akan Allah. Dekrit Perfectae Caritatis merupakan sebuah dekrit yang berbicara tentang pembaruan dan penyesuaian hidup religius. Salah satu nomor dalam Dekrit ini berbicara tentang hidup rohani yang harus diutamakan dan itu terdapat dalam Dekrit Perfectae Caritatis nomor 6. Dewan Konsili menyarankan kaum religius untuk mengalami Allah di dalam hidup mereka. Sarana yang ditawarkan oleh Dewan Konsili ialah berdoa, membaca kitab suci dan merayakan Liturgi Ekaristi. Di dalam formasi Kongregasi Misionaris Claretian, pada prinsipnya secitra rasa dengan Gereja. Pengalaman hidup rohani di dalam Kongregasi Claretian sejalan dengan pedoman hidup rohani yang ditawarkan dalam Dekrit Perfectae Caritatis nomor 6. Pengalaman akan Allah dalam kehidupan rohani Claretian sangat diperlukan sebab kesaksian hidup dari seorang misionaris merupakan buah dari pengalaman intim mereka bersama Allah. Para Misionaris Claretian harus menanamkan diri untuk membangun relasi yang baik bersama Bapa. Pengalaman akan Allah dalam diri Misionaris Claretian sangat diperlukan agar memberikan kesaksian yang otentik. Dengan membaca hidup rohani yang ada di dalam Dekrit Perfectae Caritatis nomor 6 dan di dalam formasi Misionaris Claretian maka dapat disimpulkan bahwa kehidupan rohani di dalam formasi Claretian sejalan dengan apa yang menjadi pedoman umum di dalam Dekrit Perfectae Caritatis nomor 6. Penulispun menemukan beberapa point penting diantaranya ialah: Pertama, pengalaman akan Allah dalam hidup rohani para kaum religius sangatlah penting sebab dengan pengalaman akan Allah yang dialaminya, ia terdorong untuk mencintai Allah dan sesama. Para Misionaris Claretian bercermin pada pengalaman akan Allah oleh St. Antonius Maria Claret yang mengakui bahwa Allah adalah Bapanya. Kita juga mengambil bagian dalam pengalaman Claret sebagai putra Bapa. Dengan pengalaman itu, misionaris Claretian didorong untuk memuliakan Bapa kita dan menyerahkan hidupnya kepada kehendak Bapa. Kedua, Pengembangan hidup rohani di dalam formasi Misionaris Claretian memiliki kesamaan dengan pengembangan hidup rohani dalam dekrit Perfectae Caritatis nomor 6. Pengalaman hidup rohani dapat diolah terus menerus dengan cara berdoa, membaca Kitab Suci dan merayakan liturgi suci terutama Ekaristi. Ketiga, Kekhasan dari pengembangan hidup rohani Misionaris Claretian ialah Sabda Allah sedangkan di dalam dekrit Perfectae Caritatis ialah Ekaristi. Identitas Misionaris Claretian ialah misionaris pelayan Sabda. Sejak awal formasi, para formandi diajak untuk mendekatkan diri pada Sabda Allah. Sabda Allah menjadi poros seluruh proses formasi Claretian. Sebelum Sabda Allah diwartakan hendaknya terlebih dahulu ia membaca dan mendengarkan Sabda dalam Kontemplasi, setelah mengkontemplasikannya hendaknya ia mengalami pertobatan Injil dan menyerupai diri dengan Kristus. Setelah mengkontemplasikannya dan ditobatkan oleh Injil barulah ia dapat mewartakan Sabda Allah dalam kata-kata dan tindakan. Semuanya ini demi kesaksian yang lebih otentik dan terpercaya. Dengan demikian tampak dimensi kontemplasi dan aksi yang tidak dapat dilepaspisahkan

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Subjects: B Philosophy. Psychology. Religion > BL Religion
B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity
B Philosophy. Psychology. Religion > BT Doctrinal Theology
Divisions: Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat
Depositing User: S.Fil Lake Primus Sani
Date Deposited: 02 Dec 2021 01:26
Last Modified: 02 Dec 2021 01:26
URI: http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/4682

Actions (login required)

View Item View Item