SENA, Egidius Jogo (2020) Nilai-Nilai Sosial Dalam Ritus Tungawu Di Desa Mbobhenga-Kecamatan Nangapenda. Undergraduate thesis, Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.
Text
COVER-ABSTRAKSI.pdf Download (253kB) |
|
Text
BAB I.pdf Download (155kB) |
|
Text
BAB II.pdf Restricted to Repository staff only Download (231kB) |
|
Text
BAB III.pdf Restricted to Repository staff only Download (307kB) |
|
Text
BAB IV.pdf Restricted to Repository staff only Download (221kB) |
|
Text
BAB V.pdf Download (360kB) |
Abstract
Masyarakat desa Mbobhenga adalah bagian dari kebudayaan Ende di Kabupaten Ende Flores Nusa Tenggara Timur, yang hingga kini masih mewarisi budaya Ende dalam praktik kehidupan sosial budayanya, di tengahkuatnya arus globalisasi. Terletak di wilayah perbatasan Ende dan Nagekeo, yang secara administrasi negara merupakan bagian dari wilayah Ende, namun dalam adat kebudayaan serta bahasa, merupakan bagian dari budaya Nagekeo.Salah satu adat istiadat yang menarik untuk dikaji dalam praktik kebudayaan masyarakat Ende adalah ikhwal perkawinan adat.Keunikan adat sangat mendominasi dalam sebuah proses perkawinan,adalah tradisi tu ngawu/antar belis masyarakat Ende didesa Mbobhenga, Nusa Tenggara Timur. Keunikan pada tradisitu ngawuini terlihatpadaproses pemberian mahar perkawinan atau belis yang dimanifestasikan dengan sejumlah emas tua (Wea), gading (Sue), serta sejumlah hewan seperti Kerbau, Kuda, Sapi dan kambing. Menurut bahasa setempat,tu ngawu merupakan perpaduan antara dua kata bahasa daerah yakni tu dan ngawu. Tu berarti hantar /menghantar atau memberi, sedangkan ngawu berarti belis/barang adat. Karena masayarakat Desa Mbobhenga menganut sistem perkawianan patrilineal, maka dalam pengertian ini tu ngawu dipahami sebagai ritual penghantaran belis oleh pihak laki laki kepada perempuan untuk menjadi bagian yang utuh sebagai pasangan resmi suami-istri secara adat. Dalam bahasa Ende,belis artinya ‘ngawu”,memiliki beberapa maknayakni sebagai bentuk penghargaan kepada pihak keluarga perempuan dan juga sebagai tradisi yang memiliki nilai-nilai luhur yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak, serta menjadi sebuah persoalan penting sebelum pernikahan diresmikan secara agama dan hukum. Hal tersebut merupakanurusan yang benar-benar serius yang dibahas oleh keluarga besar kedua belah pihak, walaupun sebenarnya belis hanyalah simbol sebagai pengukuh hubungan suami istri serta kekerabatan kedua keluarga. Belis ditentukan berdasarkan delegasi yang sudah ada sejak dahulukala, namun dalam forum adat tetap ada penyampaian dari pihak perempuan mengenai jumlah yang harus dibawa.Dalam konteks tersebut budaya mempengaruhi komunikasi dansebaliknya komunikasi mempengaruhi budaya. Martin dan Nakayama yang dikutip dalam jurnal Kajian Komunikasi mengatakan bahawa ‘komunikasi mempengaruhi budaya’. Dijelaskan bahwa budaya tidak akan bisa terbentuktanpa komunikasi. Pola-pola komunikasi yang tentunya sesuai dengan latar belakang dan nilai-nilai budaya yang akan menggambarkan identitas budayaseseorang. Banyak aspek atau unsur dari budaya yang dapat mempengaruhiperilaku seseorang
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Subjects: | B Philosophy. Psychology. Religion > BD Speculative Philosophy B Philosophy. Psychology. Religion > BL Religion B Philosophy. Psychology. Religion > BR Christianity B Philosophy. Psychology. Religion > BV Practical Theology > BV1460 Religious Education |
Divisions: | Fakultas Filsafat > Program Studi Ilmu Filsafat |
Depositing User: | SH Yakobus Naben |
Date Deposited: | 06 May 2022 01:39 |
Last Modified: | 06 May 2022 01:39 |
URI: | http://repository.unwira.ac.id/id/eprint/5106 |
Actions (login required)
View Item |