AMALO, Pieere A. (2020) Petrus Adalah Teladan Dalam Kemuridan (Analisis Biblis-Teologis Atas Yohanes 6:67-71). Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.
Text
ABSTRAKSI.pdf Download (445kB) |
|
Text
BAB I.pdf Download (194kB) |
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (255kB) |
|
Text
BAB III.pdf Restricted to Repository staff only Download (375kB) |
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Repository staff only Download (227kB) |
|
Text
BAB V.pdf Download (182kB) |
Abstract
Manusia pada hakekatnya merupakan makhluk sosial. Hakekat sosial manusia ini merupakan tuntutan dan kenyataan dasariah dari pribadi manusia sebagai makhluk terbatas yang selalu bergantung. Sebagai suatu tuntutan dan kenyataan dasariah, hakekat sosial manusia merupakan jawaban atas segala persoalan mengenai kebutuhan manusia yang penting terkhususnya mengenai pengetahuan. Terdapat empat ciri khas yang menandai aktivitas pengetahuan, yakni: pertama, berciri imanensi. Disebut imanensi karena pengetahuan itu melekat pada kesadaran manusia sebagai makhluk rasional dan digunakan sebagai sarana penyempurnaan diri. Kedua, intensional. Menurut Edmund Husserl, sebagaimana yang dikutip oleh Kadis Sihotang, kesadaran manusia itu selalu terarah pada sesuatu yang ada di luar dirinya. Karena pengetahuan itu melekat pada kesadaran manusia, maka dengan sendirinya pengetahuan itu memiliki keterarahan. Konsekuensinya pengetahuan mengharuskan manusia membuka diri terhadap sesuatu yang lain. Ketiga, relasional. Adanya keterarahan pengetahuan mengimplikasikan bahwa pengetahuan itu selalu berkaitan dengan sesuatu yang lain. Dalam hal ini pengetahuan itu bersifat relasional. Keempat, progresif. Pengetahuan manusia itu selalu dinamis. Hal ini menyebabkan pengetahuan senantiasa terus berkembang. Berdasarkan ciri-ciri di atas maka dapat dikatakan bahwa pengetahuan manusia itu tidak pernah terbentuk secara otomatis dari dirinya sendiri saja, melainkan terbentuk melalui proses pembelajaran bertahap di dalam relasinya dengan yang lain. Manusia dengan pengetahuannya membangun relasi dengan sesama untuk membangun seluruh aspek kehidupannya sendiri ke arah yang lebih baik. Proses pembangunan hidup ke arah yang lebih baik itu sudah dicontohkan oleh Petrus yang merupakan salah satu murid dari kelompok dua belas rasul itu. Ia menunjukkan suatu teladan hidup yang baik,yakni mengikuti Yesus Kristus. Yesus itu adalah Sabda Allah yang menjelma menjadi manusia (Yohanes 1:1-18). Ia mewartakan kabar baik dan bersaksi tentang Allah dan hidup kekal yang diberikan oleh-Nya. Hidup yang kekal yang diberikan Allah itu ada pada Yesus. Dengan percaya pada Yesus dan menerima semua perkataan-Nya, hidup yang kekal itu dapat diterima oleh manusia. Hal yang demikianlah yang telah dilakukan oleh Petrus. Dalam Injil Yohanes 6:67-71 yang menjadi studi penulis,ditampilkan bagaimana kepercayaan penuh Petrus pada Yesus yang merupakan sumber hidup yang kekal itu. Kepercayaan itulah yang membuatnya tidak meninggalkan Yesus seperti para murid yang meninggalkan Yesus dalam Yohanes 6:60-66. Kepercayaannya yang penuh ini merupakan teladan dalam kemuridan terutama bagi orang Kristen. Orang Kristen sejatinya merupakan murid Yesus (Matius 28:19). Menjadi murid berarti menjadi pengikut Yesus dan menyertai Dia di dalam tugas dan perutusan-Nya sebagaimana yang dilakukan Petrus dalam Yohanes 6:67-71. Untuk menjadi murid-murid Yesus yang baik perlulah meneladani sikap-sikap para rasul yang menjadi prototipe di dalam kemuridan seperti halnya Petrus
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > BL Religion B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity B Philosophy. Psychology. Religion > BS The Bible |
Divisions: | Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat |
Depositing User: | SH Yakobus Naben |
Date Deposited: | 02 Dec 2021 05:52 |
Last Modified: | 02 Dec 2021 05:52 |
URI: | http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/4697 |
Actions (login required)
View Item |